Strategi Mengembangkan Sistem Trading Saham

Strategi Mengembangkan Sistem Trading Saham

Setiap kali anda trading, anda harus memiliki panduan trading yang berupa sistem trading atau biasa disebut sebagai trading plan. Trading plan berkaitan dengan penggunaan analisa teknikal yang konsisten, screening saham, manajemen modal. Pelajari juga: Membuat Trading Plan Saham. 

Untuk menghasilkan profit dalam trading, anda harus bisa mengembangkan sistem trading anda. Pada saat anda pertama kali trading (pemula), dan ketika anda sudah dua tahun trading, tentu saja level trading anda harus berbeda. Sistem trading anda yang sekarang harus lebih berkembang. 

Di pos ini, saya ingin sedikit banyak berbagi strategi mengembangkan sistem trading saham, agar anda bisa mengalami perkembangan trading yang lebih baik (profit lebih konsisten, anda lebih tenang menghadapi market).  

Ada beberapa poin penting yang harus anda lakukan agar anda bisa mengembangkan sistem trading anda: 

1. Fokus hanya ke saham-saham tertentu saja

Pada saat pertama kali trading, trader biasanya cenderung mencoba mentradingkan bermacam-macam saham. Trader mencoba mengikuti saran, pakar analis sebagai referensi saham yang mau ditradingkan. 

Hal ini wajar, dan saya dahulu juga mengalaminya, karena pemula masih berada dalam tahap mencari dan mengembangkan analisa trading, sehingga pilihan saham bisa jadi sangat banyak. 

Tetapi semakin anda pengalaman dalam trading, anda harus lebih bisa menyaring, menyeleksi dan fokus ke beberapa saham saja untuk trading. Anda harus fokus untuk memilih saham2 yang benar2 sesuai dengan karakter trading anda. 

Untuk memilih saham yang benar / layak trading, anda harus melakukan SCREENING SAHAM. Praktik2 screening saham untuk menemukan stock pick yang layak trading bisa anda pelajari disini: Panduan Memilih (Screening) Saham Bagus. 

Catatan: Saham2 yang ada di BEI jumlahnya cukup banyak, tetapi mayoritas saham2 di BEI banyak yang tidak layak trading (sebagai contoh, mayoritas saham2 di BEI banyak saham gorengan). 

Dalam trading, anda harus bisa mulai fokus untuk memilih beberapa saham yang layak trading. Dengan demikian, sistem trading anda bisa berjalan lebih teratur dan konsisten.

2. Mengatur manajemen modal

Di dalam trading, anda harus menganalisa manajemen modal anda. Anda harus bisa membatasi trading anda (jangan overtrading), dan membedakan kapan harus beli, kapan harus wait and see. 

Banyak melakukan trading bukan berarti anda pasti lebih banyak untung. Sebaliknya, wait and see bukan berarti anda kehilangan kesempatan. 

Meskipun anda saat itu sedang punya modal yang banyak atau bahkan mungkin portofolio anda full cash, bukan berarti anda harus mentradingkan semuanya. 

Kedua lakukan diversifikasi. Diversifikasi yang berlebihan justru membuat anda tidak bisa mengembangkan sistem trading lebih baik, karena anda tidak akan bisa fokus untuk memantau saham terlalu banyak. 

Kedua, diversifikasi terlalu banyak akan membuat profit anda tidak maksimal. Ketiga, terlalu banyak saham yang anda beli akan membuat anda bingung menyimpulkan, saham mana yang seharusnya lebih layak untuk anda tradingkan.

Jadi, di dalam menerapkan manajemen modal, gunakan diversifikasi 2-4 saham saja, dan lakukan momentum trading yang tepat (trading tidak harus setiap saat). 

3. Jangan merubah total sistem trading (analisa teknikal) 

Banyak yang salah mengartikan bahwa mengembangkan sistem trading berarti anda harus sering merubah dan mencoba sistem trading yang baru, supaya anda tahu mana yang paling cocok untuk anda. 

Saya tidak menyarankan hal ini. Anda bisa bayangkan ada ratusan indikator dan analisa teknikal lain yang bisa anda pakai. Itu artinya, kalau anda melakukan kombinasi analisa teknikal, jumlah kombinasi analisa teknikal bisa sangat beragam. 

Tidak mungkin anda mencoba satu per satu kombinasi analisa teknikal. Kalau anda melakukan hal ini, anda hanya akan bingung dan anda bisa kehilangan arah dalam trading. 

Jika anda sudah memiliki sistem trading, ujilah apakah sistem trading anda bisa menghasilkan profit. Kalau sistem trading anda banyak loss-nya, barulah anda boleh mengganti total sistem trading anda. 

Untuk menciptakan sistem trading yang baik, anda harus memulai dengan praktik analisa teknikal yang simpel. Kita pernah membahasnya disini tentang praktik2 dan strategi analisis teknikal: Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal. 

Jika anda sudah memiliki sistem trading yang mulai menghasilkan profit, ada baiknya anda terus menggunakan dan mengasah analisa2 yang sudah anda miliki tersebut. Anda boleh memodifikasi sistem trading anda, misalnya menambahkan indikator pendukung, menambahkan analisa chart pattern. 

Namun jika anda sudah punya sistem trading, jangan pernah merubah total sistem yang sudah anda jalankan, yang sudah terbukti menghasilkan profit. Dengan cara ini, sistem analisa teknikal anda bisa terasah jauh lebih baik, ketimbang anda gonta-ganti sistem trading. 

Sistem trading yang bisa menghasilkan untung adalah sistem trading yang SIMPEL dan bisa dipraktikkan. Selama sistem trading anda bisa anda praktikkan walaupun sederhana, maka anda hanya perlu megasahnya. 

Jadi untuk mengembangkan sistem trading saham, anda harus bisa fokus mentradingkan saham2 yang bagus, manajemen modal lebih diatur dan konsisten dengan sistem trading anda. 

Intinya, sistem trading anda bisa berkembang jika anda tidak melakukan sesuatu yang sifatnya OVER alias BERLEBIHAN dalam trading. 

Berlebihan dalam diversifikasi. Berlebihan dalam trading (overtrading), mengganti sistem trading terus menerus (berlebihan dalam menggunakan analisa teknikal). 

Kalau anda saat ini merasa sistem trading anda belum bisa berkembang (menghasilkan profit yang lebih besar dibandingkan saat anda pertama trading), anda harus evaluasi kembali trading anda. Terapkan dan praktikkan poin2 diatas. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Mencari Annual Report di IDX

Cara Mencari Annual Report di IDX

Laporan tahunan (annual report) merupakan laporan perusahaan yang berisi tentang kinerja keuangan selama satu tahun periode akuntansi (Januari-Desember). Namun laporan tahunan berbeda dengan laporan keuangan biasa. 

Laporan tahunan memuat informasi penuh tentang perusahaan, seperti visi misi, struktur organisasi, penerapan good corporate governance, kegiatan2 CSR yang dilakukan, tinjauan dan analisa kinerja keuangan, perbandingan kinerja rasio-rasio keuangan selama 3-5 tahun, informasi harga saham dan lain2. 

Intinya, laporan tahunan perusahaan memuat informasi2 perusahaan dan keterbukaan informasi. Sehingga dengan adanya laporan tahunan, anda bisa mencari informasi2 lebih banyak tentang perusahaan, bukan hanya dari laporan keuangan. 

Laporan tahunan bisa anda cari datanya secara lengkap melalui situs www.idx.co.id. Laporan tahunan diterbitkan satu tahun sekali, umumnya laporan tahunan akan muncul pada bulan akhir April (untuk laporan tahunan periode Januari-Desember tahun sebelumnya). 

Berikut adalah cara mencari annual report di IDX

1. Buka situs idx.co.id, masuk menu Perusahaan Tercatat --> Laporan Keuangan & Tahunan 


2. Kemudian muncul tampilan berikut: 

Cara mencari annual report di IDX
Untuk download laporan tahunan perusahaan: 

Jenis Laporan pilih: Laporan Tahunan 
Jenis Efek pilih: Saham
Kode/ Nama Perusahaan: pilih kode emiten yang ingin anda cari laporan tahunannya
Tahun: Pilih sesuai kebutuhan anda 

Sebagai contoh, jika anda ingin mencari laporan keuangan PT Astra International, maka anda bisa ketikkan kode sahamnya (ASII) atau ketikkan Astra International. Lalu klik 'Cari'. Lalu pada bagian bawah situs IDX, akan muncul annual report yang anda cari: 


Setelah itu, anda bisa klik PDF yang berisi annual report. Itulah cara mencari annual report di IDX. Semoga bermanfaat untuk anda yang sedang mencari laporan tahunan perusahaan untuk analisa. 

Kalau anda ingin mengetahui ringkasan kinerja keuangan perusahaan dan rasio2 keuangan penting selama 3-5 tahun untuk analisa fundamental, anda bisa melihat ringkasannya secara langsung di annual report (di laporan keuangan tidak ditampilkan) terutama di bagian Ikhtisar Keuangan / Financial Highlights. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Swing Trading vs Day Trading

Swing Trading vs Day Trading

Swing trading (trading mingguan sampai sebulan) dan day / intraday trading (trading harian sampai tiga harian) merupakan dua strategi trading yang sering diterapkan trader. 

Saya pribadi sering mendapatkan pertanyaan2 dari trader: "Pak Heze apakah sebaiknya saya beli saham dan disimpan mingguan atau untuk trading harian saja?" 

Maka dari itu, di pos ini saya akan membahas keuntungan dan kekurangan jika anda menerapkan kedua strategi trading tersebut. 

SWING TRADING 

Strategi2 memilih saham untuk swing trading, pernah saya bahas disini: Teknik Strategi Trading Saham Mingguan. Jika anda ingin menerapkan swing trading, anda bisa mempertimbangkan keuntungan2 dan kekurangan berikut: 

KELEBIHAN SWING TRADING
  • Cocok untuk anda yang tidak punya banyak waktu memantau market
  • Cocok untuk anda yang suka menerapkan buy and hold (tidak suka jual saham terlalu cepat)
  • Anda bisa mendapatkan profit dengan range lebih besar dalam jangka mingguan
  • Anda tidak perlu terlalu sering memantau pergerakan saham
  • Bagus diterapkan untuk penganut analisa tren (trend follower) 
  • Profit lebih besar dalam kondisi market bullish
KEKURANGAN SWING TRADING
  • Tren naik saham kurang bagus pada kondisi IHSG strong bearish 
  • Anda harus punya kemampuan untuk hold saham. Kalau anda tidak suka hold saham sampai seminggu lebih, psikologis / strategi trading rentan kacau. 
DAY / INTRADAY TRADING 

Intraday trading merupakan beli jual saham di hari yang sama sampai tiga harian trading. Strategi2 intraday trading pernah kita bahas lengkap praktik2nya disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham (357 halaman). 

Anda yang ingin menerapkan intraday trading, anda harus pertimbangkan fakta2 tentang day trading berikut: 

KELEBIHAN INTRADAY TRADING 
  • Anda bisa merealisasikan profit lebih sering
  • Cocok untuk trader yang punya waktu memantau market lebih banyak **
  • Bisa mendayagunakan modal lebih sering (untuk trading) 
  • Bagus diterapkan untuk kondisi market yang fluktuatif, stabil dan bearish 
  • Saham-saham sideways sangat bagus untuk trading cepat 
  • Cocok untuk anda yang tidak suka hold / simpan saham terlalu lama 
** Catatan: Day trading pun sebenarnya tidak harus dilakukan dengan cara memantau saham tiap saat, tiap menit. Day trading juga tidak harus trading setiap hari. Namun harus diakui, seorang day trading memang tetap harus memiliki jam terbang memantau market lebih banyak ketimbang seorang swing trader. 

KEKURANGAN INTRADAY TRADING 
  • Kurang cocok untuk trader super sibuk, karena anda harus lebih sering memantau market
  • Dalam kondisi IHSG strong bullish, saham yang anda jual harian kemungkinan masih naik lagi 
Sekarang anda sudah tahu kelebihan dan kekurangan strategi swing trading. Kedua strategi ini sama2 membutuhkan analisa teknikal, screening saham yang tepat dan momentum yang bagus. 

Hanya saja, strategi keduanya memang cukup berbeda, baik dari segi take profit (swing trading target take profit lebih tinggi, namun frekuensi trading lebih sedikit daripada day trading), time frame, cara memilih saham, waktu untuk memantau market. 

Kalau anda bisa dan ingin melakukan keduanya, memang saya sarankan supaya anda mengkombinasikan kedua strategi trading tersebut. Sehingga, anda memiliki modal yang bisa anda gunakan untuk dapat profit jangka pendek. 

Di sisi lain, anda juga bisa memiliki modal yang anda gunakan untuk hold saham2 yang trennya bagus. Anda bisa baca tulisan saya disini mengenai strategi kombinasi antara swing dan intraday trading: Kombinasi Trading Cepat & Swing Trading. 

Dengan adanya pos ini, semoga anda bisa menimbang strategi trading yang lebih cocok untuk anda jalankan sesuai dengan: 
  • Kesibukan pekerjaan anda
  • Kemampuan anda untuk memantau market
  • Preferensi / kecocokan anda terhadap strategi2 trading tersebut


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Konversi Utang Menjadi Saham, dan Dampaknya pada Harga Saham

Konversi Utang Menjadi Saham, dan Dampaknya pada Harga Saham

Salah satu aksi korporasi yang kerap dilakukan perusahaan adalah melakukan "konversi utang menjadi saham". Apa maksudnya konversi utang ke saham? Pada saat apa perusahaan melakukan aksi korporasi tersebut? Apa dampaknya ke harga saham? 

Konversi utang menjadi saham artinya utang-utang yang dimiliki perusahaan selama ini akan ditukar (dikonversi) menggunakan saham. Jadi, intinya utang tersebut dibayar "lunas" menggunakan saham, bukan menggunakan kas perusahaan

Investor nantinya akan mendapatkan tambahan saham baru perusahaan dari hasil konversi tersebut, dan sejumlah utang perusahaan akan berkurang / lunas. Konversi utang ke saham pernah dilakukan beberapa perusahaan, diantaranya yang sempat ramai di kalangan trader ketika PT Bumi Resources. Selain itu, PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) juga pernah melakukan aksi korporasi serupa. 

Perusahaan akan melakukan konversi utang ke saham ketika perusahaan memiliki utang yang cukup besar. Di satu sisi, perusahaan tidak memiliki kecukupan likuiditas untuk membayar utang2nya, baik untuk jatuh tempo jangka pendek maupun jangka panjang. 

Lalu, apa dampaknya ke harga saham? Apakah konversi utang ke saham menunjukkan fundamental perusahaan akan membaik karena utang berkurang tanpa harus mengeluarkan kas? Atau sebaliknya, sentimen negatif karena perusahaan tidak memiliki kas yang cukup?

Perlu anda ketahui, konversi utang ke saham biasanya dilakukan oleh perusahaan2 yang kinerjanya kurang bagus (utang gede, dan sebagainya), sehingga sahamnya pun rata2 masuk dalam saham lapis tiga. Baca juga: Memahami Saham Lapis Satu, Lapis Dua dan Tiga 

Aksi korporasi ini sebenarnya bukanlah aksi korporasi yang bagus. Mengapa demikian? Karena jika perusahaan melunasi utang menggunakan saham, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak memiliki likuiditas yang mencukupi. Anda bisa cek sendiri komposisi utang perusahaan dengan kas dan laba bersihnya di laporan keuangan untuk perusahaan2 yang melakukan akis korporasi ini.

Sehingga biasanya kalau ada aksi korporasi seperti ini, kemungkinannya ada dua: Harga sahamnya akan jatuh dengan cepat, atau bandar akan memanfaatkan rumor ini untuk buy on rumor, sell on news. Kita ambil contoh saham BUMI.


Saham BUMI ketika akan melakukan konversi utang ke saham (tepatnya saat masih menjadi rumor karena belum disetujui kreditor) harga sahamnya langsung diangkat tinggi oleh bandar ( perhatikan tanda lingkaran pertama). Kemudian saat beberapa kreditor sudah menyetujui konversi tersebut, harga saham langsung "dibanting" perlahan tapi pasti (volume mulai berkurang drastis). BUMI kembali naik drastis karena adanya sentimen harga batu bara yang rebound cepat. 

Setelah itu, tidak banyak lagi yang membicarakan aksi korporasi konversi utang menjadi saham tersebut. Dan harga sahamnya sudah tidak se-legit saat mengalami kenaikan drastis menjelang persetujuan aksi korporasinya. 

Jadi, secara fundamental konversi utang menjadi saham bukanlah aksi korporasi yang bagus. Secara teknikal, aksi korporasi ini juga tidak menjamin harga sahamnya akan lebih bagus, justru sebaliknya. 

Seorang trader ada baiknya anda menghindari saham2 yang memiliki aksi korporasi seperti ini. Kalau anda tipikal pengincar saham2 lapis tiga, alangkah baiknya anda tidak menyimpan sahamnya dalam waktu lama, karena ketika sell on news, harga sahamnya akan anjlok dengan cepat. Seorang investor (terutama penganut growth investing) juga tidak saya sarankan membeli perusahaan yang memiliki masalah2 dengan utang dan tingkat likuiditas yang rendah.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham dengan Modal Rp5 Juta

Trading Saham dengan Modal Rp5 Juta

Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan pertanyaan dari trader pemula tentang modal awal untuk trading saham. Trader pemula tersebut sudah menyiapkan modal Rp5 juta (idle money yang benar2 disiapkan buat trading). Trader bertanya: 

"Pak apakah dengan modal Rp5 juta terlalu besar buat pemula? Atau sebaliknya terlalu kecil? Menurut pengalaman Pak Heze, berapa modal awal yang ideal buat pemula?"

Untuk pemula, modal awal Rp5 juta memang masih cenderung terlalu tinggi. Kalau anda pemula, saran saya mulailah dengan modal minimal Rp1-3 juta. Saya sudah pernah membahasnya juga disini: Berapa Modal Awal Trading Saya? 

Jangan menggunakan modal kurang dari Rp1 juta. Tujuannya adalah supaya anda bisa memilih saham-saham yang kualitasnya bagus. 

Oke kembali lagi.. Jadi kalau anda sudah bekerja, anda sudah punya tabungan yang cukup banyak, lalu anda memulai buka rekening saham dan trading. Sekilas modal Rp5 juta tidak akan terlalu besar dan tidak sulit untuk anda. 

Tapi biar bagaimanapun juga, kalau anda baru memulai trading saham, itu berarti saham adalah sesuatu yang BARU untuk anda. Anda masih harus banyak belajar. Banyak adaptasi.  Anda harus bisa melakukan diversifikasi saham dan m0dal anda dengan baik. Apalagi pergerakan pasar saham cukup fluktuatif. 

Ada banyak pilihan saham yang bisa anda tradingkan. Namun tidak semua saham layak untuk trading. Pelajari juga: Cara Menemukan Saham Bagus untuk Trading. 

Maka dari itu, dengan mempertimbangkan hal-hal diatas itu tadi, maka saya menyarankan pada anda untuk menggunakan modal yang lebih kecil buat trading, yaitu mulailah dengan modal Rp1-3 juta. 

Hal ini juga bertujuan supaya secara psikologis anda lebih tenang. Terlebih lagi, anda masih harus belajar melakukan screening saham, memilih saham yang benar, diversifikasi yang tepat. Sebagai pemula, tentu anda butuh waktu untuk bisa mempraktikkan analisa2 dalam trading ini. 

Modal kecil akan membuat anda lebih tenang dalam melakukan analisa. Untuk pemula, modal yang lebih kecil dapat lebih mengontrol anda untuk tidak membeli terlalu banyak saham diluar rasionalitas anda (misalnya anda ingin untung cepat, anda ingin kaya dalam semalam dari saham).  

Nah, kalau ternyata dengan modal awal Rp1-3 juta portofolio anda bisa bertumbuh, barulah anda boleh menambah 'sisa modal' yang sudah anda cadangkan sebelumnya, sehingga modal trading anda sekarang menjadi Rp5 juta. 

Dan tentu saja, modal Rp5 juta ini boleh anda tambah terus, asalkan anda sudah bisa menghasilkan profit, anda sudah bisa mengelola modal anda, anda sudah bisa memilih saham yang layak untuk trading. Penambahan modal hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anda masing-masing.

Banyak trader pemula yang saya temui masih kesulitan mengelola modal trading Rp1 juta. Bahkan banyak trader yang menggunakan modal dibawah itu, masih kerap kali bingung dalam hal memilih saham. 

Jadi pos ini menuju pada satu kesimpulan: Walaupun anda sudah memiliki modal Rp5 juta dan siap untuk ditradingkan, saya menyarankan pada anda untuk gunakan modal Rp1-3 juta terlebih dahulu. 

Karena tujuan awal anda belajar saham adalah untuk menekan kerugian (belajar tidak rugi), maka gunakanlah modal sekecil mungkin. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham dengan Modal Rp5 Juta

Trading Saham dengan Modal Rp5 Juta

Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan pertanyaan dari trader pemula tentang modal awal untuk trading saham. Trader pemula tersebut sudah menyiapkan modal Rp5 juta (idle money yang benar2 disiapkan buat trading). Trader bertanya: 

"Pak apakah dengan modal Rp5 juta terlalu besar buat pemula? Atau sebaliknya terlalu kecil? Menurut pengalaman Pak Heze, berapa modal awal yang ideal buat pemula?"

Untuk pemula, modal awal Rp5 juta memang masih cenderung terlalu tinggi. Kalau anda pemula, saran saya mulailah dengan modal minimal Rp1-3 juta. Saya sudah pernah membahasnya juga disini: Berapa Modal Awal Trading Saya? 

Jangan menggunakan modal kurang dari Rp1 juta. Tujuannya adalah supaya anda bisa memilih saham-saham yang kualitasnya bagus. 

Oke kembali lagi.. Jadi kalau anda sudah bekerja, anda sudah punya tabungan yang cukup banyak, lalu anda memulai buka rekening saham dan trading. Sekilas modal Rp5 juta tidak akan terlalu besar dan tidak sulit untuk anda. 

Tapi biar bagaimanapun juga, kalau anda baru memulai trading saham, itu berarti saham adalah sesuatu yang BARU untuk anda. Anda masih harus banyak belajar. Banyak adaptasi.  Anda harus bisa melakukan diversifikasi saham dan m0dal anda dengan baik. Apalagi pergerakan pasar saham cukup fluktuatif. 

Ada banyak pilihan saham yang bisa anda tradingkan. Namun tidak semua saham layak untuk trading. Pelajari juga: Cara Menemukan Saham Bagus untuk Trading. 

Maka dari itu, dengan mempertimbangkan hal-hal diatas itu tadi, maka saya menyarankan pada anda untuk menggunakan modal yang lebih kecil buat trading, yaitu mulailah dengan modal Rp1-3 juta. 

Hal ini juga bertujuan supaya secara psikologis anda lebih tenang. Terlebih lagi, anda masih harus belajar melakukan screening saham, memilih saham yang benar, diversifikasi yang tepat. Sebagai pemula, tentu anda butuh waktu untuk bisa mempraktikkan analisa2 dalam trading ini. 

Modal kecil akan membuat anda lebih tenang dalam melakukan analisa. Untuk pemula, modal yang lebih kecil dapat lebih mengontrol anda untuk tidak membeli terlalu banyak saham diluar rasionalitas anda (misalnya anda ingin untung cepat, anda ingin kaya dalam semalam dari saham).  

Nah, kalau ternyata dengan modal awal Rp1-3 juta portofolio anda bisa bertumbuh, barulah anda boleh menambah 'sisa modal' yang sudah anda cadangkan sebelumnya, sehingga modal trading anda sekarang menjadi Rp5 juta. 

Dan tentu saja, modal Rp5 juta ini boleh anda tambah terus, asalkan anda sudah bisa menghasilkan profit, anda sudah bisa mengelola modal anda, anda sudah bisa memilih saham yang layak untuk trading. Penambahan modal hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anda masing-masing.

Banyak trader pemula yang saya temui masih kesulitan mengelola modal trading Rp1 juta. Bahkan banyak trader yang menggunakan modal dibawah itu, masih kerap kali bingung dalam hal memilih saham. 

Jadi pos ini menuju pada satu kesimpulan: Walaupun anda sudah memiliki modal Rp5 juta dan siap untuk ditradingkan, saya menyarankan pada anda untuk gunakan modal Rp1-3 juta terlebih dahulu. 

Karena tujuan awal anda belajar saham adalah untuk menekan kerugian (belajar tidak rugi), maka gunakanlah modal sekecil mungkin. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan

Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan

Beberapa waktu lalu, saya pernah menulis tentang keputusan untuk resign dari kantor dan menjadi seorang full time trader (FTT). Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Resign dari Kantor, Jadi Full Time Trader. 

Intinya, jika anda ingin menjadi seorang FTT, anda harus memiliki pertimbangan2 yang matang. Jika anda belum tahu seluk beluk menjadi FTT, anda tidak disarankan untuk meninggalkan pekerjaan utama anda. Anda harus mencoba menjalani trading, barulah anda bisa menyimpulkan, apakah anda cocok menjadi seorang FTT atau lebih baik menjadi part time trader saja. 

Dari tulisan saya tentang FTT tersebut, kemudian ada salah seorang rekan trader yang bertanya pada saya: 

"Pak Heze, kalau seumpama saya tidak menjadi FTT dan tetap menjadi part time trader, apakah persiapan yang saya lakukan sebagai part time trader harus sama dengan persiapan FTT?"

FTT dengan part time trader memang memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan pertama, pada peralatan / perangkat. FTT membutuhkan peralatan yang lebih komplit daripada part time trader. 

Setidaknya, FTT membutuhkan minimal PC untuk memantau saham sehari-hari, karena FTT trading untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidup, maka tidak saya sarankan untuk menggunakan perangkat ala kadarnya. Namun jika anda "hanya" sekedar part time trader, anda trading menggunakan laptop atau smartphone tidak masalah. 

Kedua, modal. FTT membutuhkan modal yang cukup besar, dibandingkan part time. Saya harus akui, kalau anda menjadi FTT hanya dengan modal Rp10 juta, Rp20 juta, maka itu masih sangat jauh dari cukup. 

Sebaliknya jika anda part time trader, anda trading dengan modal Rp1 juta pun tidak masalah. Itu artinya, persiapan modal anda untuk menjadi FTT harus lebih kuat daripada part time trader. 

Namun baik part time maupun FTT, anda butuh SKILL trading yang bisa membuat anda mencetak profit. 

Tanpa adanya skill trading yang baik, anda tidak akan bisa mencetak profit di pasar saham. Oleh karena itu, walaupun mungkin waktu yang dibutuhkan untuk analisa saham seorang FTT lebih banyak daripada part time trader, anda tetap harus meluangkan waktu untuk melakukan analisa teknikal. 

Mengasah skill trading, artinya anda harus bisa mempraktikkan strategi yang tepat untuk membeli saham, dan menjual saham, memilih saham yang bagus untuk trading, termasuk memahami praktik psikologis trading yang baik. 

Anda bisa mendapatkan praktik lengkap tentang strategi2 untuk mendapatkan profit di pasar saham, anda bisa mendapatkan materinya yang saya update berkala disini: Buku Saham.  

Jadi kesimpulannya, dari segi persiapan teknis, baik persiapan perangkat, waktu yang anda butuhkan untuk analisa, modal, dan lain2 FTT memang harus memiliki kesiapan yang lebih banyak dibandingkan part time trader. 

Namun, semua trader harus bisa melakukan analisa mandiri, dan menemukan sendiri gaya trading yang cocok untuk anda, tanpa memandang anda seorang full atau part time trader. Karena tujuan trading semuanya adalah sama: mendapatkan profit. Jadi, misi anda dalam trading adalah mencetak profit dan memanajemen modal anda dengan baik, jangan sampai modal trading yang sudah anda kumpulkan dari jerih payah anda hilang begitu saja. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.