Keuntungan dan Risiko Menabung Saham

Keuntungan dan Risiko Menabung Saham

Program Yuk Nabung Saham yang digagas oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan didukung oleh banyak lembaga2 lainnya seperti universitas, kini telah menyita perhatian kalangan orang awam maupun trader saham dan calon investor. Sebenarnya di pos ini: Penjelasan Cara Menabung Saham, saya juga sudah pernah membahas sedikit banyak mengenai ilustrasi menabung saham. Anda bisa baca lagi penjelasan lengkapnya. Baca juga: Program Sosialisasi Yuk Nabung Saham.

Untuk memperdalam mengenai program Yuk Nabung Saham, maka di pos ini saya akan memaparkan keuntungan dan risiko menabung saham. Melalui pos ini, diharapkan anda bisa lebih memahami tentang menabung saham.

KEUNTUNGAN MENABUNG SAHAM

1. Mendapatkan pertumbuhan aset dari kenaikan harga saham jangka panjang

Prinsip menabung saham adalah membeli saham-saham yang bagus untuk jangka panjang, yang memiliki daya tahan dalam jangka panjang. Dalam hal ini, biasanya dipilih saham2 blue chip untuk menabung saham. Pada umumnya, saham2 blue chip memiliki kenaikan tren yang cukup meyakinkan. Baca juga: Daftar Saham Blue Chip di Indonesia. 

Perhatikan tren saham2 blue chip seperti UNVR, GGRM, BBCA, BBNI, UNTR, PTBA, ITMG dan lain2. Kalau anda menabung pada saham2 blue chip, apalagi jika perusahaan tersebut melakukan stock split seperti BBRI dan BMRI, anda bisa mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga saham dalam jangka panjang. 

2. Mendapatkan dividen yang besar 

Menabung pada saham2 blue chip juga memberikan keuntungan pada anda berupa dividen. Perusahaan2 blue chip biasanya membagi dividen lebih besar dibandingkan emiten2 non blue chip. 

Sebagai contoh, BBCA tahun 2016 membagikan dividen sebesar Rp200 per saham yang dibagikan 2 kali menjadi Rp70 per saham dan Rp130 per saham. Maka jika seumpama anda memiliki BBCA sebanyak 500 lot, anda bisa mendapatkan dividen sebesar Rp10 juta. 

3. Bisa dilakukan siapapun 

Menabung saham bisa dilakukan oleh pemodal kecil. Karena sesuai dengan konsepnya, menabung saham berarti menambah modal setiap bulan secara bertahap, sehingga anda bisa menambah modal dengan jumlah nominal yang kecil, dan tidak perlu menambah modal dalam jumlah besar secara langsung untuk membeli saham. 

RISIKO MENABUNG SAHAM 

1. Risiko kebangkrutan 

Menabung saham juga mengandung risiko kebangkrutan. Apabila perusahaan tempat anda investasi terancam bangkrut, hal ini bisa menjadi risiko yang besar. Hal ini karena di saham tidak ada yang namanya 'asuransi saham'. Risiko ini bisa diminimalisir dengan membeli saham2 yang punya fundamental yang kuat, yaitu saham-saham blue chip. 

2. Harga saham blue chip yang relatif mahal 

Saham blue chip harganya rata-rata sudah tinggi. Sebagai contoh saham ITMG yang termasuk salah satu saham blue chip versi penulis harga sahamnya sekarang di kisaran 22.800. Artinya untuk membeli satu lot anda butuh modal sekitar 2.280.000 belum ditambah fee beli. 

Anda bisa menyiasati hal ini dengan cara membeli saham-saham blue chip yang sedang / akan melakukan aksi korporasi stock split, karena pada umumnya emiten2 blue chip akan stock split saat harga sahamnya sudah tinggi. Baca juga: Saham BBRI Stock Split Rasio 1:5.

Itulah keuntungan dan risiko dengan menabung saham. Dengan adanya keuntungan dan risiko, anda bisa menimbang-nimbang saham apa yang layak anda miliki untuk investasi, sehingga anda tidak terjebak dengan memilih saham yang salah / saham yang tidak memberikan imbal hasil yang menarik. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Analisis Saham: Saham Unilever (UNVR) Stock Split

Analisis Saham: Saham Unilever (UNVR) Stock Split

Saham Unilever (UNVR) adalah saham blue chip yang punya kinerja sangat cemerlang, namun harga saham UNVR sudah tergolong sangat mahal secara nominal. Setelah sekian lama harga sahamnya cukup tinggi, kini UNVR berencana akan melakukan stock split, dengan rasio 1:5. 

Itu artinya, kalau harga saham UNVR sekarang adalah 44.000, maka setelah stock split harganya menjadi 8.800 per saham. Tentu saja harganya jadi jauh lebih terjangkau untuk trader. Jika anda belum paham stock split, anda bisa baca tulisan saya disini: Pengertian dan Ilustrasi Stock Split. 

UNVR bukan pertama kalinya melakukan stock split. Dari histori pergerakan saham UNVR, UNVR sudah pernah melakukan stock split sebanyak 2 kali yaitu pada 6 November 2000 dan 3 September 2003, dengan rasio yang sama yaitu 1:10. 

pada tahun 2003, harga saham UNVR sebelum stock split berada di kisaran 30.000, dan setelah stock split harganya menjadi 3.000. Kita bisa lihat bagaimana pergerakan historis jangka panjang saham UNVR, di mana setelah stock split di kisaran harga 3.000-an pada tahun 2003, saat ini harganya sudah naik sampai 44.000 (bahkan UNVR pernah menyentuh resisten 50.000). 

Saham Unilever
Perhatikan UNVR setelah stock split (tanda persegi). Kemudian saham UNVR dalam jangka panjang, tetap mengalami uptrend. 

Oke, itu pergerakan UNVR untuk jangka panjang. Lalu bagaimana dengan pergerakan jangka pendeknya nanti pasca stock split yang ketiga? 

Saat ini masih ada beberapa kendala yang membuat UNVR akan uptrend dalam jangka pendek pasca stock split. Pertama, stock split UNVR masih dinilai tidak sesuai dengan harapan pasar. 

Banyak pro dan kontra. Pelaku pasar yang kontra menganggap bahwa rasio 1:5 ini masih membuat saham UNVR terlalu tinggi harganya. Sedangkan secara historis, UNVR bisa stock split dengan rasio 1:10, sehingga tentu harga sahamnya jadi sangat terjangkau. 

Kedua, kita masih menghadapi kondisi market yang bergejolak, baik dari sisi internal maupun eksternal (perang dagang misalnya). Nah, karena UNVR adalah saham blue chip, di mana saham2 blue chip geraknya biasanya mengikut IHSG, maka kalau IHSG turun tajam, UNVR kemungkinan besar akan mengikut pergerakan IHSG. 

Jadi kalau nanti UNVR beneran stock split 1:5, dan para trader menganggap saham UNVR ini masih terlalu mahal (di harga 8.800-an), maka sangat mungkin para trader akan menjual saham UNVR ini, sehingga UNVR bisa jadi turun cukup drastis pasca stock split, sebelum akhirnya diangkat lagi setelah trader menganggap UNVR benar2 ada di harga diskonnya (secara teknikal). 

Kecuali kalau UNVR ternyata bersedia stock split 1:10 (dan tentu ini harapan kita juga), maka UNVR harganya bisa diangkat. Tapi ini bukanlah jaminan UNVR pasti akan naik pasca stock split. 

Sebagai perbandingan, kalau anda sering berkunjung dan membaca artikel2 di web Saham Gain ini, saya sudah membahas pergerakan beberapa saham pasca stock split, khususnya saham2 blue chip di Bursa Efek, yaitu saham BBRI.. 

Anda bisa baca-baca kembali ulasannya disini: Saham BBRI Stock Split Rasio 1:5, Membeli Saham Setelah Aksi Korporasi Stock Split. Disitu saya menjelaskan kecenderungan pergerakan saham2 blue chip beberapa hari-minggu pasca stock split. 

Jadi untuk jangka pendek, setelah UNVR stock split saya menyarankan anda untuk lebih banyak WAIT AND SEE. Terutama kalau UNVR koreksi, atau naik drastis di hari pertama, karena biasanya euforia stock split akan berakhir cepat. 

Sedangkan untuk jangka panjang, anda bisa mulai membeli saham UNVR ini secara bertahap, dan simpan saja.. Nggak usah peduli fluktuatif jangka pendeknya. 

Toh, secara kinerja perusahaan ini juga sangat baik, dan historis stock split 2 kali, berhasil menunjukkan bahwa UNVR selalu kembali ke jalur uptrendnya. 

Setelah UNVR stock split, nanti akan kita bahas pergerakan UNVR selanjutnya... 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Dampak Positif dan Negatif Perubahan Nilai Tukar Rupiah

Dampak Positif dan Negatif Perubahan Nilai Tukar Rupiah

Berita ekonomi setiap harinya selalu menyajikan informasi nilai tukar Rupiah. Biasanya, disajikan informasi nilai tukar Rupiah terhadap USD. Pergerakan nilai tukar Rupiah selalu ber-fluktuatif. Kadang menguat, kadang melemah. Jika Anda belum paham mengenai kurs beli dan jual, serta penggunaannya, silahkan baca pos: Memahami Kurs Beli dan Kurs Jual.

Tapi, pernahkah Anda bertanya-tanya: Kalau nilai tukar Rupiah menguat atau melemah apa dampaknya bagi sektor usaha? Apakah nilai tukar menguat berarti pasti semakin baik untuk sektor usaha di Indonesia? Di pos ini, saya akan membahasnya. 

Nilai tukar Rupiah menguat menandakan bahwa perekonomian negara semakin baik. Artinya ketika pembagunan infrastruktur berjalan lancar, daya beli masyarakat meningkat, termasuk kebijakan tax amnesty yang baru2 ini berhasil menyerap sentimen positif dari masyarakat Indonesia, maka nilai tukar Rupiah akan menguat.  

Tetapi nilai tukar Rupiah yang terus menguat tanpa ada pelemahan sama sekali, juga memiliki dampak yang kurang baik. Apa dampak kurang baik yang dimaksud? Dampaknya adalah pada neraca perdagangan (terutama pada ekspor). Neraca perdagangan adalah catatan perdagangan ekspor dan impor dalam suatu perioda tertentu. Indonesia dikatakan memiliki surplus dalam neraca perdagangan apabila nilai eskpor lebih besar daripada impor. Sedangkan neraca perdagangan dikatakan defisit apabila nilai impor lebih besar daripada ekspor (pengeluaran ke luar negeri lebih besar daripada pemasukan ke dalam negeri).

Kegunaan neraca perdagangan adalah salah satu alat untuk mengukur kekuatan perekonomian negara. Neraca perdagangan surplus berarti Indonesia memiliki pendapatan dalam bentuk mata uang asing. Pendapatan mata uang asing ini digunakan untuk menutup utang luar negeri, memperoleh pinjaman luar negeri dan transaksi luar negeri. Demikian juga sebaliknya, jika defisit, maka pemerintah akan kekurangan uang untuk membayar utang luar negeri, transaksi luar negeri tidak bisa berjalan dengan lebih lancar.

Nah, salah satu yang mempengaruhi transaksi ekspor dan impor adalah mata uang suatu negara. Intinya:

Ketika nilai tukar menguat --> Menguntungkan untuk impor, merugikan untuk eskpor.

Ketika nilai tukar melemah --> Menguntungkan untuk ekspor, merugikan untuk impor.

"Kok bisa begitu Bung Heze?" Tanya Anda

Oke, saya akan jelaskan dengan ilustrasi. Saya berikan ilustrasi menggunakan nilai tukar Rupiah terhadap USD.

Karena berbagai kebijakan pemerintah yang menimbulkan sentimen positif, nilai tukar rupiah menguat menjadi:

Kurs beli: 1 USD = Rp11.700. 
Kurs jual: 1 USD = Rp12.000

Karena Dollar sedang perkasa dan pemerintah Amerika mengeluarkan kebijakan2 baru, dalam kurun waktu tertentu akhirnya  nilai tukar melemah menjadi:

Kurs beli: 1 USD = Rp11.900.  
Kurs jual: 1 ISD = Rp12.200

KASUS IMPOR

Apabila perusahaan2 di Indonesia impor barang dari negeri Paman Sam sebanyak $1.000, maka Indonesia harus menukarkan uang Rupiah ke dalam USD. Karena impor artinya membeli barang dari luar negeri, maka Indonesia harus menyediakan mata uang asing (membeli dollar). 

Mengacu pada contoh diatas, kurs jual saat itu adalah 1 USD = Rp12.000. Maka, Indonesia harus menukarkan uang rupiahnya sebanyak Rp12.000.000 (Rp12.000*$1.000) supaya bisa membayar harga barang impor seharga $1.000. 

Jika nilai tukar melemah menjadi 12.200, maka para importir harus menukarkan uang Rupiahnya sebanyak Rp12.200.000 (Rp12.200*$1000). Artinya, kalau kurs Rupiah melemah, para importir harus menyediakan uang yang lebih besar untuk membayar biaya transaksi impor. Sehingga, dapat disimpulkan, jika nilai tukar Rupiah melemah, maka akan memberikan dampak negatif bagi transaksi impor. 

KASUS EKSPOR

Ketika perusahaan Indonesia menjual barang ke negeri Paman Sam (ekspor), dengan nilai jual $4.000, maka Indonesia akan menerima uang masuk dalam bentuk mata uang asing (USD). Para eskportir harus menukarkan uangnya dalam bentuk mata uang Rupiah pasar valuta asing, agar bisa digunakan untuk bertansaksi dalam negeri (eksportir harus menjual Dollar untuk mendapatkan Rupiah). 

Jika mengacu pada kurs diatas, maka para eksportir harus menukarkan uang USD menjadi Rupiah. Dan eksportir akan mendapatkan nilai sebesar Rp46.800.000 ($4.000*Rp11.700). 

Jika nilai tukar Rupiah melemah menjadi Rp11.900, maka eksportir akan mendapatkan uang yang lebih besar dari penukaran mata uang USD kedalam Rupiah, yaitu sebesar Rp47.600.000 ($4.000*Rp11.900). Jadi, jika nilai tukar Rupiah melemah, maka akan memberikan dampak positif bagi transaksi ekspor. Karena dengan melemahnya nilai tukar Rupiah, para eksportir akan mendapatkan uang masuk yang lebih banyak.  

Mana yang baik, nilai tukar Rupiah melemah atau menguat?

Secara umum, nilai tukar menguat menandakan kondisi perekonomian Indonesia yang semakin bagus dan stabil, dan sebaliknya jika nilai tukar terus melemah, berarti perekonomian Indonesia sdang lesu. Tapiii...

Kalau nilai tukar Rupiah terus menguat, maka dampak yang akan ditimbulkan adalah pada transaksi ekspor. Penguatan nilai tukar Rupiah secara terus menerus akan merugikan transaksi ekspor. Artinya, jika Rupiah terus menguat, maka pendapatan yang diterima negara akan turun, walaupun juga akan memberikan keuntungan dari sisi impor (karena importir membayar biaya yang lebih murah).  Sehingga, kalau Indonesia memiliki banyak transaksi ekspor dan mata uang Rupiah menguat terus, maka hal ini bisa merugikan eksportir, dan bisa memungkinkan adanya defisit neraca perdagangan. 

Sehingga, kalau nilai tukar Rupiah terus menguat, Bank Indonesia (BI) akan mengeluarkan kebijakan2 tertentu, untuk menahan laju penguatan nilai Rupiah.

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham

Nilai tukar rupiah secara umum berpengaruh terhadap harga saham. Tetapi, Anda jangan salah mengartikan, bahwa ketika nilai tukar Rupiah hari itu menguat, maka saham2 Anda akan naik. Tidak ada hubungannya sama sekali. Jadi, kalau Anda trader saham, jangan menggunakan informasi nilai tukar Rupiah harian sebagai dasar pengambilan keputusan trading. 

Nilai tukar Rupiah yang menguat mampu memberikan dampak positif pada IHSG akan terasa dalam jangka waktu tertentu, yang tampak dari kebijakan2 ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik dan perbaikan fundamental negara. Ketika nilai tukar Rupiah stabil, dan kebijakan2 pemerintah mampu mendorong perekonomian, maka IHSG juga akan naik.


Salah satu penyebab IHSG naik, salah satunya ditopang oleh data neraca perdagangan. Neraca perdagangan surplus secara umum akan membawa pada kenaikan IHSG dan sebaliknya. Dan neraca perdangan surplus atau defisit, salah satunya juga dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Jenis Saham Berdasarkan Nilai Kapitalisasi Pasar

Jenis Saham Berdasarkan Nilai Kapitalisasi Pasar

Di pasar saham anda pasti sering mengenal istilah KAPITALISASI PASAR. Kapitalisasi pasar merupakan harga saham x jumlah saham yang beredar. Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Cara Mendapatkan Data Jumlah Saham Beredar dan Kapitalisasi Pasar. 

Besar kecilnya nilai kapitalisasi pasar sesungguhnya dapat anda gunakan untuk mengetahui apakah suatu saham bisa dikategorikan sebagai saham lapis satu, lapis dua atau saham lapis tiga secara KUANTITATIF. 

Di pos yang pernah saya tulis: Memahami Saham Lapis Satu, Dua dan Tiga, saya sebenarnya sudah pernah menjelaskan cukup lengkap pada anda mengenai kriteria2 saham lapis satu, dua dan tiga. 

Namun memang untuk menilai apakah saham termasuk dalam saham lapis satu, dua dan tiga ada unsur subjektifitas dari setiap trader. Di pos ini, saya akan memberikan penjelasan tentang jenis-jenis saham berdasarkan nilai kapitalisasi pasar, yang bisa digunakan untuk menggambarkan klasifikasi saham lapis satu, dua dan tiga (untuk penilaian secara kuantitatif). 

1. Saham lapis satu (saham blue chip) / big caps

Saham lapis satu memiliki nilai kapitalisasi pasar diatas Rp40 triliun. Saham2 yang punya nilai kapitalisasi pasar tersebut, bisa dikatakan saham blue chip. Karena nilai kapitalisasi pasarnya yang besar (jumlah saham beredarnya juga sangat banyak), saham2 ini bisa menjadi penggerak indeks (IHSG). 

Jadi ketika saham2 lapis satu naik atau turun, maka pengaruhnya ke indeks sangat besar. Yang perlu anda ketahui, jumlah saham lapis satu di BEI memang tidak banyak. Paling hanya ada puluhan saja, dan itupun berdasarkan observasi saya, adalah saham2 yang memang sudah lama listing di Bursa. 

Saham2 lapis satu biasanya menjadi pemimpin pasar di industrinya (dalam hal kinerja), memiliki produk2 yang ternama, dan kinerja yang bagus. Serta memiliki likuiditas saham yang cukup baik, dan pergerakan harga yang bagus. Contoh saham2 lapis satu seperti TLKM, ASII, BBRI, BBCA, UNVR, HMSP, dan lain2. 

Saham2 lapis satu juga selalu rutin membagikan dividen dalam jumlah yang cukup besar (secara dividend per share-nya).   

Likuiditas  dan pergerakan saham2 lapis satu cukup baik dikarenakan jumlah saham yang beredar di pasar sangat besar, sehingga banyak yang mentradingkan saham tersebut. 

2. Saham lapis dua (second layer) / medium caps

Saham lapis dua memiliki kapitalisasi pasar antara Rp 1 triliun sampai dengan Rp40 triliun. Saham2 lapis dua adalah perusahaan yang sizenya lebih kecil dibandingkan saham2 lapis satu. Saham2 lapis dua jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan saham2 lapis satu, dan umumnya emitennya memiliki kinerja yang masih cukup baik dari segi fundamental. 

Kalau bicara tentang trading, saham lapis dua ini cukup beragam pergerakannya. Ada saham lapis dua yang pergerakannya likuid. Ada juga saham lapis dua yang tidak terlalu likuid. Nah, untuk memilih saham lapis dua, anda harus lebih selektif melakukan analisa teknikal, karena fakanya banyak saham lapis dua yang pergerakan teknikalnya tidak terlalu bagus. 

Contoh saham2 lapis dua adalah BSDE, SMRA, PWON, ERAA, KLBF, EXCL, BRPT dan masih banyak lainnya. 

3. Saham lapis tiga (third layer) / small caps

Saham lapis tiga memiliki nilai kapitalisasi pasar yang sangat kecil yaitu dibawah Rp1 triliun. Saham-saham third layer ini sering disebut sebagai saham gorengan. Dan saham2 lapis tiga umumnya memiliki kinerja yang tidak terlalu bagus. Banyak emiten2 small caps yang membukukan rugi bersih. 

Karena nilai kapitalisasi pasarnya kecil (dan otomatis jumlah saham yang beredar cuma sedikit), itulah yang menjadi alasan mengapa sahamnya menjadi tidak likuid, tidak banyak peminat. Disinilah kemudian bandar saham banyak berperan untuk memancing ritel, dan menaik-turunkan harga saham sesuai keinginannya. 

Ironisnya, di pasar saham kita sebagian besar 'dikuasai' oleh saham2 lapis tiga, yang sahamnya tidak likuid yang sering dan mudah digoreng oleh bandar, bahkan sebagian diantaranya adalah saham tidur (saham yang tidak ditradingkan). 

Saat ini aturan BEI terkait syarat perusahaan yang bisa listing di Bursa semakin dipermudah. Kalau dulu, syarat emiten untuk bisa go public paling tidak nilai IPO-nya harus ratusan miliyar hingga triliyunan. Tapi saat ini, sudah banyak emiten2 kecil yang listing hanya bermodalkan beberapa miliar saja, dan saham yang dilepas ke publik sangat sedikit. 

Sehingga, anda bisa lihat dari hari ke hari, semakin banyak emiten yang go public, tapi sahamnya justru cuman masuk di small caps saja, dan sebagian besar sahamnya sangat tidak likuid. 

Itulah jenis2 saham berdasarkan nilai kapitalisasi pasarnya. Semakin besar nilai kapitalisasi pasar dan semakin likuid saham tersebut, saham tersebut semakin bagus untuk ditradingkan. 

Sebagai trader pilihlah saham2 yang kapitalisasi pasarnya besar, atau setidaknya saringlah saham2 medium caps yang likuid. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Menambah Modal untuk Trading / Investasi Saham

Cara Menambah Modal untuk Trading / Investasi Saham

Hilangkan anggapan bahwa trading / investasi saham hanya bisa dilakukan oleh horang kaya. Di zaman milenial ini, anda tidak membutuhkan modal puluhan juta untuk bisa memulai belajar saham, dan mendapatkan kesempatan dapat profit di pasar saham. 

Di Saham Gain saya juga sering menuliskan beberapa ilustrasi trading dengan modal kecil. Ternyata hanya dengan modal Rp1 juta, anda sudah bisa membeli saham. Baca juga: Cara Main Saham dengan Modal Kecil. 

Seiring berjalannya waktu dan pengalaman, anda bisa terus menambah modal trading atau investasi anda. Misalnya, anda adalah trader paruh waktu dengan modal awal Rp1 juta. Anda bisa menambah modal trading secara bertahap, dari tabungan hasil kerja anda, yang tentunya harus merupakan idle money (dana menganggur). 

Namun masalahnya, tidak semua orang bisa menambah modal secara bertahap dengan mudah. Hal ini karena ada sebagian orang yang kebutuhan hariannya cukup mepet dengan gaji bulanan.

So katakanlah setelah anda berhemat, anda 'hanya' bisa menyisihkan uang Rp500.000 untuk ditabung. Tapi uang Rp500.000 itupun tidak memungkinkan untuk dimasukkan 100% ke dalam saham, karena anda juga butuh dana darurat, tabungan dan sebagainya. Maka dengan kondisi seperti ini, mungkin agak sulit untuk trader menambah modal bertahap untuk trading.

Jadi, gimana caranya agar anda tetap bisa menambah modal untuk trading TANPA harus suntik modal dari rekening anda / dari sisa gaji bulanan anda.

Caranya dengan menggunakan teknik compounding. Teknik compounding saham secara sederhana merupakan cara untuk menambah modal dari profit yang anda dapatkan. 

Saya berikan ilustrasinya. Misalnya modal awal trading anda adalah Rp3 juta. Dalam satu bulan anda berhasil mendapatkan profit sebesar Rp200.000. Profit yang anda dapatkan ini nantinya anda gunakan lagi untuk modal trading.  

Artinya, uang sebesar Rp200.000 ini tidak anda tarik / withdraw ke rekening anda, untuk anda gunakan sebagai kebutuhan konsumtif. Tapi profit Rp200.000 ini anda gunakan lagi untuk TAMBAHAN MODAL TRADING. 

Sehingga, modal trading anda sekarang bukan lagi Rp1 juta, melainkan bertambah jadi Rp1,2 juta, tanpa anda melakukan suntik modal.  

Teknik ini sebenarnya bukan cara baru. Saya sendiri waktu pertama kali trading dengan modal kecil, cara ini juga kerap melakukan strategi compounding, dan hasilnya? Sangat efektif. Cara ini bukan hanya dilakukan untuk trader modal kecil. Namun trader modal besar atau bahkan full time trader, juga kerap melakukan cara compounding untuk menambah modal di portofolio. 

Sebagai ilustrasi, perhatikan tabel dibawah ini: 

Sahamgain.com

Pada ilustrasi diatas, trader menggunakan modal awal Rp3 juta. Pada bulan pertama, trader mendapatkan keuntunan Rp200 ribu. Profit ini ditambahkan lagi menjadi modal trading seluruhnya, sehingga modal sekarang (setelah bulan pertama) menjadi Rp3.200.000. 

Bulan kedua trader mendapatkan profit sebesar Rp150.000. Profit tersebut digunakan  lagi untuk trading, sehingga modalnya sekarang sampai bulan kedua bertambah menjadi Rp3.350.000. Demikian seterusnya sampai bulan ketujuh. 

Jadi bisa anda lihat perkembangan modalnya pada tabel diatas, jika anda menggunakan teknik compounding. Modal awal anda tetap Rp3 juta. Anda tidak suntik modal sama sekali selama tujuh bulan. Namun di bulan ketujuh, modal anda sudah bertambah hingga Rp4.220.000 melalui profit yang anda dapatkan. 

Itulah cara / teknik menambah modal untuk trading saham tanpa harus melakukan suntik modal. Hal ini bisa anda terapkan untuk anda yang belum berniat melakukan suntik modal secara rutin.  

Tapi tentunya teknik compounding ini bisa dilakukan hanya jika anda punya pengetahuan tentang cara memilih saham yang bagus untuk trading / investasi

Kenapa begitu Pak Heze? 

Karena ketika anda memutuskan untuk menambah modal dari profit yang anda dapatkan, of course anda harus bisa mendapatkan profit dari trading. Anda tidak perlu muluk-muluk untuk dapat profit ratusan persen sebulan. 

Profit yang anda dapatkan secara stabil / konsisten, dapat berdampak besar pada peningkatan modal anda untuk jangka menengah - panjang. 

Jadi, untuk memahami bagaimana cara memilih saham2 yang bisa anda, guna meningkatkan modal trading anda, ada baiknya anda membaca materi praktik trading disini: Buku Saham. 

Anda harus mencari saham2 yang aman untuk trading, minim risiko dan punya potensi naik. Kalau anda pilih saham secara asal, modal anda tidak akan meningkat, justru akan tergerus. 

Anda yang kritis baca pos ini, kemudian bertanya: "Kalau profitnya dipakai buat modal terus kapan kita tarik / nikmati profitnya?" 

Agar anda tetap bisa menkimati profit, maka strateginya, profit yang anda dapatkan bisa anda bagi dua: Setengah profit anda gunakan untuk modal, setengahnya lagi anda withdraw. 

Tetapi cara ini saya sarankan untuk anda lakukan ketika anda sudah menjalani beberapa bulan trading. Jika anda masih berada di bulan pertama sampai keempat misalnya, anda tidak perlu terburu-buru untuk ambil keuntungan anda. Anda bisa gunakan 100% profit anda untuk anda jadikan modal lagi. 

Toh, kalau nanti modal anda berkembang terus, profitnya juga akan lebih terasa. Disitulah nanti anda bisa tarik profit anda untuk anda gunakan sesuai keinginan anda. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham Turun: Pilih Cut Loss atau Hold?

Saham Turun: Pilih Cut Loss atau Hold?

Saham yang anda beli, terkadang bisa jadi tidak bergerak sesuai kenyataan dan harapan anda. Semua trader pasti menginginkan saham yang dibeli akan langsung naik. Namun, faktanya bisa saja saham yang anda beli bukannya naik, justru turun. 

Saya sebenarnya sudah cukup lama menerima pertanyaan rekan-rekan trader, dan para pembaca setia web Saham Gain ini. Banyak trader yang bertanya: "Bung Heze, kalau saham yang kita beli turun, kita harus cut loss atau hold? Cut lossnya sebaiknya berapa persen dari harga beli?"

Anda mungkin sudah sering membaca tulisan2 lain yang membahas tentang strategi yang harus dilakukan saat saham turun. Ada yang menganjurkan untuk cut loss. Ada juga yang mengajurkan untuk hold saja. Ada juga yang menganjurkan untuk averaging down dan lain2. 

Nah lho? Jadi mana nih yang benar? Kalau saham kita turun, baiknya cut loss saja atau gimana? Di pasar saham kan juga ada prinsip cut loss untuk memproteksi modal? Bagaimana kita menerapkannya dalam trading?  

Tidak sedikit trader yang cut loss setelah sahamnya turun. Namun nggak lama kemudian, harganya malah naik sampai diatas harga beli. Sekarang coba anda renungkan.. Kalau anda mau bersabar menunggu, anda nggak perlu rugi, kan? Mungkin saham anda butuh waktu beberapa waktu untuk naik. But at least anda nggak perlu rugi, dan ini hanya masalah WAKTU saja. Hanya masalah fluktuatif harga saham.

Sebelum anda memutuskan untuk cut loss atau hold saat saham turun, anda harus bisa berpikir RASIONAL. 

Jangan asal melakukan cut loss, padahal saham anda adalah saham yang bagus, di mana anda sebenarnya hanya perlu menunggu untuk naik. Sebaliknya jangan sampai anda membiarkan saham2 jelek  mengisi portofolio anda. 

Kalau saham yang anda beli turun, anda harus melakukan analisa lebih dalam apakah: Saham yang anda beli bagus atau tidak? Anda beli saham pakai analisa yang biasa anda gunakan atau hanya beli saham asal-asalan?

Prinsipnya, selama saham yang anda beli bagus. Saham anda likuid (buyer-sellernya banyak), anda menggunakan analisa teknikal dengan benar, anda hanya perlu menunggu waktu untuk naik. 

Terlebih lagi kalau saham anda turun hanya karena sentimen negatif sesaat, maka saham tersebut biasanya akan balik naik lagi. Itu adalah hal yang biasa terjadi di pasar saham. 

Cara mencari saham-saham yang bagus secara analisa teknikal dan punya potensi naik dalam jangka pendek, anda bisa baca disini: Buku Saham. 

Beda cerita jika anda beli saham yang tidak likuid misalnya. Atau anda beli saham tanpa melakukan analisis. Bahkan anda sendiri bertanya-tanya setelah membeli sahamnya: "Ini saham apaan sih yang saya beli?"

Maka anda harus cut loss untuk PROTEKSI MODAL. Jangan sampai anda beli saham yang sama sekali anda tidak tahu saham tersebut, anda sendiri merasa 'aneh' dengan sahamnya, tapi anda bersikeras untuk hold terus sahamnya. Inilah penyebab trader banyak yang sahamnya sering nyangkut dan akhirnya nggak balik modal.  

Saya pernah mengalami sendiri ketika saya memutuskan untuk beli saham AALI, karena AALI akan membagikan dividen. Setelah melakukan analisa2 lebih lanjut, saya memutuskan untuk buy AALI di harga 12.200. Perhatikan rincian transaksi AALI saya dan dividen AALI yang pernah saya terima. 



(klik gambar untuk memperbesar)

Setelah saya beli AALI, faktanya AALI tidak langsung naik. AALI koreksi sejenak sampai ke harga 11.250-an. Secara hitung2an, meskipun saya sudah dapat dividen, tapi kalau saya terburu cut loss saat itu, maka kerugian di AALI akan jauh lebih besar dibandingkan dividen yang saya dapatkan. 

Karena AALI secara grafik, analisa, harga historis adalah saham yang harganya mudah rebound cepat, dan sahamnya juga termasuk saham yang bagus secara analisa teknikal, maka saya hold saham AALI. 

Dan walaupun koreksi, namun AALI tidak butuh waktu lama untuk rebound. Praktik trading diatas adalah salah satu contoh di mana jika kita sudah melakukan analisa yang benar, sebenarnya kita tidak perlu terburu untuk cut loss. 

Karena ada kalanya harga saham bisa jadi bergerak tidak sesuai harapan kita. Yang perlu kita lakukan hanyalah menunggu.  Tapi kalau yang anda beli adalah saham yang, misalnya, tidak likuid, sahamnya sering digoreng, maka anda harus tegas untuk melakukan cut loss ketika saham anda turun. 

Sepengalaman saya, saham-saham yang pola pergerakannya bagus, likuid, dan analisa yang anda gunakan sudah benar, anda hanya perlu menunggu. Saham tersebut cepat atau lama akan naik kembali. 

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$


Salah satu penyebab trader saham bangkrut ternyata karena trader tersebut tidak bisa sabar menunggu momen, bukan karena saham yang dibeli jelek. Saya beberapa kali menemukan kisah trader yang bangkrut karena trader cut loss saat harganya sudah benar2 turun, dan floating lossnya sudah gede banget. 

Trader awalnya takut untuk cut loss. Namun karena dari waktu ke waktu saham yang dipegang harganya turun, dan turun terus. Akhirnya pada satu titik, trader menyerah dan cut loss. Akhirnya kerugiannya sangatlah besar, dan modal yang digunakan habis. 

Padahal setelah turun terus mencapai titik tertentu, tidak lama kemudian, sahamnya mulai naik secara berangsur, dan walaupun harus menunggu agak lama, sahamnya akhirnya bisa naik jauh diatas harga beli awalnya. 

Kalau trader mau menunggu (selama saham yang dipegang adalah saham yang bagus), trader tidak perlu rugi besar. Waktu yang diperlukan untuk menunggu harga saham naik, ternyata lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan untuk mengganti kerugian akibat cut loss. Pernahkah anda mengalaminya?

Masalahnya banyak trader yang sudah 'didoktrin' dahulu dengan kata-kata: "Saham itu bisa untung besar tanpa risiko". "Join-lah bersama kami pasti profit". 

Waktu tiba saatnya trader dihadapkan dengan kondisi ini, trader langsung down, karena kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang digembar-gemborkan.

Anda harus mengerti bahwa pasar saham itu fluktuatif. Harga saham naik dan turun, anda harus punya mental untuk menunggu saham anda panen, dan tidak terlalu cepat cut loss. Hal ini bisa dilakukan jika anda memilih saham-saham yang tepat untuk trading. Baca juga: Memilih Saham Bagus untuk Trading. 

Dari pengalaman saya, saat saham2 yang kita pegang bagus, analisa kita benar, actually kita hanya butuh sedikit waktu untuk menunggu saham rebound. Jadi ketimbang anda cut loss, bukankah lebih baik anda menunggu sedikit waktu agar bisa untung? 

Apa yang saya tulis di pos ini merupakan pengalaman pribadi saya sendiri dalam trading. Tulisan di pos ini bukan teori (kalau di teori anda diajarkan saham turun ya cut loss.. Tapi faktanya praktiknya nggak semudah itu. Sebagai trader, anda harus cerdas melihat situasi). 

Melalui tulisan ini saya sebenarnya juga ingin mengajak anda untuk melihat fakta lebih dalam di pasar saham itu sendiri  melalui kacamata seorang trader, bukan seorang teoretis. 

Nanti dalam praktikknya, anda bukan hanya dihadappkan profit saja. Tapi suka nggak suka, anda juga akan dihadapkan pada situasi di mana saham yang anda beli ternyata harganya turun dulu.. Dan anda harus memilih antara cut loss atau hold.. 

Pilihan ini memang tidak mudah, apalagi kalau saham anda turun, floating loss anda sudah besar, dan market lagi bearish. Tapi kalau anda siap menghadapi kenyataan, dan tidak hanya termakan promosi2 'saham itu bebas risiko dan bisa untung terus', percayalah anda akan bisa mengambil keputusan dengan jernih. 

Anda akan tahu saat yang tepat apakah anda harus cut loss di saham tersebut, atau anda hold saja dan menunggu untuk naik. 

Semakin pengalaman anda trading, memang kemungkinan prediksi salah itu akan semakin kecil. Tapi harus anda ingat, sekali-dua kali anda akan menghadapi situasi seperti ini. 

Jangan sampai profit anda berubah menjadi rugi hanya karena anda cut loss dalam jumlah besar. Padahal jika anda menunggu sedikit, saham anda sudah balik naik lagi. 

Kalau anda sering mengalami saham yang anda cut loss.. Ehhh ternyata nggak lama kemudian saham anda berbalik naik, maka sebenarnya persoalannya hanya  dua: BELAJARLAH SABAR dan belajarlah memahami fluktuatif harga saham. 

Ibarat anda seorang petani. Untuk mendapatkan panen padi, ada kalanya anda harus menunggu. Jika anda tidak sabar untuk menunggu musim panen, maka tentu anda tidak bisa mendapatkan padi yang berkualitas. 



Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Strategi Beli Saham yang Murah

Strategi Beli Saham yang Murah

Di pos ini: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun, kita sudah membahas bahwa salah satu konsep trading saham yang paling simpel adalah membeli saham saat harganya masih di bottom, dan jual saat naik. 

Artinya, ketika membeli saham, anda bisa memilih saham-saham yang harganya MURAH. Pelajari juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah. 

Tetapi dalam praktiknya, banyak trader yang salah mengartikan 'saham murah'. Seringkali trader atau bahkan investor atau semi-investor mencari saham yang murah karena NOMINAL, bukan karena value dari saham tersebut, atau murah karena diskon secara analisa teknikal.
Di dalam praktik trading, banyak trader yang belum bisa membedakan saham yang murah secara kualitas dan murah karena murahan.
Sebagai contoh, banyak saya temukan trader yang membeli saham-saham yang harganya murah, dibawah Rp500 per saham. Bahkan banyak trader yang membeli waran yang harganya biasanya dibawah Rp50. 

Masih banyak trader beranggapan bahwa saham murah itu adalah saham2 yang harganya mudah dijangkau dengan modal kecil yaitu saham2 yang harganya dibawah Rp500 dan waran. 

Anggapan ini tentu saja tidak benar. Harus anda ketahui bahwa saham2 yang terlalu rendah secara nominal, mayoritas adalah saham2 gorengan, dan saham2 yang memiliki likuiditas rendah. Baca juga: Kenali Saham Gorengan di Indonesia. 

Sehingga tentu saja saham2 yang nominalnya rendah dan tidak likuid, pergerakan harganya sangat berisiko untuk trader. Saham2 gorengan seperti itu mudah naik-turun secara drastis dengan pergerakan harga yang tidak beraturan dan cenderung dikendalikan bandar. 

Saya sering menemukan trader yang konsultasi portofolio, puluhan portofolio sahamnya pada nyangkut, dan setelah saya lihat saham2nya, trader membeli hampir semua saham yang harganya dibawah Rp300-400, dan membeli waran. 

Oleh karena itu, jika anda ingin membeli saham yang murah, anda harus membeli berdasarkan: 

1. Analisa teknikal untuk melihat saham murah 

Gunakan analisa teknikal untuk mencari saham2 yang sudah murah dalam arti DISKON secara TEKNIKAL. Saham yang diskon secara teknikal bukanlah saham2 yang nominalnya kecil. 

Akan tetapi saham yang diskon adalah saham2 yang harganya sudah murah secara teknikal, dan memiliki potensi untuk rebound. 

Praktik dan cara menemukan saham murah dengan analisa teknikal, bisa anda pelajari strategi2nya yang sudah saya bahas disini: Praktik Cara Menemukan Saham Bagus yang Diskon. 

Saham yang harganya turun dari harga 2.000 ke 1.700 misalnya. Belum tentu saham tersebut sudah murah / diskon. Maka dari itu, untuk menentukan suatu saham murah atau tidak, anda harus menggunakan analisa teknikal. 

2. Analisa fundamental 

Jika anda penganut analisa fundamental, anda bisa menemukan saham murah melalui analisa valuasi price earning ratio (PER) untuk menemukan saham2 yang sudah undervalue atau murah secara fundamental. Anda bisa baca tulisan saya disini: Cara Mengetahui Saham yang Undervalue. 

Intinya, dalam melakukan analisa saham, terutama untuk mencari saham2 yang murah, anda harus gunakan analisa teknikal dan analisa fundamental, tergantung tujuan anda. Jangan menilai saham murah dari nominalnya saja. 

KENDALA MODAL UNTUK TRADER PEMULA 

Nah, sebagian dari anda, khususnya trader pemula mungkin anda punya kendala di modal yang masih terbatas. Sehingga anda belum bisa membeli saham2 yang harganya diatas Rp1.000 atau bahkan Rp2.000. 

Padahal harus diakui bahwa saham2 yang bagus secara teknikal maupun fundamental, biasanya harga sahamnya memang diatas Rp1.000. Meskipun tidak selalu. 

Maka dari itu, solusinya kalau anda mau memulai trading, mulailah dengan modal kecil Rp1-3 juta, jangan kurang dari Rp1 juta, supaya anda punya pilihan saham lebih banyak untuk ditradingkan, khususnya saham2 yang layak trading secara teknikal dan fundamental. Pelajari juga: Modal Ideal untuk Trading Saham.

Kalau modal anda masih Rp100 ribu atau Rp200 ribu, saran saya lebih baik anda bersabar menunggu dan menabung hingga modal minimal anda Rp1 juta, karena jika modal anda terlalu kecil, anda akan rentan memilih saham2 yang murah, namun saham tersebut bukanlah saham2 yang berkualitas. 

Setelah baca pos ini, saatnya anda mempraktikkan cara mencari saham murah yang benar. Mencari saham murah bukan dilakukan dengan cara membeli saham yang nominalnya kecil, tetapi gunakan analisa teknikal, fundamental (untuk investor) dan lakukan manajemen modal yang benar. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.