Trading di Saham Gorengan

Trading di Saham Gorengan

Di pasar saham Indonesia, kita mengenal banyak jenis saham: Saham blue chip, saham middle cap (saham lapis dua), saham-saham small cap. Mayoritas saham small cap banyak yang masuk dalam saham gorengan. 

Kalau anda ingin mengetahui ciri2 saham gorengan, anda bisa baca kembali tulisan saya disini: Kenali Ciri-ciri Saham Gorengan di Indonesia. 

Saham blue chip merupakan saham2 perusahaan yang memiliki kinerja mapan, mayoritas sahamnya punya pergerakan harga yang stabil dan likuid. Sedangkan saham2 lapis dua biasanya adalah perusahaan2 yang sedang bertumbuh, dan perusahaan2 yang sudah merupakan "pemain lama" di Bursa, namun dari segi size, masih kalah dengan blue chip. 

Sedangkan saham gorengan adalah saham2 perusahaan yang kinerjanya kurang baik, kapitalisasi pasar kecil. Sehingga, harga sahamnya mudah dipermainkan pergerakannya oleh bandar alias banyak di pom-pom. 

Saham2 yang punya pergerakan baik dan likuid, harga sahamnya akan cenderung lebih mudah naik dan rebound. Saham2 tersebut juga memiliki pola2 yang lebih mudah dianalisa dengan analisis teknikal. 

Sebaliknya, saham2 gorengan karena banyak di pom-pom bandar, dan likuiditasnya sangat kecil, maka saham2 gorengan tidak memiliki pola chart yang bisa dianalisa dengan baik, serta pergerakan harganya hanya bisa ditebak oleh bandar. 

POLA SAHAM GORENGAN 

Saham gorengan bisa naik puluhan persen dalam waktu beberapa menit saja. Tapi sebaliknya, saham gorengan juga bisa jatuh 20% lebih hanya dalam hitungan menit. 

Saham yang digoreng bandar, karena saham tersebut memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, dan likuiditasnya rendah. Logikanya, kalau saham tersebut memang sangat baik secara fundamental, maka pasti saham tersebut lebih banyak diincar dan dibeli trader. 

Oleh karena itu, tidak jarang bandar memanfaatkan rumor atau berita2 tertentu untuk menggoreng / menaikkan harga sahamnya, dengan tujuan menciptakan kesan seolah-olah sahamnya bagus buat trading, likuid dan bisa memberikan profit yang besar. 

Ada banyak sekali contohnya. Misalnya saham MPMX berikut: 

Saham gorengan
Saham MPMX harganya di pom-pom (tanda persegi), ketika ada pengumuman laba bersih yang naik 798% dan MPMX akan mengumumkan pembagian dividen yang besar. Kita juga sudah pernah bahas disini: Analisa Saham MPMX dan Dividend Trap.

Namun setelah informasi dividen berakhir, MPMX harganya langsung dijatuhkan bandar (tanda lingkaran), dan MPMX tidak kembali lagi ke harga sebelum di pom-pom. 

Ini adalah salah satu contoh cara bandar menggoreng saham-saham yang tidak likuid, dengan memanfaatkan berita untuk pom-pom suatu saham untuk menciptakan kesan seolah harga saham dan fundamental perusahaan mulai bagus. Padahal disitulah bandar hanya menjebak trader ritel. 

SAHAM GORENGAN YANG MENGUNTUNGKAN? 

Apakah ada saham gorengan yang menguntungkan? 

Pasti ada, dan saya yakin kalau anda punya pengalaman trading di saham gorengan, anda pasti pernah menemukan beberapa saham gorengan yang bisa memberikan profit berkali-kali dalam jangka pendek. 

Tapi berdasarkan pengalaman saya, tidak ada saham gorengan yang pergerakannya bisa ditradingkan terus untuk jangka panjang. 

Banyak saham gorengan yang awalnya punya pergerakan bagus, namun setelah bandar sudah 'cabut' dari sahamnya, harga sahamnya tidak bergerak dan hanya sideways di harga support-nya. 

Hal ini beda dengan misalnya, saham2 blue chip atau saham second liner yang punya pergerakan harga bagus, sehingga bisa ditradingkan terus selama bertahun-tahun. 

Sekarang kita sudah tahu kalau saham gorengan itu high risk, meskipun tampaknya menggiurkan karena harganya bisa naik cepat. 

Kalau anda sudah nyangkut di saham gorengan, anda harus pertimbangkan untuk cut loss dan evaluasi trading anda. Maka dari itu, jika anda trading saham gorengan, saran saya: 
  • Disiplin dalam take profit dan cut loss 
  • Jangan beli saham gorengan karena ikut-ikutan
  • Jangan mudah percaya dengan saham gorengan yang katanya bagus di grup2 saham
  • Tradinglah dengan modal kecil (maksimal 10% modal anda)
  • Jika saham gorengan sudah tidak sebagus dulu, tinggalkan sahamnya


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Merubah Target Take Profit dan Cut Loss Trading

Merubah Target Take Profit dan Cut Loss Trading

Pada saat membeli saham, anda harus menentukan anda mau jual saham di harga berapa alias take profit. Selain itu, menentukan titik cut loss juga diperlukan dalam beberapa kasus tertentu. Saya pernah ulas tulisannya disini: Saham Turun: Pilih Hold atau Cut Loss? 

Jadi katakanlah anda beli saham MYOR di harga 2.500. Setelah beli MYOR anda menentukan take profit (TP) di harga 2.600. Namun beberapa saat kemudian, setelah anda melihat pergerakan MYOR yang naiknya cukup tinggi, anda memutuskan untuk menjual MYOR di 2.650. Ini artinya anda sudah merubah target take profit yang anda tetapkan sebelumnya.  

Dalam trading anda harus punya target mau jual saham di harga berapa setelah anda beli. Jangan sampai anda tidak punya target jual, dan akhirnya anda menjual saham anda di harga random. Ini berbahaya untuk trading anda. 

Sekali dua kali, mungkin bisa memperoleh profit dari jual saham di harga random ini. Tapi kalau market sedang bergejolak, anda mungkin akan bingung memutuskan jual saham di harga tertentu, apalagi kalau saham anda tiba-tiba mengalami penurunan drastis (karena market lagi jelek), dan anda nggak punya plan apapun. 

Pertanyaan selanjutnya: Bolehkah trader mengubah target take profit (TP) dan cut loss (CL) yang sudah ditetapkan sebelumnya? Apakah hal ini berarti trader melanggar trading plan yang sudah ditetapkannya sendiri? 

Beberapa trader pernah bertanya pada saya tentang merubah target take profit dan cut loss ini. Maka dari itu, saya akan membahasnya di pos ini. 

Apakah boleh merubah target TP dan CL? Saya jawab: Boleh-boleh saja anda merubah target take profit maupun cut loss yang sudah anda tetapkan sebelumnya. Alasannya? 

Dalam trading saham, anda harus memiliki tingkat fleksibilitas. Anda tidak boleh kaku atau terpaku pada satu target tertentu. Karena harga saham terus bergerak, sehingga anda juga harus luwes dalam melihat setiap pergerakan dan peluang trading yang ada. 

Kondisi IHSG terus bergerak, dan anda tidak akan tahu apa yang terjadi pada IHSG keesokan harinya. Misalnya anda membeli saham BMRI di harga 7.000. Lalu anda menetapkan jual BMRI di 7.300. Setelah itu, benar saja BMRI naik sampai ke 7.200. 

Namun tidak lama kemudian, ada sentimen negatif yang membuat mayoritas saham jatuh. BMRI yang awalnya sudah naik ke 7.200, mengalami perubahan tren yang signifikan, dan harganya turun ke 7.100. Anda kemudian berpikir untuk menjual dahulu di 7.100 (anda sudah profit), untuk membeli lagi di harga bottom. Boleh saja anda melakukan hal tersebut. 

Dari sini kita bisa simpulkan bahwa merubah target take profit dan cut loss diperbolehkan apabila.... Anda sudah melakukan analisa dan anda memiliki pertimbangan / alasan yang kuat mengapa anda mau merubah target-target trading yang sudah anda tetapkan sebelumnya. 

Anda harus tahu alasan mengapa anda merubah target take profit maupun cut loss yang sudah anda tetapkan sebelumnya dalam trading plan. Nah, semakin pengalaman anda dalam trading, anda akan semakin mengetahui kapan anda harus merubah / merevisi target anda, atau kapan anda tidak perlu merubah target. Baca juga: Panduan Cara Menyusun Trading Plan Saham.   

Banyak trader yang merubah target tradingnya hanya karena mereka terbawa 'arus' emosional, dan mengikuti saran-saran dari luar yang belum tentu benar.  

Cara inilah yang tidak saya sarankan. Setiap keputusan trading yang anda lakukan baik menentukan maupun merubah target yang sudah anda tetapkan sebelumnya dalam trading plan, harus didasarkan atas 100% analisa subjektif yang anda lakukan sendiri. 

Beberapa dari anda yang kritis kemudian bertanya lagi: "Tapi kan Pak Heze, di saham ada prinsip let your profit run, buat apa tentukan jual saham di harga berapa kalau sahamnya masih naik terus?" 

Prinsip trading plan adalah: Anda harus punya target mau jual saham di harga berapa. Artinya, setelah anda beli saham, anda harus tahu apa yang anda lakukan dengan saham anda. Jangan sampai (seperti yang saya tuliskan sebelumnya), anda menjual saham di harga random. Masalah anda mau menaikkan target take profit anda, itu adalah keputusan anda dan hasil analisa anda.

Pergerakan dan dinamika market yang cenderung berubah dengan cepat membuat cara trading anda harus fleksibel. Walaupun merubah target dalam trading bukanlah syarat yang mutlak, namun terkadang justru anda perlu merubah target2 yang sudah anda tetapkan sebelumnya berdasarkan pada perubahan kondisi market dan saham yang anda beli.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi Full Time Trader

Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi Full Time Trader

Saya sering menjumpai pertanyaan beberapa pembaca web Saham Gain tentang full time trader. Beberapa pertanyaan serupa yang sering saya jumpai adalah terkait berapa besarnya modal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang full time trader / trader purna waktu. 

Memang seorang full time trader harus memiliki modal yang cukup besar. Umumnya, modal yang dimiliki full time trader (FTT) cenderung lebih besar ketimbang trader yang menjadikan trading untuk penghasilan tambahan. 

Kalau anda sering baca-baca artikel tentang saham, anda mungkin banyak mendegar saran yang mengatakan bahwa untuk menjadi FTT minimal modal yang dibutuhkan adalah Rp100 juta, Rp500 juta, Rp300 juta., Rp 1 miliar dan lain2 Tapi saya pribadi tidak bisa mengatakan demikian. 

Untuk menjadi full time trader, anda harus memahami rasio kebutuhan / pengeluaran anda dibandingkan dengan berapa persen profit yang bisa anda dapatkan dalam sebulan.  

Jadi langkah pertama untuk menjadi seorang full time trader adalah anda harus bisa memperoleh profit konsisten saat anda menjadi trader paruh waktu. Nah, kalau anda belum bisa dapat profit konsisten, atau setidaknya anda belum tahu bagaimana caranya menekan kerugian, jangan pernah nekad menjadi full time trader. 

Kalau anda sudah bisa mendapat profit konsisten dan profit konsisten tersebut bisa menghidupi anda, dan anda masih bisa menabung setelah dikurangi dengan pengeluaran2 anda, barulah anda bisa menjadi full time trader. 

Jadi dengan asumsi modal Rp100 juta dan anda bisa menghasilkan profit per bulan sebesar 8% alias Rp8 juta per bulan. Pertanyaannya: Apakah dengan penghasilan Rp8 juta per bulan sudah cukup untuk menghidupi anda, dengan asumsi anda tidak memiliki penghasilan lain?

Hanya anda yang bisa menjawabnya, karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Yang perlu anda ingat adalah: Besar kecilnya modal bukanlah ukuran kesuksesan seorang full time trader dalam mendapatkan profit. 

Jadi bukan berarti dengan modal 1 miliar anda pasti lebih menghasilkan profit ketimbang full time trader dengan modal Rp300 juta dan juga sebaliknya. Semakin besar modal yang anda gunakan, semakin besar juga "tanggungan" psikologis. 

So, modal yang dibutuhkan untuk menjadi full time trader, bukanlah modal Rp500 juta, modal Rp1 miliar, modal 2 miliar, tetapi besarnya modal untuk menjadi full time trader harus dimulai dari kemampuan anda untuk mencetak profit konsisten, dan apakah profit yang anda dapatkan bisa menghidupi dan mencukupi kebutuhan anda sehari-hari, termasuk anda bisa menabung dari hasil profit tersebut. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Logis dan Rasionalitas Membeli Saham

Cara Logis dan Rasionalitas Membeli Saham

Dalam trading saham, anda pasti akan menghadapi berbagai macam pergerakan harga di saham yang sangat fluktuatif. Maka dari itu, dalam membeli saham anda harus mampu menggunakan akal sehat (logis) dan rasionalitas. Disamping analisa teknikal, sifat rasionalitas inilah yang bisa mengarahkan anda untuk mendapat profit di pasar saham. 

Pertanyaannya: Bagaimana cara agar trader bisa logis dan rasional dalam mengambil keputusan trading?

Cara logis dan rasionalitas dalam membeli saham dilakukan dengan FOKUS pada portofolio anda. Apa maksudnya fokus? Fokus yang saya maksud adalah jangan mudah terpengaruh dengan saham2 yang sedang naik, bahkan yang sudah naik drastis. 

Anda boleh mengamati dan mencari tahu kenapa saham2 di sektor tertentu harganya sedang naik banyak pada saat itu, tetapi anda tetap harus fokus pada apa yang sudah anda rencanakan sebelumnya (baca: Fokus pada trading plan). Untuk memudahkannya, saya kasih contoh: 

Setelah melakukan analisis teknikal, Pak Untung memutuskan membeli saham  BBCA, DOID, ADRO, SSIA. Saham2 tersebut setelah dibeli ternyata masih belum naik. Di saat yang hampir bersamaan, saham ELSA dan ASRI naik sangat kencang. 

Kemudian Pak Untung langsung menjual saham-sahamnya dan memindahkan modalnya ke ELSA dan ASRI. Sesaat kemudian, ternyata ELSA dan ASRI harganya mulai bergerak turun dan tidak naik lagi sesuai dengan harapan Pak Untung. Dengan kata lain, Pak Untung membeli saham ASRI dan ELSA di harga tertinggi, dan langsung turun setelah sahamnya dibeli. 

Akhirnya alih-alih mendapat profit besar dalam waktu yang lebih singkat, saham Pak Untung justru nyangkut di harga atas. 

Hal ini seringkali terjadi. Trader tidak menggunakan faktor rasionalitas dalam membeli saham dan cenderung mudah terpengaruh dengan saham2 yang sedang naik. 

Keinginan membeli saham-saham yang sudah naik tersebut tidak lepas dari keinginan trader untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu mendapat profit. Semua trader tentu trading dengan tujuan profit. Tetapi, setiap trader harus memiliki perencanaan trading yang baik. 

Kalau anda mudah terpengaruh membeli saham yang sudah naik, justru akan membahayakan anda. Saya juga sudah pernah menuliskannya disini: Waspadai Saham-saham yang Sedang Naik Drastis. 

Jadi, cara logis dan rasionalitas membeli saham adalah: Fokuslah pada saham yang sudah anda beli. Ketika anda membeli saham, pantau saham tersebut, dan tentukan batas take profit dan cut loss. Anda tidak perlu bingung dengan saham lain yang sedang naik. 

Toh, kalau di Bursa Efek ada 10 saham yang sedang naik kencang, anda nggak mungkin beli semuanya kan? Itulah yang dinamakan dengan faktor rasionalitas. Pilihlah saham yang ada dalam radar analisis anda, bukan membeli semua saham yang sudah naik. 

Sekali lagi, saya tidak mengatakan kalau anda tidak boleh memindahkan saham anda ke saham lain yang lebih potensial untuk naik. Tapi dalam trading ada yang namanya trading plan. Jadi, ketika merencanakan sesuatu anda harus berpatok pada analisis, dan bukan pada kondisi emosi. 

Pos ini tidak hanya membahas tentang bagaimana cara melakukan analisis teknikal, tetapi juga faktor psikologis. Saya juga membahas psikologis trading secara lengkap disini: Buku Saham.   


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Belajar Saham: Investasi Saham Jangka Panjang

Belajar Saham: Investasi Saham Jangka Panjang

Pada beberapa tulisan saya sebelumnya, bisa anda baca disini: Strategi & Cara Investasi Saham dan Belajar Investasi Saham untuk Pemula, kita sudah membahas tentang apa saja yang harus anda pelajari jika anda ingin memulai investasi saham. 

Jika anda sudah memahami apa saja yang perlu dipelajari dalam investasi, kini anda juga harus memahami poin-poin penting dalam investasi saham. Banyak investor saham yang masih salah persepsi dengan "investasi saham". 

Maka dari itu, kita akan bahas di pos ini. Dalam investasi saham, terdapat poin-poin penting yang harus anda pahami, yaitu sebagai berikut: 

1. Membeli saham = membeli perusahaan 

Dalam investasi saham, membeli saham berarti anda membeli (kepemilikan) perusahaan. Dengan kata lain, anda ikut menjadi bagian dari perusahaan. Tentu saja, yang anda harapkan pasti adalah profit jangka panjang. 

Dengan investasi saham, anda mengharapkan untuk bisa dapat keuntungan dari kenaikan harga saham jangka panjang, termasuk dividen itu sendiri (jika anda pengincar dividen). 

Itu artinya, belilah perusahaan yang punya kinerja sehat (laporan keuangan), dan belilah perusahaan yang anda pahami. Ketika investasi, anda harus paham produk perusahaan tersebut, anda harus paham tata kelolanya, anda harus paham apakah produk perusahaan mudah ditemui secara umum. 

Banyak investor yang tidak melakukan analisis perusahaan secara komprehensif sebelum investasi. Akhirnya investor hanya membeli saham berdasarkan analis, berdasarkan kata Si A, kata "pakar". 

Kalau anda investasi saham namun tidak tahu perusahaan apa yang anda simpan, ini ibaratnya anda membeli barang namun anda tidak tahu kegunaan barang yang anda beli. 

2. Orientasi jangka panjang, bukan jangka pendek 

Kebanyakan investor yang terburu menjual saham ketika harga sahamnya baru naik 10% dalam satu bulan. Padahal orientasi investasi saham itu adalah untuk jangka panjang (minimal 1 tahun).

Kalau saham baru naik dua minggu dan anda take profit, maka anda bukan melakukan investasi, tapi anda melakukan aktivitas trading. 

Seorang investor harus memiliki kesabaran dan tekad untuk menyimpan saham, dan tidak terburu menjual walaupun anda sudah profit diatas kertas (floating profit). 

Jika anda tidak tahan untuk menjual saham yang naik beberapa persen, maka anda harus pertimbangkan kembali, apakah anda lebih cocok menjadi investor atau trader saham.  

3. Investasi bisa dilakukan dengan membeli saham secara bertahap 

Membeli saham dengan tujuan investasi tidak harus dilakukan dengan sekali beli dengan modal besar. Investasi saham bisa dilakukan dengan modal kecil, dengan membeli secara bertahap. 

Anda bisa menerapkan praktik nabung saham untuk investasi. Baca juga tentang nabung saham yang pernah saya tulis disini: Penjelasan Cara Menabung Saham.  

Jadi untuk anda yang punya modal kecil, anda tidak perlu memaksakan menunggu duit anda banyak / kaya baru investasi. Anda bisa membeli saham bertahap. 

Poin-poin penting dalam investasi ini perlu anda terapkan jika anda ingin membeli saham untuk jangka panjang. Persepsi investasi saham yang benar, juga sangat mempengaruhi keputusan anda dalam memilih saham yang berkualitas. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Istilah Reksadana dan Cara Menghitung Return Reksadana

Istilah Reksadana dan Cara Menghitung Return Reksadana

Salah satu alternatif investasi di pasar modal selain saham dan obligasi adalah reksadana. Reksadana ini merupakan investasi yang sangat digandrungi oleh masyarakat karena risiko reksadana lebih kecil dibandingkan saham (walaupun returnnya juga berpotensi lebih kecil). 

Saya juga pernah membahas reksadana di pos ini: Investasi Reksadana dan Manfaat yang Anda Peroleh dan Investasi Reksadana Vs Investasi Saham Online, Mana yang Menguntungkan?

Di pos ini saya ingin berbagi sedikit mengenai sedikit istilah yang biasa muncul pada reksadana dan cara menghitung return reksadana berdasarkan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan Unit Penyertaan (UP). Sebelum itu, pahami dulu beberapa istilah tersebut. 

Net Asset Value (NAV) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Nilai Aktiva Bersih (NAB): Total kekayaan bersih reksadana setiap harinya. NAB didapatkan dari: 

Nilai pasar aset investasi (baik saham, pasar uang, obligasi, deposito) + kupon obligasi + dividen saha - biaya operasional untuk reksadana seperti biaya manajer investasi, biaya bank kustodian,  biaya lain2. 

NAB ini sesungguhnya menunjukkan kinerja kelolaan reksadana oleh manajer investasi. Jadi kalau manajer investasi dapat mengelola reksadananya dengan baik, NAB juga dapat meningkat. NAB tentunya juga dipengaruhi oleh pergerakan pasar itu sendiri. 

Unit Penyertaan (UP). UP menunjukkan satuan unit reksadana. Ibarat anda membeli beras, maka beras juga dijual dalam satuan kilogram. Jadi, reksadana ini juga memberi kesempatan pada pemodal untuk membeli reksadana dalam jumlah unit tertentu. 

NAB/UP. NAB per Unit Penyertaan (UP) merupakan harga wajar portofolio reksadana setelah dikurangi sejumlah biaya operasional dibagi dengan jumlah saham per unit penyertaan yang beredar / dimiliki investor saat itu. 

Perlu anda ketahui, nilai NAB/UP akan berubah-ubah setiap hari, karena dipengaruhi oleh transaksi pembelian dan penjualan reksa dana oleh investor setiap harinya harga pasar aset, perubahan dana yang dikelola oleh manajer investasi. Sudah paham sampai disini?

CARA MENGHITUNG RETURN REKSADANA

Misalkan Tono menanamkan modal sebesar Rp5 juta di Reksa Dana Seruni Pasar Uang III. NAB/UP reksa dana SPU III hari itu adalah sebesar 1.077,74. Maka total unit penyertaan Tono adalah sebesar 4.639,33 (5.000.000 / 1.077,74). 

Perlu anda ingat, total unit penyertaan yang anda miliki tidak akan pernah berubah nominalnya, kecuali kalau anda menambah modal untuk membeli reksadana yang sama. Namun seperti yang saya jelaskan sebelumnya, yang berubah nilainya setiap hari adalah NAB/UP-nya. 

Menghitung return reksadana caranya cukup mudah. Anda tinggal mengalikan nilai NAB/UP dengan Total Unit Penyertaan yang anda miliki. Untuk lebih jelasnya perhatikan simulasi transaksi Reksa Dana Seruni Pasar Uang III selama 1 bulan dibawah ini: 

(Klik gambar untuk memperbesar)

Di akhir transaksi reksadana, karena nilai reksadana Tono naik melebihi modal awalnya, Maka return reksadana Tono dalam nominal (satu bulan) adalah:

Rp5.030.898 - Rp5.000.000 = Rp30.898.

Sedangkan return reksadana Tono dalam persentase (satu bulan) adalah:

Rp5.030.898 - Rp5.000.000 / Rp5.000.000 x 100% = 0,62%.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Mengelola Keuangan dengan Baik - Saham Gain

Cara Mengelola Keuangan dengan Baik - Saham Gain

Di pos kali ini saya ingin menceritakan sedikit banyak pengalaman tentang bagaimana cara mengelola keuangan dengan baikKok nggak nyambung sama saham? 

Memang sih, topik yang saya tulis ini sedikit melenceng dari saham tapi tetap ada korelasinya. Dan saya memang dari dulu ingin menyampaikan hal ini, karena melihat sekarang banyak generasi milenial yang belum mampu mengelola keuangan dengan baik. 

Dalam dunia keuangan, kita selalu mengenal istilah "tanggal muda" dan "tanggal tua". Ketika anda baru menerima gaji di akhir / awal bulan, maka orang-orang akan menyebutnya sebagai tanggal muda. Tanggal muda ini identik dengan awal bulan karena di awal bulan anda baru menerima gaji full anda, sehingga anda masih punya banyak uang di tanggal muda. 

Sebaliknya, pada saat uang anda banyak dipakai dan mulai masuk akhir bulan, orang akan menyebutnya sebagai tanggal tua. Tanggal tua selalu identik dengan: Bokek, dompet tipis, duit habis, makan mi instan. 

Disinilah kita bisa melihat pola atau siklus mengelola keuangan masyarakat Indonesia yang masih belum teratur. 

Banyak orang yang ketika baru mendapat gaji bulanan, maka di awal - pertengahan bulan, duit-nya cenderung dihabiskan, bahkan untuk kegiatan2 konsumtif yang sebenarnya kurang diperlukan atau bisa ditunda. 

Banyak persepsi bahwa kalau sudah dapat gaji, maka uangnya bisa dipakai untuk hal2 yang diinginkan. Nah, ketika masuk akhir bulan, mindsetnya langsung berubah: Mulai harus berhemat, makan irit, tunggu gajian lagi. 

Sehingga, dengan cara seperti ini, siklus keuangan anda tidak akan berkembang: Tanggal muda banyakin pengeluaran, tanggal tua banyak berhemat. Nanti tunggu gajian, habis gajian senang2 lagi. Lalu tanggal tua, balik berhemat lagi karena uang sudah habis di tanggal muda. 

Ibaratnya seperti lari marathon. Karena di awal anda sudah sprint dan menghabiskan tenaga (tidak membagi stamina), di beberapa kilometer terakhir sebelum finish anda sudah kelelahan dan tidak ada tenaga untuk berlari lebih baik. 

Sehingga finish anda tidak memuaskan. Padahal kalau anda mau mengatur stamina sejak pertama start, anda bisa kuat sampai di finish. 

Hal ini sama seperti orang yang langsung menghabiskan uang di tanggal muda ketika menerima gaji, akhirnya di tanggal tua harus berhemat setengah mati dan tidak bisa menabung dengan maksimal.

Kalau begitu, kapan bisa kaya? Kapan ada modal buat investasi? 

Memang penghasilan dan pengeluaran setiap orang itu variatif, sehingga hal ini pasti akan menentukan seberapa besar anda bisa menabung dan investasi. 

Tapi dalam praktikknya banyak orang yang belum bisa mengatur keuangannya dengan baik, di mana 
sebenarnya kalau mereka mau mengelola keuangannya dengan lebih taktis dan cermat, maka mereka bisa mengumpulkan uang lebih banyak. 

MENGELOLA KEUANGAN 

Banyak orang yang baru mengatur keuangan saat sudah memasuki tanggal tua. Mindset ini yang mulai harus anda tinggalkan.

Mengelola keuangan harus anda lakukan sejak anda MENERIMA GAJI. Artinya, di tanggal muda anda harus mulai mengatur keuangan anda dengan taktis agar di tanggal tua anda tidak perlu berhemat setengah mati apalagi sampai bokek. 
Mengelola keuangan harus dimulai sejak tanggal muda, sejak anda menerima gaji. Jangan mulai mengelola keuangan pada saat tanggal tua saja. 
Setelah menerima gaji, anda harus punya mindset investasi, bukan mindset konsumtif. Artinya, ketika mendapat gaji, anda harus mulai merancang seberapa gaji yang akan anda sisihkan, sehingga anda bisa mengontrol pengeluaran anda. 

Saran saya, hendaknya anda bisa men-targetkan MINIMAL 10% dari gaji anda untuk anda sisihkan / ditabung. Kalau bisa lebih dari 10% lebih baik lagi. 

Jadi, kurangilah pengeluaran2 yang bisa anda minimalkan di tanggal muda sampai pertengahan bulan. Agar di akhir bulan uang anda tidak habis (anda nggak perlu sampai bokek atau cuma makan mi instan)... 

Dan tentunya.... Anda bisa menabung lebih banyak. Dari tabungan anda itu nantinya bisa anda sisihkan buat INVESTASI. 

Entah investasi di reksadana. Masukkan deposito. Atau investasikan di saham. Kalau saya pribadi lebih memilih saham, karena cocok dengan profil risiko saya. 

Apakah berarti sifat konsumtif itu sama sekali nggak dibutuhkan? 

Tentu saja butuh. Ingat juga bahwa perekonomian itu bisa bergerak, berkembang dan dinamis karena adanya kegiatan konsumsi. Nah, kalau tidak ada kegiatan konsumsi, tidak ada sifat konsumtif, gimana caranya sektor bisnis bisa berkembang? Betul kan? 

Tapi yang ingin saya tekankan disini adalah anda harus membatasi kegiatan konsumtif sesuai kemampuan. Jangan sampai kegiatan konsumtif tersebut justru membuat keuangan anda berantakan. 

Jadi kalau anda mulai mengatur keuangan sejak tanggal muda, percayalah nggak ada istilah tanggal muda atau tanggal tua, karena anda tetap bisa menjaga pengeluaran anda secara konsisten. 

Kalau anda sekarang punya niat untuk INVESTASI (investasi sekarang sudah jadi kebutuhan), misalnya investasi saham atau trading saham, maka anda harus mulai atur dengan benar keuangan anda.

Karena kalau pemasukan anda sekarang masih tergantung dari gaji, anda harus bisa menyisihkan gaji anda untuk membeli saham-saham yang berkualitas. 

PENGALAMAN PRIBADI MENGELOLA KEUANGAN

Tulisan saya yang cukup panjang ini juga didasarkan atas pengalaman saya pribadi dalam mengelola keuangan.

Ketika saya mulai mencoba mengelola keuangan sejak tanggal muda, maka di tanggal tua pun saya tidak perlu terlalu berhemat, dan bahkan tetap ada sisa uang untuk ditabung dan diinvestasikan ke instrumen tertentu. 

Termasuk ketika mendapatkan untung di saham, maka keuntungan di saham tidak saya gunakan 100% untuk kegiatan konsumtif. Tetapi profit di saham sebagian saya investasikan dan tradingkan kembali (strategi compounding).

Dengan adanya pos ini, saya berharap agar anda semua mulai mengelola keuangan anda sedini mungkin. Tentu manfaatnya adalah untuk diri anda sendiri. 

Nah, kalau anda sekarang merasa nggak bisa menabung. Bokek terus di tanggal tua, coba baca lagi pos ini dan evaluasi pengeluaran-pengeluaran anda di tanggal muda dan pertengahan bulan. 

Sehingga, nantinya anda juga punya kesempatan untuk investasi, mungkin di reksadana atau nabung saham. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.