Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham

Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham

Salah satu berita ekonomi makro yang sering menjadi perhatian pelaku pasar adalah pengumuman inflasi. Terkadang kenaikan dan penurunan IHSG seringkali dikaitkan dengan pengaruh kenaikan dan penurunan inflasi. 

Sebenarnya, seberapa besar pengaruh inflasi terhadap harga saham? Sebelum menjelaskannya lebih dalam, anda perlu memahami definisi inflasi terlebih dahulu. 

Secara sederhana, inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang kebutuhan secara umum. Jadi, kalau hanya beberapa jenis barang saja yang mengalami kenaikan, maka anda tidak bisa mengatakan terjadi inflasi. 

Beberapa contoh inflasi: Dahulu harga bensin Rp500. Sekarang harga bensin Rp6.000. 7 tahun lalu harga nasi bungkus Rp3.000. Sekarang harga nasi bungkus Rp10.000. Itu adalah contoh dampak dari adanya inflasi. 

Oke, sekarang apa pengaruh inflasi ke harga saham? 

Pengaruh inflasi terhadap harga saham sebenarnya tidak terjadi dalam jangka pendek. Artinya begini, ketika inflasi bulanan diumumkan naik sebesar sekian persen, maka sesungguhnya dampaknya ke pasar saham tidak akan langsung terasa di hari itu juga. Pengaruh inflasi terhadap harga saham akan terjadi ketika efek inflasi tersebut berdampak sesaat kemudian pada sektor usaha dan perekonomian di Indonesia. 

Kalau inflasi di Indonesia mengalami kenaikan secara terus-menerus secara tidak wajar, sehingga turut menganggu perekonomian, maka IHSG secara bertahap pasti akan anjlok. 

Memang di pasar saham ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham, bukan hanya inflasi saja. Tapi inflasi adalah salah satu faktor yang bisa memiliki pengaruh ke pasar saham.  

Sebagai contoh, ketika inflasi naik secara drastis dalam kurun waktu pendek, maka hal ini bisa berdampak pada perusahaan. Perusahaan akan mengalami kenaikan harga bahan baku secara drastis, bahan bakar, pembengkakan biaya produksi perusahaan. Hal ini pada akhirnya bisa menurunkan nilai laba kotor, laba operasional dan laba bersih perusahaan. 

Nah, kalau beban perusahaan membengkak dan laba bersih perusahaan turun, hal ini bisa menurunkan ekspektasi pelaku pasar terhadap harga saham perusahaan. 

Itu kan teorinya Bung Heze. Praktinya gimana? Tanya anda penasaran.

Ya kita lihat saja tahun 2015 saat terjadi inflasi kita naik secara drastis, terutama sejak bulan Mei 2015 hingga Oktober 2015. Perhatikan tabel inflasi di bawah ini (Data Badan Pusat Statistik).

(Sumber gambar: bps.go.id)

Inflasi sebenarnya sudah mulai naik tajam sejak November 2014, tapi dampaknya baru terasa di Bulan Mei 2015 (ini yang namanya gelembung ekonomi). Hal ini pada akhirnya turut membuat harga saham jatuh, karena inflasi yang naik secara drastis juga berdampak ke kinerja perusahaan (kenaikan beban-beban operasional perusahaan). 

Ketika pemerintah mulai mengendalikan inflasi melalui kebijakan2 ekonomi, kita lihat IHSG bisa mulai bergerak stabil. Jadi, memang inflasi memiliki pengaruh ke harga saham, namun dampaknya tidak terasa secara cepat dan langsung. 

Kemudian anda bertanya kembali: "Pak Heze, inflasi yang wajar itu berada di angka berapa?" 

Sebenarnya tidak ada ukuran inflasi yang wajar dan sehat di angka berapa. Tapi kalau kita lihat negara2 di maju, nilai inflasinya memang hanya sekitar 1-2% saja. Kita tetap membutuhkan inflasi, karena inflasi sebenarnya juga menunjukkan adanya daya beli masyarakat yang cukup baik.

Pada umumnya, inflasi yang bagus adalah inflasi yang naik-turunnya stabil. Ini artinya pemerintah memang memiliki kebijakan2 yang berdampak pada sektor usaha, sehingga harga saham emiten2 pun juga turut terjaga dengan baik.  

Jadi, kalau suatu saat anda melihat nilai inflasi dari bulan ke bulan yang terus membengkak, padahal harga saham naik terus, maka inilah yang perlu diwaspadai, karena saat 'gelembung' itu meledak, harga saham akan jatuh sangat dalam.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Kenapa Trader Sering Terjebak Cut Loss?

Kenapa Trader Sering Terjebak Cut Loss?

Dalam dunia trading saham, cut loss bisa diartikan sebagai tindakan trader menjual sahamnya secara rugi, karena saham yang dibeli tidak bergerak sesuai harapan alias turun. Nah, tujuan trader cut loss adalah sebagai bentuk proteksi modal, agar saham tidak turun terus dan berpotensi menggerus modal, maka trader melakukan cut loss lebih awal. 

Tapi apapun alasannya, terlalu banyak melakukan cut loss dalam trading, menunjukkan bahwa trading anda belum berjalan dengan efektif. 

Nah sekarang anda perlu mengetahui penyebab kenapa trader seringkali terjebak dalam cut loss berkali-kali. Ada dua alasan trader sulit keluar dari "lingkaran cut loss" 

1. Belum mampu mempraktikkan analisis teknikal 

Di web Saham Gain ini saya sudah berkali-kali menekankan pada anda tentang pentingnya analisis teknikal. Apabila anda tidak bisa menerapkan analisis teknikal dengan benar, maka hal ini bisa menjadi penyebab utama anda sering mengalami cut loss. 

Praktik analisa teknikal pemula - expert bisa anda lihat disini: Praktik Analisis Teknikal Saham. Maka dari itu, sebelum anda memutuskan untuk terjun ke dunia trading saham, anda harus mendalami praktik2 analisa teknikal. 

Mulailah dahulu dengan mempelajari basic2 analisis teknikal, dan mulailah dengan modal sekecil mungkin. Analisa2 sederhana ini nantinya bisa terus anda kembangkan secara bertahap, sehingga anda nantinya bisa menemukan pola trading yang cocok untuk anda. Baca juga: Cara Menganalisa Saham yang Baik (Tingkat Lanjut). Dengan cara ini, anda bisa meminimalkan risiko cut loss. 

2. Trader tidak mau mengakui kesalahannya sendiri 

Penyebab trader yang selalu berakhir dengan cut loss ternyata sering sekali dikarenakan mereka tidak mau mengakui kesalahannya sendiri. 

"Apa nih maksudnya Bung Heze?" Tanya anda 

Saya banyak menemukan trader yang ketika mereka rugi, mereka langsung menyalahkan pasar saham, menyalahkan broker, menyalahkan analis saham, menyalahkan grup saham dan sebagainya. Banyak sekali trader yang tidak berani mengakui kesalahannya ketika mereka cut loss. 

Banyak trader yang belum berani mengatakan: "Oh iya memang saya yang salah dalam analisis. Harusnya lain kali saya jangan beli saham yang seperti ini."

Kebanyakan trader masih sering mencari kambing hitam yang membuat mereka cut loss. Sekarang coba anda bayangkan. Yang trading anda sendiri. Yang pencet tombol buy dan sell anda sendiri. Trading juga pakai duit anda sendiri. Maka harusnya seluruh keputusan trading 100% ada di tangan anda, dan bukan tanggung jawab orang lain. 

Pada saat anda mencari kambing hitam ketika rugi, anda tidak akan bisa fokus dan mencari celah-celah kesalahan trading anda. 

Sehingga trader yang tidak berani mengakui kesalahannya sendiri dan melakukan evaluasi, akan kerap mengulangi kesalahan2 yang sama. Pada akhirnya trader akan terus jatuh di lubang yang sama (cut loss berkali-kali). 

Kalau anda mengalami hal ini, mulai sekarang lakukanlah evaluasi dalam trading anda. Anda boleh-boleh saja mengikuti rekomendasi dari analis. Namun seluruh keputusan tetap ada di tangan anda. Ini artinya seluruh keputusan trading harus dilakukan oleh analisa subjektif dari anda sendiri. 

Dan kalau ternyata anda cut loss, maka anda harus akui dan evaluasi. Karena sesungguhnya trading saham itu adalah sebuah SENI untuk mendapatkan profit. Seni bisa tercipta apabila anda mau mencoba, anda mau menganalisa. Dengan menganalisa, cepat atau lama anda akan menciptakan pola trading yang nyaman untuk anda. 

Oleh karena itu, di web ini, saya selalu memberikan praktik2 trading pada anda yang bertujuan untuk mengarahkan anda pada trading mandiri, bukan menggantungkan analis, grup dan lain-lain. Baca juga: Belajar Saham Pemula - Expert. 

Itulah dua penyebab utama yang sering saya temukan mengapa trader cut loss mulu. Terutama poin nomor dua ini benar-benar harus anda renungkan dan jadikan bahan evaluasi, karena ketidaksiapan trader untuk mengakui kesalahannya sendiri biasanya tidak disadari secara langsung. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Belajar Investasi Saham untuk Pemula

Belajar Investasi Saham untuk Pemula

Banyak pertanyaan teman-teman yang ingin memulai investasi saham, namun masih belum paham apa saja yang harus dipelajari. Investasi saham berarti anda membeli saham untuk disimpan dalam jangka panjang (minimal satu tahun). 

Itu artinya, dalam investasi saham, anda harus bisa memilih saham-saham yang punya kinerja bagus, karena saham2 yang memiliki kinerja baik, harga sahamnya punya potensi naik dalam jangka panjang. 

Bagi anda investor pemula, berikut adalah hal-hal yang harus anda pelajari agar anda bisa mengambil keputusan investasi saham: 

1. Analisis fundamental: Mempelajari perusahaan 

Untuk bisa memilih saham yang baik, anda sebagai investor saham harus bisa mempelajari perusahaan apa yang ingin anda beli sahamnya. Pelajari tata kelola perusahaan. Pelajari analisis sektoral. Pelajarilah apakah sektor perusahaan sedang bermasalah atau tidak. 

Pelajari apakah sektor perusahaan sedang booming. Pelajari ketersediaan produk2 perusahaan di pasar. Artinya, untuk memilih perusahaan dalam investasi, anda bukan hanya melihat kinerja, tetapi ukuran2 kualitatif ini juga perlu anda perhatikan. 

Poin penting ini yang terkadang dilewatkan oleh investor saham pemula. Oleh karena itu, dalam investasi, anda harus memahami perusahaan yang ingin anda beli sahamnya. 

2. Analisis fundamental: Belajar laporan keuangan 

Analisis fundamental berikutnya barulah anda bisa pelajari kinerja keuangan melalui laporan keuangan perusahaan. Anda bisa mencarinya melalui situs IDX. Baca juga: Cara Mendapatkan Laporan Keuangan Perusahaan

Melalui laporan keuangan, anda bisa mengetahui kondisi sehat tidaknya perusahaan, sehingga disitulah anda bisa memutuskan apakah suatu perusahaan layak investasi atau tidak melalui kinerja keuangannya. 

3. Analisis fundamental: Valuasi saham 

Karena anda membeli saham, maka dalam investasi saham anda harus memahami valuasi saham. Valuasi saham bertujuan untuk mengetahui mahal murahnya harga saham perusahaan. 

Kalau secara valuasi saham perusahaan sudah terlalu mahal, maka ada baiknya anda menunggu momen yang tepat untum investasi, salah satunya menunggu mayoritas valuasi saham menjadi murah / diskon. 

Salah satu analisis untuk valuasi saham yang paling banyak digunakan adalah Price Earning Ratio (PER). Anda bisa pelajari disini: Analisis Fundamental Saham: Price Earning Ratio (PER). 

Dengan memahami kondisi harga saham perusahaan itu sendiri melalui valuasinya, anda bisa memutuskan apakah akan membeli saham dalam jumlah lebih banyak, membeli sedikit dulu, atau wait and see. 

4. Mengelola modal dan diversifikasi saham untuk pemula 

Dalam investasi saham, anda tidak hanya sekedar menganalisis perusahaan. Anda harus bisa melakukan manajemen modal anda dengan bijak, termasuk diversifikasi saham untuk investasi. 

Sebagai pemula, gunakan modal kecil untuk investasi di kisaran Rp500 ribu - Rp3 juta tergantung saham yang anda beli. Walaupun anda memiliki modal besar, karena anda masih pemula, anda harus memulai secara bertahap, agar psikologis anda bisa lebih terkontrol dalam investasi. 

Mengelola dan diversifikasi saham harus anda terapkan baik untuk investor maupun trader jangka pendek. Kalau anda sering berkunjung ke web Saham Gain ini, saya sudah sering membahas tentang pentingnya modal dan diversifikasi saham untuk pemula. 

5. Nabung saham 

Jika modal anda masih sedikit, anda bisa menerapkan investasi dengan cara nabung saham alias membeli saham yang sama secara bertahap. Kalau anda ingin mengetahui ilustrasi nabung saham, saya pernah mengulasnya disini: Penjelasan Cara Menabung Saham. 

Itulah 5 hal penting yang harus anda pelajari dan praktikkan terutama untuk anda yang ingin memulai investasi saham (investasi saham untuk pemula).

Poin-poin yang saya tuliskan diatas ini memang kedengarannya basic banget. Tapi justru itulah praktik2 dan analisa fundamental yang perlu anda pelajari, karena nantinya akan anda pakai terus dalam memilih saham. 

Jangan sampai anda belum memiliki ilmu analisis fundamental, namun anda sudah berangan-angan untuk kaya seperti Warren Buffet. Jadi, pelajari dan terapkan dulu kelima poin tersebut untuk investasi saham.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Transaksi Saham di Pasar Negosiasi

Transaksi Saham di Pasar Negosiasi

Transaksi saham umumnya dilakukan di pasar reguler. Beli jual saham yang anda biasanya lakukan, aksi korporasi perusahaan, dividen dan lain2 pasti akan dilakukan melalui mekanisme transaksi di pasar reguler. Baca juga: Pasar Reguler, Pasar Negosiasi dan Tunai di Bursa Saham.

Tapi pasar reguler bukanlah satu2nya tempat untuk transaksi saham. Di pasar saham ada yang namanya PASAR NEGOSIASI. Apa itu pasar negosiasi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan baca pos: Cara Transaksi Saham di Pasar Negosiasi. 

Transaksi saham di pasar negosiasi memang tidak terlalu banyak dilakukan. Namun ada baiknya anda mengetahui tujuan trader bertansaksi di pasar negosiasi. Ada beberapa alasan trader melakukan trading di pasar negosiasi: 

1. Cut loss saham 

Trader yang menjual sahamnya di pasr negosiasi bisa jadi karena mereka ingin cut loss saham. Hal ini biasanya terjadi ketika trader membeli saham gorengan, kemudian harga sahamnya turun sampai Rp50 dan tidak ada antrian beli lagi, sehingga trader tidak bisa menjual sahamnya di pasae reguler. 

Jadi harga saham yang harganya sudah mentok di gocap di pasar reguler, anda masih bisa membeli dan menjualnya di pasar negosiasi. Di pasar negosiasi, biasanya harganya lebih rendah daripada harga sahamnya di pasar reguler. 

2. Membeli saham di harga lebih rendah

Seperti yang saya jelaskan di poin pertama bahwa harga saham di pasar negosiasi umumnya lebih rendah daripada pasar reguler. Jadi kalau ada pemain saham yang memborong saham di pasar negosiasi, bisa jadi tujuannya adalah untuk itu (membeli di harga jauh lebih rendah), dan nantinya sahamnya bisa dilepas / dijual lagi di pasar reguler dengan harga yang jauh lebih tinggi.  

Sebagai contoh, ELTY harga sahamnya adalah Rp50 di pasar reguler. Tetapi di pasar negosiaasi, harga sahamnya bisa hanya Rp39 saja. 

Jadi kalau ada transaksi beli saham dalam jumlah besar di pasar negosiasi, bisa jadi itu adalah permainan bandar supaya bisa menggoreng / menjatuhkan harga saham di pasar reguler. 

Tapi ketika trader membeli saham di pasar negosiasi, belum tentu tujuannya 100% agar bisa menjual di pasar reguler. Kemungkinan lainnya, trader membeli saham di pasar negosiasi dan menjualnya juga di pasar negosiasi. Karena harga saham di pasar negosiasi lebih rendah, hal ini memudahkan trader membeli saham dengan jumlah lot yang jauh lebih banyak daripada di pasae reguler. 

3. Pasar negosiasi memiliki variasi harga 

Yang namanya pasar negosiasi, tidak mengikuti mekanisme perdagangan dan fraksi harga layaknya di pasar reguler. Sebagai contoh, saham A di pasar reguler harganya adlaah 384. Menurut aturan fraksi harga saham, seharusnya kenaikan dan penurunan harga sahamnya adalah 2 poin (380, 382, 384, 386 dan seterusnya).

Tapi di pasar negosiasi hal ini tidak berlaku. Trader bisa menego harga di harga 277 yang sama sekali berbeda dengan fraksi harga di pasar reguler. Adanya variasi harga yang tidak harus mengikuti pasar reguler ini terkadang dimanfaatkan trader untuk membeli saham di pasar nego. 

Nah, itulah tujuan2 trader melakukan transaksi saham di pasar negosiasi. Tapi transaksi di pasar negosiasi ini tidak banyak yang melakukan. Kalaupun ada, mereka memiliki tujuan2 tertentu, seperti ingin memiliki saham perusahaan dalam jumlah yang sangat besar, atau tujuan2 seperti yang saya sebutkan diatas. Terus gimana cara transaksi di pasar negosiasi. Saya sudah pernah menuliskannya disini: Cara Transaksi Saham di Pasar Negosiasi


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Strategi & Cara Investasi Saham

Strategi & Cara Investasi Saham

Membeli dan menyimpan saham untuk investasi dapat menghasilkan keuntungan jangka panjang (diatas 1 tahun) dari saham-saham yang anda beli. Dengan investasi saham, anda bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham yang lebih masif, serta dividen sebagai 

Banyak anggapan salah bahwa dengan "Kalau mau untung, jangan trading jangka pendek, simpan saja saham untuk jangka panjang, karena dalam jangka panjang harga pasti akan naik".

Anggapan ini benar, namun kurang tepat. Tidak semua saham harganya bakalan naik dalam jangka panjang. Faktanya, banyak saham yang justru selama tren 1, 3, 5 tahun harga sahamnya cenderung turun. 

Oleh karena itu, investasi saham harus dilakukan dengan cara dan strategi yang benar, bukan hanya sekedar membeli dan menyimpan saham selama mungkin. 

Agar anda bisa menghasilkan keuntungan maksimal dari investasi saham, anda harus memilih saham yang tepat. Kita semua tahu baik dalam trading maupun investasi, tidak semua saham itu layak buat dibeli. 

Berikut adalah strategi dan cara investasi saham yang harus anda terapkan mulai dari investor pemula - expert: 

1. Pahami perusahaan yang ingin anda beli 

Investasi saham sama dengan 'membeli perusahaan'. Itu artinya, anda harus mengerti perusahaan apa yang anda beli. Anda harus pahami produk utama perusahaan, ketersediaan produk di pasar, tata kelola, perusahaan tersebut bergerak di bidang apa, seberapa mudah produk perusahaan ditemukan dan lain2. 

Kalau anda investasi saham tetapi anda tidak tahu perusahaan apa yang anda beli, itu ibaratnya anda membeli barang tetapi anda tidak tahu kegunaan dan mengapa anda membeli barang tersebut. 

Pada akhirnya kalau anda investasi saham dan tidak mengerti dengan baik saham apa yang anda beli, anda justru akan meningkatkan risiko dalam investasi saham. 

2. Analisis fundamental kuantitatif (analisa laporan keuangan)

Investasi saham berarti anda harus mengetahui kinerja perusahaan. Belilah perusahaan yang punya kinerja baik dan sehat, karena investor saham akan mengincar perusahaan yang kinerjanya sehat. 

Untuk mengetahui kinerja perusahaan, anda harus melakukan analisis laporan keuangan, baik analisis laporan posisi keuangan hingga laporan laba rugi, ekuitas dan ukuran2 rasio keuangan untuk menilai apakah perusahaan layak investasi atau tidak. 

3. Pilih perusahaan terbaik di sektornya

Anda harus membandingkan kinerja keuangan satu perusahaan dengan perusahaan2 lain di satu sektor industrinya. Dari situlah anda bisa melihat saham mana yang terbaik dan layak diinvestasikan. 

Pilihlah perusahaan yang memiliki kinerja terbaik di sektornya. Kalau anda tipikal investor yang mencari saham2 growth, maka carilah perusahaan yang punya pertumbuhan paling baik di sektor industri tersebut. 

4. Manajemen modal dengan benar 

Sukses dalam investasi saham harus dilakukan dengan manajemen modal yang benar. Manajemen modal berarti anda harus diversifikasi saham yang layak, menambah modal dengan cara yang benar, dan jangan rakus dalam investasi saham. 

Manajemen modal bukan hanya bicara tentang besar kecilnya modal anda, tetapi pengelolaan modal seperti yang saya sebutkan diatas tadi. Tanpa manajemen modal, portofolio saham anda tidak akan bisa berkembang secara optimal. 

5. Orientasi pada jangka panjang

Investasi saham adalah menyimpan saham untuk jangka panjang. Artinya, dalam investasi anda harus memiliki orientasi dan tujuan jangka panjang. Kalau saham anda baru naik 1 minggu, jangan dijual. 

Inilah yang sering dilakukan oleh investor saham. Nah, kalau anda tidak tahan dengan fluktuatif harga saham (saham naik sedikit dan anda langsung jual), maka kemungkinan besar anda lebih cocok menjadi trader daripada investor. 

6. Valuasi saham

Sebagai opsi, anda bisa memilih perusahaan yang memiliki valuasi murah di sektor industrinya untuk investasi. Hal ini penting untuk anda yang ingin memilih saham-saham yang harganya sedang murah / terdiskon secara fundamental. 

Enam strategi dan cara investasi saham ini haruslah anda terapkan ketika anda ingin 'membeli perusahaan' untuk disimpan jangka panjang. Jangan lupa untuk selalu menganalisa sendiri perusahaan yang ingin anda beli. Jangan membeli saham hanya karena pendapat orang lain.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Penurunan IHSG: Saham Apa Yang Bagus?

Penurunan IHSG: Saham Apa Yang Bagus?

Pada saat-saat IHSG sedang bergerak turun, banyak ketidakpastian global, tidak sedikit trader saham yang mulai panik, khawatir jika IHSG akan down terus, dan banyak trader yang bingung harus apa ketika IHSG lagi turun. 

Penurunan IHSG yang saya maksud disini bukan hanya sekedar koreksi normal, tetapi penurunan yang membuat tren IHSG menjadi downtrend atau sideways. Intinya, penurunan IHSG yang membuat tren IHSG sulit bergerak naik. Contohnya seperti ini: 

Historis IHSG
Sebenarnya, secara historis, IHSG kita sudah pernah beberapa kali mengalami penurunan yang cukup tajam. Jadi ketika anda menemukan IHSG yang sedang berada dalam tren turun, anda tidak perlu panik, karena kita sudah pernah mengalami hal tersebut. 

1998 --> IHSG pernah turun 50% lebih dari titik tertinggi sebelum koreksi
2008 --> IHSG mengalami penurunan dari titik tertinggi (sebelum koreksi) sekitar -25%
2013 & 2015 --> IHSG mengalami penurunan sekitar 15-18%
2019 --> IHSG mengalami penurunan sekitar 14% (dari 6.638 ke 5.800), tapi setelah itu IHSG naik lagi. 

Dan setelah IHSG mengalami koreksi besar, IHSG tidak langsung naik, melainkan sideways dulu dan setelah benar-benar berada di titik jenuhnya, barulah IHSG bisa naik. Disitu kemudian saham2 yang sudah murah akhirnya naik lagi bahkan melebihi harga sebelum koreksi besar. 

Jadi kalau anda berada dalam masa-masa penurunan IHSG, anda tidak perlu panik, karena jika anda melihat IHSG dalam jangka panjang, maka IHSG SELALU bergerak naik alias uptrend. Kita bisa lihat grafik historis IHSG berikut: 

IHSG 10 tahun
IHSG selalu uptrend dalam jangka lebih panjang. Walaupun di dalam tren naiknya, anda bisa perhatikan tetap saja ada tren-tren turun yang terjadi. 

Itu artinya, setelah IHSG turun banyak, pasti ada masa di mana IHSG naik, dan karena perkembangan zaman semakin maju, ekonomi semakin maju, maka pelaku pasar akan semakin percaya untuk berinvestasi dan trading di pasar saham Indonesia juga. 

Nah, kalau IHSG mengalami koreksi besar tetapi bukan crash market, anda harus melihat pergerakan IHSG saat itu. Artinya, kalau IHSG cenderung koreksi tapi masih banyak technical reboundnya, maka anda bisa manfaatkan untuk trading. 

Crash market biasanya terjadi kalau IHSG sudah turun 25% lebih dari harga sebelum koreksi seperti tahun 1998 dan 2008. Kalau IHSG masih turun 15% misalnya, maka IHSG belum dikatakan crash market. 

Tetapi jika IHSG sudah crash market atau koreksi tajam dan jarang rebound (seperti yang terjadi tahun 2015), maka memang anda harus banyak wait and see, terutama buat swing dan positioning trader. 

Jika koreksi IHSG masih banyak didukung dengan technical rebound, maka anda bisa memilih saham-saham yang mudah rebound, dan saham2 yang pergerakannya mengikuti IHSG. 

Anda bisa pelajari juga cara-cara memilih saham yang sedang diskon disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah. 

Karena IHSG masih turun, maka anda bisa menggunakan strategi trading dengan time frame yang lebih pendek. Misalnya trading harian atau trading mingguan. Hal ini karena ketika IHSG turun, maka mayoritas kenaikan saham biasanya tidak bertahan lama, dan setelah itu akan cenderung koreksi lagi. 

Selama penurunan IHSG, anda juga perlu memperhatikan isu, sentimen yang terjadi di market. Penurunan IHSG bisa jadi menjadi titik balik uptrend atau justru sebaliknya, IHSG semakin turun karena sentimen2 negatif yang masih terus gencar berada di market. 

Tapi intinya disini saya ingin menyampaikan bahwa pada saat IHSG turun tajam, anda tidak perlu panik, karena bukan pertama kali IHSG turun tajam, dan ketika IHSG turun, IHSG selalu balik uptrend dalam waktu lebih panjang. 

Anda tetap bisa trading dengan strategi2 tersebut. Tentunya anda harus disiplin dalam take profit dan cut loss. Dan anda harus tetap perhatikan sentimen2 market saat itu.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Dua Penyebab Kemungkinan Saham Nyangkut

Dua Penyebab Kemungkinan Saham Nyangkut

Saham nyangkut.... Semua trader pasti pernah mengalaminya. Investor sehebat apapun juga pernah mengalami saham nyangkut. Saham nyangkut merupakan saham yang anda beli, tetapi setelah anda beli, ternyata harga sahamnya tidak langsung naik (entah sahamnya turun atau sideways dulu).

Di satu sisi, anda memutuskan untuk hold sahamnya. Dengan kata lain, saham nyangkut ini sebenarnya adalah saham yang anda beli tapi harganya belum bergerak sesuai harapan anda (anda berharap saham naik setelah anda beli, tapi faktanya saham anda turun) dan anda tidak ingin cut loss.  

Bagi trader, saham nyangkut selalu memiliki konotasi negatif, karena ketika saham nyangkut trader  selalu berpikir: Salah membeli saham, salah analisa, saham yang dibeli jelek, momentumnya nggak tepat, takut cut loss dan masih banyak konotasi jelek lainnya tentang saham nyangkut. 

Tapi saya pribadi kurang setuju kalau saham nyangkut adalah sesuatu yang maknanya sellau negatif untuk trader, karena saham nyangkut bukan berarti anda salah menganalisa atau takut untuk cut loss. 

Dalam trading, ada dua penyebab kemungkinan kenapa saham anda nyangkut (anda perlu simak hal ini baik-baik): 

1. Anda membeli saham yang salah  

Memang banyak trader yang sahamnya nyangkut karena mereka beli saham yang salah. Ada banyak penyebab kenapa trader membeli saham yang salah. Biasanya yang sering saya temukan adalah: 

Trader asal membeli saham tanpa melakukan analisa teknikal. Trader membeli saham yang tidak layak trading karena trader belum paham cara melakukan screening saham. Trader membeli saham saham hanya karena ikut-ikutan. Trader membeli saham-saham gorengan. Trader hanya mengincar saham-saham yang berisiko besar. Grusa-grusu dalam membeli saham. 

Kalau saham anda nyangkut karena hal2 diatas, maka sudah jelas penyebabnya adalah: Anda salah membeli saham atau anda salah melakukan analisa. Nah, kalau anda salah membeli saham, maka ada baiknya anda jangan membiarkan saham-saham jelek mengisi portofolio anda. 

Dalam hal ini, anda harus berani ambil keputusan untuk cut loss, dan jadikan hal ini sebagai pembelajaran. Ketika saham anda nyangkut, anda harus melakukan evaluasi. 

Banyak sekali trader yang sahamnya nyangkut dan kesalahan2 yang sama selalu terulang, karena trader tidak melakukan evaluasi. Nah mulai sekarang, anda harus tahu apa yang menyebabkan saham anda nyangkut. 

2. Saham anda belum waktunya naik 

Anda harus tahu bahwa dalam trading maupun investasi, tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan kemauan anda. 

Memang semakin pengalaman anda melakukan analisa teknikal, prediksi anda akan semakin sering benar. Tetapi ada kalanya ketika anda sudah melakukan analisis dengan benar, saham yang anda beli bagus, tapi ternyata saham anda turun. 

Ini artinya bukan berarti anda salah melakukan analisa, asal beli saham, anda harus langsung cut loss.. 

Tapi... 

Anda hanya perlu menunggu MOMENTUM atau GILIRAN saham anda naik. Cuman itu saja. Bukan berarti ketika saham anda turun sedikit, anda harus cut loss. Bukan berarti ketika saham anda turun anda langsung panik dan jual. Baca juga: Saham Turun: Pilih Hold atau Cut Loss? 

Dalam trading, dibutuhkan fleksibilitas dan KESABARAN. Kalau saham yang anda beli sudah benar, ngapain harus takut kalau saham anda turun sesaat? Kalau anda dikit2 langsung cut loss, ya jelas saja anda nggak akan bisa dapat profit maksimal. 

Oleh karena itu disini: Buku Saham, saya menjelaskan pada anda bahwa saham itu sesungguhnya bukan hanya soal aktivitas trading. Tapi itu semua juga soal permainan psikologis. Soal mental. Soal kesabaran. 

Seperti yang saya tulis diawal paragraf: Sehebat apapun anda di dunia saham, anda pasti pernah mengalami saham nyangkut. Investor kawakan selevel Lo Kheng Hong (LKH) pun pernah mengalami sahamnya nyangkut, yaitu ketika beliau membeli saham PTRO di harga average 1.100-an. 

Anda yang perhatikan historis saham PTRO di kisaran 2011-2016, maka PTRO harganya bahkan anjlok sampai R200. Ini artinya, tidak bisa dipungkiri saham PTRO LKH nyangkut cukup banyak. 

Tapi beliau nggak cut loss, karena saham yang dibeli adalah saham yang benar. LKH justru membeli sahamnya di harga bawah, dan PTRO akhirnya bisa naik sampai 2.500. Jadi meskipun LKH nggak averaging down sama, sekali tetep aja LKH akan dapat untung gede, soalnya dari harga 1.100-an ke harga 2.500 itu sudah lebih dari 200%. 

Namun coba bayangkan kalau beliau langsung cut loss di harga 200, maka berapa besar kerugian yang dialami? Karena beliau beli saham yang benar, maka hanya butuh waktu, giliran dan momentum untuk naik. 

Jadi kalau ada orang yang mengaku "master saham". Mengaku bisa profit terus. Mengaku nggak pernah nyangkut. Maka jangan pernah percaya dengan jualan-jualan seperti itu, karena sesungguhnya tidak ada trader / investor yang 100% benar teruuussss. 

Setiap dari anda bisa dapat profit yang konsisten di pasar saham asalkan anda bisa membedakan mana saham yang layak trading dan tidak layak trading. 

Selain itu, anda harus punya kesabaran, mental trading. Jika anda punya kedua hal tersebut, anda akan lebih siap menghadapi pasar saham. Anda akan lebih mampu memahami dan mau menunggu giliran saham2 anda naik (Toh kalau saham yang anda pegang adalah saham bagus, analisa anda benar, biasanya nggak butuh waktu lama kok untuk menunggu saham anda rebound). 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.