Trading Saham dengan Modal Rp5 Juta

Trading Saham dengan Modal Rp5 Juta

Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan pertanyaan dari trader pemula tentang modal awal untuk trading saham. Trader pemula tersebut sudah menyiapkan modal Rp5 juta (idle money yang benar2 disiapkan buat trading). Trader bertanya: 

"Pak apakah dengan modal Rp5 juta terlalu besar buat pemula? Atau sebaliknya terlalu kecil? Menurut pengalaman Pak Heze, berapa modal awal yang ideal buat pemula?"

Untuk pemula, modal awal Rp5 juta memang masih cenderung terlalu tinggi. Kalau anda pemula, saran saya mulailah dengan modal minimal Rp1-3 juta. Saya sudah pernah membahasnya juga disini: Berapa Modal Awal Trading Saya? 

Jangan menggunakan modal kurang dari Rp1 juta. Tujuannya adalah supaya anda bisa memilih saham-saham yang kualitasnya bagus. 

Oke kembali lagi.. Jadi kalau anda sudah bekerja, anda sudah punya tabungan yang cukup banyak, lalu anda memulai buka rekening saham dan trading. Sekilas modal Rp5 juta tidak akan terlalu besar dan tidak sulit untuk anda. 

Tapi biar bagaimanapun juga, kalau anda baru memulai trading saham, itu berarti saham adalah sesuatu yang BARU untuk anda. Anda masih harus banyak belajar. Banyak adaptasi.  Anda harus bisa melakukan diversifikasi saham dan m0dal anda dengan baik. Apalagi pergerakan pasar saham cukup fluktuatif. 

Ada banyak pilihan saham yang bisa anda tradingkan. Namun tidak semua saham layak untuk trading. Pelajari juga: Cara Menemukan Saham Bagus untuk Trading. 

Maka dari itu, dengan mempertimbangkan hal-hal diatas itu tadi, maka saya menyarankan pada anda untuk menggunakan modal yang lebih kecil buat trading, yaitu mulailah dengan modal Rp1-3 juta. 

Hal ini juga bertujuan supaya secara psikologis anda lebih tenang. Terlebih lagi, anda masih harus belajar melakukan screening saham, memilih saham yang benar, diversifikasi yang tepat. Sebagai pemula, tentu anda butuh waktu untuk bisa mempraktikkan analisa2 dalam trading ini. 

Modal kecil akan membuat anda lebih tenang dalam melakukan analisa. Untuk pemula, modal yang lebih kecil dapat lebih mengontrol anda untuk tidak membeli terlalu banyak saham diluar rasionalitas anda (misalnya anda ingin untung cepat, anda ingin kaya dalam semalam dari saham).  

Nah, kalau ternyata dengan modal awal Rp1-3 juta portofolio anda bisa bertumbuh, barulah anda boleh menambah 'sisa modal' yang sudah anda cadangkan sebelumnya, sehingga modal trading anda sekarang menjadi Rp5 juta. 

Dan tentu saja, modal Rp5 juta ini boleh anda tambah terus, asalkan anda sudah bisa menghasilkan profit, anda sudah bisa mengelola modal anda, anda sudah bisa memilih saham yang layak untuk trading. Penambahan modal hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anda masing-masing.

Banyak trader pemula yang saya temui masih kesulitan mengelola modal trading Rp1 juta. Bahkan banyak trader yang menggunakan modal dibawah itu, masih kerap kali bingung dalam hal memilih saham. 

Jadi pos ini menuju pada satu kesimpulan: Walaupun anda sudah memiliki modal Rp5 juta dan siap untuk ditradingkan, saya menyarankan pada anda untuk gunakan modal Rp1-3 juta terlebih dahulu. 

Karena tujuan awal anda belajar saham adalah untuk menekan kerugian (belajar tidak rugi), maka gunakanlah modal sekecil mungkin. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham dengan Modal Rp5 Juta

Trading Saham dengan Modal Rp5 Juta

Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan pertanyaan dari trader pemula tentang modal awal untuk trading saham. Trader pemula tersebut sudah menyiapkan modal Rp5 juta (idle money yang benar2 disiapkan buat trading). Trader bertanya: 

"Pak apakah dengan modal Rp5 juta terlalu besar buat pemula? Atau sebaliknya terlalu kecil? Menurut pengalaman Pak Heze, berapa modal awal yang ideal buat pemula?"

Untuk pemula, modal awal Rp5 juta memang masih cenderung terlalu tinggi. Kalau anda pemula, saran saya mulailah dengan modal minimal Rp1-3 juta. Saya sudah pernah membahasnya juga disini: Berapa Modal Awal Trading Saya? 

Jangan menggunakan modal kurang dari Rp1 juta. Tujuannya adalah supaya anda bisa memilih saham-saham yang kualitasnya bagus. 

Oke kembali lagi.. Jadi kalau anda sudah bekerja, anda sudah punya tabungan yang cukup banyak, lalu anda memulai buka rekening saham dan trading. Sekilas modal Rp5 juta tidak akan terlalu besar dan tidak sulit untuk anda. 

Tapi biar bagaimanapun juga, kalau anda baru memulai trading saham, itu berarti saham adalah sesuatu yang BARU untuk anda. Anda masih harus banyak belajar. Banyak adaptasi.  Anda harus bisa melakukan diversifikasi saham dan m0dal anda dengan baik. Apalagi pergerakan pasar saham cukup fluktuatif. 

Ada banyak pilihan saham yang bisa anda tradingkan. Namun tidak semua saham layak untuk trading. Pelajari juga: Cara Menemukan Saham Bagus untuk Trading. 

Maka dari itu, dengan mempertimbangkan hal-hal diatas itu tadi, maka saya menyarankan pada anda untuk menggunakan modal yang lebih kecil buat trading, yaitu mulailah dengan modal Rp1-3 juta. 

Hal ini juga bertujuan supaya secara psikologis anda lebih tenang. Terlebih lagi, anda masih harus belajar melakukan screening saham, memilih saham yang benar, diversifikasi yang tepat. Sebagai pemula, tentu anda butuh waktu untuk bisa mempraktikkan analisa2 dalam trading ini. 

Modal kecil akan membuat anda lebih tenang dalam melakukan analisa. Untuk pemula, modal yang lebih kecil dapat lebih mengontrol anda untuk tidak membeli terlalu banyak saham diluar rasionalitas anda (misalnya anda ingin untung cepat, anda ingin kaya dalam semalam dari saham).  

Nah, kalau ternyata dengan modal awal Rp1-3 juta portofolio anda bisa bertumbuh, barulah anda boleh menambah 'sisa modal' yang sudah anda cadangkan sebelumnya, sehingga modal trading anda sekarang menjadi Rp5 juta. 

Dan tentu saja, modal Rp5 juta ini boleh anda tambah terus, asalkan anda sudah bisa menghasilkan profit, anda sudah bisa mengelola modal anda, anda sudah bisa memilih saham yang layak untuk trading. Penambahan modal hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anda masing-masing.

Banyak trader pemula yang saya temui masih kesulitan mengelola modal trading Rp1 juta. Bahkan banyak trader yang menggunakan modal dibawah itu, masih kerap kali bingung dalam hal memilih saham. 

Jadi pos ini menuju pada satu kesimpulan: Walaupun anda sudah memiliki modal Rp5 juta dan siap untuk ditradingkan, saya menyarankan pada anda untuk gunakan modal Rp1-3 juta terlebih dahulu. 

Karena tujuan awal anda belajar saham adalah untuk menekan kerugian (belajar tidak rugi), maka gunakanlah modal sekecil mungkin. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan

Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan

Beberapa waktu lalu, saya pernah menulis tentang keputusan untuk resign dari kantor dan menjadi seorang full time trader (FTT). Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Resign dari Kantor, Jadi Full Time Trader. 

Intinya, jika anda ingin menjadi seorang FTT, anda harus memiliki pertimbangan2 yang matang. Jika anda belum tahu seluk beluk menjadi FTT, anda tidak disarankan untuk meninggalkan pekerjaan utama anda. Anda harus mencoba menjalani trading, barulah anda bisa menyimpulkan, apakah anda cocok menjadi seorang FTT atau lebih baik menjadi part time trader saja. 

Dari tulisan saya tentang FTT tersebut, kemudian ada salah seorang rekan trader yang bertanya pada saya: 

"Pak Heze, kalau seumpama saya tidak menjadi FTT dan tetap menjadi part time trader, apakah persiapan yang saya lakukan sebagai part time trader harus sama dengan persiapan FTT?"

FTT dengan part time trader memang memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan pertama, pada peralatan / perangkat. FTT membutuhkan peralatan yang lebih komplit daripada part time trader. 

Setidaknya, FTT membutuhkan minimal PC untuk memantau saham sehari-hari, karena FTT trading untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidup, maka tidak saya sarankan untuk menggunakan perangkat ala kadarnya. Namun jika anda "hanya" sekedar part time trader, anda trading menggunakan laptop atau smartphone tidak masalah. 

Kedua, modal. FTT membutuhkan modal yang cukup besar, dibandingkan part time. Saya harus akui, kalau anda menjadi FTT hanya dengan modal Rp10 juta, Rp20 juta, maka itu masih sangat jauh dari cukup. 

Sebaliknya jika anda part time trader, anda trading dengan modal Rp1 juta pun tidak masalah. Itu artinya, persiapan modal anda untuk menjadi FTT harus lebih kuat daripada part time trader. 

Namun baik part time maupun FTT, anda butuh SKILL trading yang bisa membuat anda mencetak profit. 

Tanpa adanya skill trading yang baik, anda tidak akan bisa mencetak profit di pasar saham. Oleh karena itu, walaupun mungkin waktu yang dibutuhkan untuk analisa saham seorang FTT lebih banyak daripada part time trader, anda tetap harus meluangkan waktu untuk melakukan analisa teknikal. 

Mengasah skill trading, artinya anda harus bisa mempraktikkan strategi yang tepat untuk membeli saham, dan menjual saham, memilih saham yang bagus untuk trading, termasuk memahami praktik psikologis trading yang baik. 

Anda bisa mendapatkan praktik lengkap tentang strategi2 untuk mendapatkan profit di pasar saham, anda bisa mendapatkan materinya yang saya update berkala disini: Buku Saham.  

Jadi kesimpulannya, dari segi persiapan teknis, baik persiapan perangkat, waktu yang anda butuhkan untuk analisa, modal, dan lain2 FTT memang harus memiliki kesiapan yang lebih banyak dibandingkan part time trader. 

Namun, semua trader harus bisa melakukan analisa mandiri, dan menemukan sendiri gaya trading yang cocok untuk anda, tanpa memandang anda seorang full atau part time trader. Karena tujuan trading semuanya adalah sama: mendapatkan profit. Jadi, misi anda dalam trading adalah mencetak profit dan memanajemen modal anda dengan baik, jangan sampai modal trading yang sudah anda kumpulkan dari jerih payah anda hilang begitu saja. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Memasang Stop Loss dan Take Profit Saham

Cara Memasang Stop Loss dan Take Profit Saham

Bagaimana cara memasang take profit dan stop loss (cut loss) pada software trading saham? Trading (beli jual) saham semuanya anda lakukan menggunakan software online trading yang disediakan sekuritas. 

Jadi kalau anda buka rekening di BNI Sekuritas misalnya, maka nantinya anda akan menggunakan platform software trading online yang sudah disediakan BNI Sekuritas. 

[Anda yang ingin buka akun di sekuritas dan memulai belajar saham, anda bisa baca panduan gratis di ebook berikut: Ebook Gratis Panduan Membeli Saham Bagi Pemula.]

Di pos ini kita akan praktikkan bagaimana cara memasang stop loss dan take profit di software online trading. Di pos ini, saya menggunakan contoh software Danareksa Sekuritas. 

PASANG ORDER JUAL DI SOFTWARE TRADING 

Katakanlah anda membeli saham PWON di harga 700 sebanyak 300 lot. Anda ingin menjual / take profit saham PWON di harga 720. Anda bisa klik menu Sell yang disediakan pada software online trading. Tampilannya sebagai berikut: 

Order jual saham
Anda bisa memasang harga jual yang anda inginkan, yaitu pasang harga jual 720 sebanyak 300 lot. Anda juga bisa menjual 150 lot terlebih dahulu, atau 100 lot terlebih dahulu. Setelah itu, klik Sell. Maka jika order anda belum tersentuh (harga saham masih dibawah 720), status order anda adalah 'Open'. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh rincian order jual berikut:  


Kalau nanti PWON sudah sampai ke harga 720, maka status order anda adalah matched. Order diatas adalah jenis general order / market order. Dengan kata lain, kalau di hari itu saham PWON tidak mencapai 720, maka order anda akan 'hangus'. Anda harus memasukkan order jual anda lagi keesokan harinya. 

FASILITAS GOOD TILL CANCEL ORDER (GTC) / CONDITIONAL ORDER 

Tapi untuk beberapa trader, biasanya trader ingin memasang order jual dengan kondisi2 berikut: 

- Memasang harga take profit sekaligus harga cut loss
- Memasang harga jual untuk jangka waktu tertentu 

Kalau anda mau memasang harga take profit dan harga cut loss sekaligus, artinya anda harus memasang dua harga. Pada menu general order, anda tidak bisa melakukan ini, karena general order hanya bisa memasang satu harga jual saja. 

Kalau anda memasang dua harga pada general order (total 600 lot, padahal anda hanya beli PWON sebanyak 300 lot), maka salah satu order (order terakhir) statusnya adalah rejected (lihat lagi gambar diatas). 

Maka disinilah anda bisa menggunakan fasilitas GTC order. Kembali lagi pada contoh saham PWON. Anda membeli PWON di harga 700 sebanyak 300 lot. Anda ingin take profit semua saham PWON anda di harga 720 (300 lot). 

Di satu sisi, anda juga ingin memasang target cut loss di harga 690 (300 lot juga). Maka gunakan conditional order / GTC order seperti berikut ini: 

Cara memasang stop loss dan take profit - bagian 1
Anda bisa memasang harga cut loss di 690, kemudian anda setting tanggal expire-nya terserah anda. Anda bisa pasang condition: Equal bid price, yang artinya saham anda akan terjual jika harga saham sudah mencapai harga sama dengan harga best bid price. 

Demikian juga dengan order kedua untuk harga take profit berikut: 

Cara memasang stop loss dan take profit - bagian 2
Untuk harga take profit, anda bisa pasang di harga yang anda inginkan di 720 dan anda setting sampai tanggal expire yang anda inginkan. Langkah2nya sama seperti sebelumnya. Setelah itu, akan muncul dua order berikut: 


Artinya, kalau saham PWON naik ke 720, order anda akan terjual otomatis dan order 690 akan hangus. Demikian sebaliknya, kalau PWON turun ke 690, maka saham anda akan terjual otomatis (automatic stop loss). 

Fasilitas GTC order ini juga bagus diterapkan untuk anda yang tidak punya banyak waktu memantau saham / memasang order jual setiap hari. 

Jika anda memasang order jual hari ini dan anda pasang tanggal expired-nya 1 bulan kemudian, maka artinya anda tidak tidak perlu memasang order setiap hari sampai dengan 1 bulan. 

Sebagai contoh, apabila di hari ke-15 order jual anda sudah tercapai, maka statusnya akan matched dengan sendirinya (anda mendapatkan sahamnya sesuai harga jual yang anda pasang). 

Itulah cara memasang order jual, dan cara memasang stop loss dan take profit saham secara bersamaan. 

Catatan: Tampilan atau istilah tiap software trading sekuritas bisa berbeda. Secara umum, mayoritas software trading sekuritas menyediakan menu2 tersebut. Anda hanya perlu menyesuaikan sedikit dengan tampilan software trading yang anda gunakan sekarang. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pola Berulang IHSG yang Perlu Anda Pahami

Pola Berulang IHSG yang Perlu Anda Pahami

Disadari atau tidak, pergerakan harga saham sehari-hari yang anda amati terdiri dari serangkaian pola yang cenderung sama alias berulang. Di pasar saham, ada dua pola yang paling sering, dan selalu terulang yang sering penulis amati. Dua pola itu adalah: Rasa optimis dan rasa takut (fear). 

Di dalam kedua pola tersebut, kita bisa membaginya lagi menjadi banyak siklus saham. Anda bisa baca tulisan saya sebelumnya disini: Memahami Fase Siklus Harga Saham.

Namun kita akan lebih banyak membahas dua pola utama yang sering terjadi, yaitu fase fear dan fase optimis. Anda harus memahami bahwa ketika IHSG dan sebagian harga saham naik, tidak selamanya harga saham akan naik. 

Di pasar saham, ada yang namanya profit taking alias ambil untung. Para pelaku pasar tidak mungkin terus membeli saham tanpa ambil untung. Nah, pada saat harga saham sudah naik tinggi, cepat atau lama harga saham PASTI AKAN TURUN. 

Demikian sebaliknya, ketika harga saham turun, dan turun terus, maka tidak selamanya harga saham akan turun. Pasti ada masa di mana harga saham mengalami technical rebound. 

Sekarang perhatikan IHSG dibawah ini, untuk lebih memahami apa yang saya maksud dengan rasa fear dan optimis. 


Harga saham yang turun sangat tajam (perhatikan tanda lingkaran), menunjukkan banyak trader yang sedang berada dalam masa fear dan panic selling. Semakin panjang candle merah yang terbentuk, menunjukkan harga saham turun semakin banyak, yang berarti rasa fear pada saat itu semakin besar. 

Tetapi saat harga saham sudah benar2 turun mencapai titik jenuhnya, IHSG kembali rebound. Pada masa rebound ini (dan semakin lama reboundnya), kita bisa melihat adanya rasa optimis dari pelaku pasar. Mulai banyak trader yang membicarakan yang bagus2 tentang saham, banyak yang mulai berburu saham, membeli dalam jumlah besar. 

Di satu sisi, IHSG sudah rebound berhari-hari, maka IHSG cepat atau lama akan balik turun / koreksi lagi. Sehingga, bisa anda perhatikan pada grafik diatas, pola yang sama terus terjadi secara BERULANG, dan mungkin tanpa anda sadari, setiap hari inilah yang kita hadapi di pasar saham. 

Nah apa artinya pola berulang IHSG ini? 

Saat IHSG turun tajam, dan terus turun, banyak sekali trader yang mulai pesimis dan cut loss. Tapi sebagai trader, anda harus bisa mengambil peluang-peluang yang ada. 

Kondisi di mana IHSG turun tajam dan banyak trader pesimis adalah kondisi yang bagus untuk memantau saham alias wait and see. Tidak perlu ikutan panik, tidak perlu ikutan pesimis. Siapkan cash yang besar untuk membeli saham ketika sudah rebound. 

Karena seperti pola yang selalu terjadi berulang, IHSG yang turun pasti akan rebound. Di dalam kesempatan yang kecil, peluang pasti anda, asalkan anda bisa menganalisis dan tidak terbawa oleh arus market

Sebaliknya, ketika IHSG naik, banyak trader yang sangat optimis dan terus membeli saham dalam jumlah besar. Seringkali trader lupa kalau kenaikan IHSG sudah terlalu tinggi, sehingga terus saja membeli saham, dan tidak sedikit akhirnya saham-saham trader nyangkut di harga puncak, ketika tiba-tiba IHSG berbalik arah. 

Pada kondisi IHSG sudah naik berhari-hari, anda juga harus menyadari bahwa tidak mungkin IHSG terus naik. Jangan terus membeli saham, terutama saham-saham yang memiliki korelasi besar dengan IHSG (contohnya adalah saham2 blue chip). Jika anda sudah profit, segera realisasikan profit anda. 

Memang analisis IHSG bukanlah satu-satunya analisis yang bisa anda gunakan untuk membeli saham, karena faktanya, ketika IHSG turun tetap saja ada saham yang naik, dan sebaliknya. 

Namun dengan mengetahui pola berulang IHSG ini, setidaknya anda bisa mengatur psikologis anda, mengatur TIMING untuk membeli, menjual, wait and see dan kapan anda harus menyiapkan cash yang besar. 

Jika anda belum memahami isi pos ini, baca kembali dari awal, pahami pola berulang IHSG, dan terapkan dalam trading anda. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Banyak Buyer, Tapi Harga Saham Turun?

Banyak Buyer, Tapi Harga Saham Turun?

Pada umumnya, ketika suatu saham memiliki banyak buyer (pembeli) yang dominan, maka idealnya saham tersebut akan naik dalam jangka pendek. Tapi dalam praktiknya, terkadang kita juga menemukan saham yang buyer-nya jauh lebih banyak, namun harga sahamnya nggak naik bahkan cenderung turun. 

Hal inilah yang sering menjadi pertanyaan para trader, terutama mereka yang sering mengamati buy sell asing, dan trader2 yang ingin mengikuti pergerakan 'big player'. 

Ada beberapa penyebab mengapa suatu saham yang banyak dibeli harganya masih nggak naik juga. Mari kita bahas.. 

1. Masih ada perlawanan jual

Walaupun pada menu broker summary anda melihat buyer (lokal maupun asing) lebih dominan dibandingkan seller, tetapi apabila tekanan jual dari trader ritel sangat besar, sangat mungkin harga saham tidak akan langsung naik.

Selain itu, jumlah seller (baik dari jumlah sekuritas yang sedang jualan, maupun jumlah lotnya) juga bisa menunjukkan bahwa ada perlawanan jual dari bandar saham lain, meskipun saham tersebut masih lebih banyak yang melakukan akumulasi (net buy). 

Dengan kata lain, dibutuhkan jumlah lot yang jauh lebih besar lagi untuk bisa mengangkat harga sahamnya. Karena terjadi 'perang harga' antara permintaan (beli) dan penawaran (jual), maka bandar saham yang ingin menaikkan harganya akan berpikir dua kali: Apakah saham langsung dinaikkan atau ditahan terlebih dahulu, untuk memetakan seberapa besar kekuatan penawaran (seller).  

2. Bandar masih menahan harga atau masih dalam tahap akumulasi

Sebenarnya kita semua tidak pernah tahu seberapa banyak jumlah lot dan duit yang perlu bandar keluarkan untuk benar2 bisa mengangkat harga saham ke resisten-resisten tertentu. 

Jadi kalau anda melihat net buy yang sangat besar di suatu saham, belum tentu net buy sebesar itu bisa mengangkat harga sahamnya dalam waktu cepat. Dalam menaikkan harga saham, big player selalu punya banyak pertimbangan. 

Big player bisa melakukan akumulasi terlebih dahulu sebelum mengangkat harganya (membeli saham secara terus-menerus dan bertahap, jadi harganya nggak langsung naik walaupun di saham tersebut banyak yang beli).

Kedua, seperti yang saya tuliskan tadi, bandar bisa jadi menahan harga saham terlebih dahulu, karena bandar masih menguji apakah ada big player lain yang melakukan aksi jual besar-besaran, atau menunggu trader ritel kehabisan barang (saham).  

Nah kalau ternyata harga saham tidak naik, malah turun atau cenderung sideways, itu artinya, ada perlawanan dari 'pemain besar' (bandar) lainnya atau trader-trader ritel yang sebelumnya sudah memiliki banyak barang (saham), dan akhirnya sahamnya dijual dalam jumlah besar. 

Itulah mengapa kalau anda sering amati buyer-seller suatu saham di broker summary, misalnya hari Senin dan Selasa saham SMRA banyak sekali buyer, tapi harga belum naik. Tiba2 hari Rabu, seller-nya jauh lebih banyak sehingga harganya cenderung koreksi atau sideways. 

Itulah yang sering terjadi: Dibalik net buy yang bisa kita lihat secara kasat mata (melalui software trading), sangat mungkin ada big player lain atau trader2 ritel yang sudah punya banyak saham atau nyangkut dan ingin menjual sahamnya. 

Jadi buat anda yang sering bertanya-tanya: Kenapa kok saham ini banyak buyer, tapi harganya malah turun? Itulah jawabannya. 

Dan apa yang kita ulas ini sangat berkaitan dengan bandarmologi. Kalau anda sering berkunjung ke Saham Gain, di beberapa pos, salah satunya disini: Perlukah Mendalami Ilmu Bandarmologi Saham? 

Saya pernah menuliskan bahwa big player tidak bisa 100% dijadikan patokan untuk membeli atau menjual saham. Bandar juga tidak mudah memasang titik2 harga yang mudah ditebak oleh trader2 ritel. 

Anda boleh saja menganalisa secara ilmu bandarmologi. Menganalisa siapa big player di saham tersebut. Tetapi jangan pernah lupa untuk selalu mengutamakan analisis teknikal dalam trading, karena analisa teknikal bisa mencerminkan psikologis pasar. Anda bisa pelajari kembali tulisan saya disini: Belajar Analisis Teknikal atau Bandarmologi? 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham MPMX: Peluang Trading?

Saham MPMX: Peluang Trading?

Saham MPMX mendadak menjadi saham yang cukup fenomenal setelah saham ini membagi dividen per share (DPS) yang sangat besar, disertai dengan dividend yield yang tinggi. 

Tetapi saham MPMX ini ternyata bukanlah saham yang terlalu cemerlang secara fundamental. Dan benar saja, MPMX ini ternyata menjadi "mainan" bandar untuk meraup profit sekaligus menjebak trader-trader ritel. Anda bisa kembali ulasan2 saya tentang MPMX disini: Analisa Saham MPMX dan Dividend Trap dan Saham Murah Dividen Besar, Pasti Untung?

Saham MPMX
Pasca dividend trap (lihat tanda persegi) dari harga 1.400-an. MPMX terus anjlok selama beberapa bulan, dan harganya masih belum kembali ke harga awal lagi (harga 1.400 sebelum jatuh). Bahkan MPMX cenderung turun terus hingga di level 600-700. 

"Kenapa bahas saham MPMX lagi Pak Heze? Bukannya kapan hari sudah pernah ulas MPMX?" Tanya anda 

Saham MPMX sempat naik 23,74% dalam sehari (lihat tanda panah di candle terakhir). Sehingga, saya mendapat beberapa pertanyaan dari trader: Apa MPMX sudah waktunya beli lagi? Apakah MPMX bisa buat trading jangka pendek? Apakah MPMX bisa balik ke 1.000 karena terakhir volumenya besar?

Oleh karena itu, saya ingin mengulas saham MPMX ini, terutama dari segi teknikalnya. Jadi yang kita ulas disini adalah lanjutan dari ulasan sebelumnya. 

Seperti yang kita ulas di pos sebelumnya, MPMX ini adalah saham yang kurang likuid, sehingga bandar mudah menggoreng sahamnya (waktu itu dengan memanfaatkan berita kenaikan laba dan pembagian dividen). 

Itu artinya, sebagai trader saham jelas MPMX ini adalah saham yang berisiko. Kalau anda mau trading di saham MPMX, ada baiknya anda disiplin menetapkan take profit dan cut loss serta tidak hold saham terlalu lama, karena pergerakan MPMX (anda bisa lihat sendiri polanya di chart) sangat tidak menentu. 

Dan seperti inilah memang salah satu ciri2 saham gorengan: Harga turun dalam waktu panjang, kemudian dalam waktu singkat harganya dibuat naik puluhan persen sampai auto reject. 

Tujuannya selain bandar bisa mendapatkan saham dengan harga murah, bandar bisa menciptakan kesan untuk memancing trader ritel seolah-olah saham tersebut sudah mulai bagus, sudah bisa di koleksi. 

Kita memang tidak tahu sampai kapan saham MPMX ini akan dinaikkan lebih tinggi, atau ternyata naiknya cuma 'jebakan batman' saja, alias dinaikkan sehari lalu diturunkan lagi.  

Kalau berkaca dari banyak pengalaman pergerakan saham gorengan, banyak saham gorengan yang harganya diangkat lagi setelah turun tajam, kenaikannya bisa bertahan 2-4 harian (walaupun hal ini bukanlah rumus yang baku). Namun banyak juga saham gorengan yang kenaikannya hanya bertahan 1 atau 2 hari, setelah itu, harganya "dibanting" lagi oleh bandar. 

Anda bisa lihat contoh saham yang pernah saya ulas: Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT dan Studi Kasus: Saham Gorengan dan Saham IPO. 

"Apakah berarti MPMX ini sudah layak dibeli atau belum ya Bung Heze?" Tanya anda semakin penasaran

Kita lihat pola MPMX yang terjadi sekarang ini, di mana MPMX yang harganya turun terussss, volume sangat kecil, tiba2 harganya naik 24% dengan volume besar dan auto reject atas. 

Maka ada kemungkinan saham MPMX diangkat lagi dalam JANGKA PENDEK, karena saham2 yang terkena auto reject atas, pada umumnya harga saham di pagi hari masih ada potensi melanjutkan kenaikan. 

Biasanya bandar, trader ritel yang mulai euforia masih akan melanjutkan aksi beli. Sehingga, sangat mungkin MPMX naik lagi beberapa persen dalam jangka waktu beberapa menit, 1-2 harian.

Anda bisa manfaatkan untuk scalping, tetapi seperti yang saya tuliskan tadi: Anda harus batasi risiko (cut loss) dan disiplin take profit. Jangan pernah serakah di saham2 gorengan. 

Di saham gorengan pun tidak ada yang pasti. Apa yang saya ulas adalah berdasarkan pengalaman saya pribadi melihat pergerakan2 saham gorengan. Tetapi banyak juga saham gorengan yang harganya balik loyo lagi setelah sehari naik kencang, karena bandar saham sudah langsung profit taking (bandar merasa untungnya sudah cukup). 

Dari sini pun kita juga bisa mengambil pelajaran penting bahwa setiap pergerakan saham2 gorengan memang cenderung sulit dianalisa dengan analisa teknikal, karena pergerakannya lebih tergantung dari permainan bandar. 

Maka untuk anda para trader yang murni teknikalis dan tidak suka jadi spekulan, saham2 seperti ini tentu ada baiknya anda hindari, karena bagaimanapun juga pergerakannya "liar" dan tidak sehat untuk trader.

Satu pesan lagi (yang penting) yang ingin saya sampaikan di pos ini terutama melihat gencarnya pembahasan saham MPMX di kalangan trader... Dan kalau anda perhatikan beberapa bulan lalu MPMX gencar dibahas karena naik-turunnya nggak wajar. 

Lalu setelah MPMX turun terus dan sedikit ditradingkan, trader seolah melupakan saham ini. Namun begitu MPMX melejit dengan cepat dalam sehari, saham ini mulai ramai dibicarakan lagi dan banyak spekulasi2.

Maka dari itu, dalam trading, anda perlu melihat fakta ini: Semakin gencar suatu saham diperbincangkan oleh trader rite2l, hal ini akan menjadi kesempatan besar dan amunisi bagi bandar untuk menggoreng isu, rumor, dan memancing trader untuk masuk di dalam perangkap bandar. 

Bandar akan membuat ramai harga dan volume saham, dengan tujuan untuk menciptakan kesan seolah sahamnya bakalan naik lagi. Hal ini pernah terjadi di saham BEKS (sekarang? BEKS balik ke gocap).

Semakin banyak saham gorengan diperbincangkan, ketika sahamnya mulai naik, maka semakin banyak pula trader2 yang mulai percaya. Padahal itu hanyalah permainan bandar. 

Bandar bisa saja mudah menggoreng suatu saham kalau sahamnya itu tidak likuid. Salah satu contohnya seperti MPMX yang kita bahas di pos ini. 

Jadi semua kembali lagi kepada anda. Kalau anda seorang spekulan yang suka saham gorengan, anda boleh saja mentradingkan saham2 seperti itu, namun anda harus disiplin. Untuk anda teknikalis, lebih baik mencari saham2 yang teknikal dan momentumnya lebih jelas. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.