Saham-saham yang Bermasalah

Saham-saham yang Bermasalah

Baik trading (jangka pendek) maupun investasi (jangka panjang), anda harus memilih saham2 yang layak untuk dibeli, salah satunya adalah saham2 yang sehat disamping faktor2 teknikal dan likuiditas sahamnya. Baca juga: Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal. 

Saham-saham yang bermasalah, seperti saham yang terkena suspensi, perusahaan2 yang terlambat menyampaikan laporan keuangan adalah saham2 yang cukup berisiko untuk anda tradingkan, apalagi untuk disimpan dalam jangka yang lebih lama. 

Tapi..... Bagaimana cara mengetahui saham2 yang bermasalah ini? Bukankah di BEI cukup banyak saham2 yang bermasalah, misalnya kena suspen, tidak menyampaikan laporan keuangan, perusahaan di ujung pailit dan lain? 

Untuk mengetahui saham-saham yang bermasalah, and bisa melihatnya melalui situs www.idx.co.id yaitu pada menu NOTASI KHUSUS. Berikut langkah2nya: 

1. Buka situs www.idx.co.id 

2. Buka menu Perusahaan Tercatat --> Notasi Khusus dan akan muncul tampilan seperti dibawah ini:


3. Kemudian akan muncul keterangan notasi khusus yang memuat kriteria saham2 yang bermasalah berdasarkan data update terbaru dari BEI: 
Notasi khusus BEI
BEI sudah mengklasifikasian saham-saham yang bermasalah dalam suatu menu Notasi Khusus yang dibuat. Anda bisa lihat contohnya seperti diatas. Kalau ada kode saham yang diberikan notasi 'B' itu artinya saham tersebut sedang dalam permohonan pernyataan pailit saat itu. 

Kalau ada saham yang diberi notasi 'E', maka perusahaan tersebut memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir dan seterusnya. 

Untuk melihat saham-saham apa saja yang terkena notasi khusus ini, maka anda bisa lihat daftar sahamnya dibawah kode notasi khusus tersebut. Seperti ini daftar2 saham yang terkena notasi khusus: 

Klik gambar untuk memperbesar

Anda bisa lihat saham-saham apa saja yang terkena notasi khusus beserta keterangan dari setiap emiten yang dikenakan notasi. Bisa anda lihat bahwa saham2 yang terkena notasi khusus ternyata cukup banyak, dan inilah saham2 yang bermasalah di BEI. 

Dan kalau kita perhatikan, saham2 yang terkena notasi khusus biasanya adalah saham2 lapis tiga yang pergerakan sahamnya tidak terlalu baik. 

Notasi Khusus BEI ini bagi sebagian anda mungkin masih terdengar asing. Tapi hal ini cukup penting untuk anda ketahui. Jangan sampai anda terjebak membeli saham2 yang fundamentalnya jelek, atau saham2 yang risikonya besar.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Beberapa kali saya pernah mendapatkan pertanyaan dari rekan-rekan pembaca web Saham Gain ini terkait 'modal trading'. Lebih tepatnya, banyak pertanyaan / request untuk membahas: "Berapa banyak sebenarnya modal awal yang dulu saya pakai buat trading saham?"

Maka dari itu, di pos ini saya akan membagikan sedikit banyak pengalaman saya tentang modal awal trading yang saya gunakan. Inilah modal awal trading saya:

Pertama kali trading, saya hanya menggunakan modal Rp1 juta. Anda mungkin bertanya-tanya lagi dengan penasaran: 

Kenapa Rp1 juta? Kenapa nggak sekalian Rp50 juta?
Kenapa kok pakai modal kecil apa profitnya terasa? 
Gimana caranya beli saham kalau modalnya cuma Rp1 juta? 
Beli satu satu saham atau diversifikasi?

Saya menggunakan modal awal Rp1 juta karena dua pertimbangan. Pertama kali trading saya memang nggak punya modal besar. Saya hanya punya duit nganggur Rp2 juta. Tapi saya putuskan untuk masukkan Rp1 juta dulu di saham. 

Boleh dikatakan saya benar2 memulai dari nol. Cuma punya modal apa adanya, belajar dari banyak sumber, berhati-hati memilih saham dan berusaha mengembangkan analisa yang lebih baik. 

Kedua, sebelum trading saham, saya sudah banyak membaca kisah2 trader pemula yang mengalami kerugian besar karena nekad memasukkan modal Rp50 juta, Rp100 juta. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk memulai bertahap.

Jadi andaikata saat itu pun saya punya duit Rp100 juta, saya juga nggak akan berani langsung masukkan uang sebesar itu buat trading. 

Seiring berjalannya waktu, saat saya sudah mulai bisa untung, memilih saham yang cocok, yang bagus untuk trading, sudah bisa meminimalkan kerugian, saya mulai menambah modal hingga menjadi Rp2-3 juta. 

Anda bisa baca juga pengalaman2 trading pribadi yang saya ulas disini: Pengalaman Trading Saham:  Berapa Lama Trader Bisa Dapat Profit Konsisten? 

Pelajari juga praktik2, manajemen dan strategi trading saham disini: Ebook Belajar Saham Anda bisa mendapatkan praktik2 langsung analisa teknikal, diversifikasi saham yang benar, cara2 memilih analisa teknikal saham yang bagus, dan manajemen modal yang baik.  

Terkait strategi membeli saham, saya melakukan strategi diversifikasi, yaitu membeli 2 saham, maksimal 3 saham. Memang kalau trading pakai modal Rp1 juta, saya nggak bisa membeli saham terlalu banyak, dan diversifikasi juga terbatas. 

Tapi kalau anda nggak trading di era sekarang, maka dengan modal Rp1 juta anda harusnya bisa memiliki pilihan saham yang lebih banyak, karena sekarang 1 lot sudah menjadi 100 lembar (dulu masih 500 lembar), sehingga sekarang harganya sudah jauh lebih terjangkau. Baca juga: Daftar Saham Bagus Harga Murah. 

Dulu sebagai pemula, saya merasakan manfaat2 yang luar biasa dengan menggunakan modal awal trading sekecil mungkin. Manfaat pribadi yang saya rasakan adalah:
  • Psikologis jauh lebih tenang
  • Kalau saya cut loss, kerugiannya sangat kecil (karena pakai sedikit modal)
  • Tidak kaget menghadapi market (karena nggak ngotot pakai modal jumbo)
  • Bisa lebih fokus menganalisa saham, dan tidak terlalu orienstasi profit
Dari sinilah (modal kecil), justru akhirnya saya bisa mengembangkan modal lebih besar, karena sebagai pemula (waktu itu) psikologis lebih tenang, saya bisa lebih fokus menganalisa. 



Jadi saran saya, buat anda yang masih pemula (pertama kali terjun di dunia trading), pakailah modal sekecil mungkin. Meskipun anda mungkin punya duit gede, tapi jangan nekad memasukkan modal besar, apalagi kalau anda belum memiliki pengalaman trading. 

Supaya seperti yang saya tuliskan di poin2 tadi, selain psikologis lebih tenang, dengan modal kecil, nominal cut loss anda juga cenderung lebih sedikit. 

Banyak pemula yang ingin memulai dengan modal puluhan juta, karena mendegar anjuran2 dan persepsi2: 

"Kalau modal cuma Rp1 juta, kapan untungnya?"
"Kalau mau untung besar di saham, modalnya harus besar. Modal Rp1 juta nggak akan terasa untungnya" 

Inilah yang menjadi penyebab trader pemula rugi besar di saham, karena trader yang belum punya bekal pengalaman langsung nekad, dan hanya ingin orientasi ke profit besar dalam waktu singkat. 

Padahal seorang pemula targetnya bukan untung besar, tapi belajar dulu. Terutama: Belajar agar anda bisa meminimalkan kerugian. Baca juga ulasan saya disini: Target Trading Saham untuk Pemula.

Kalau anda bisa membangun trading anda step by step, anda akan menerima manfaatnya dalam jangka panjang, karena pondasi-pondasi trading dan analisa anda sudah terbentuk dengan baik.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Beberapa kali saya pernah mendapatkan pertanyaan dari rekan-rekan pembaca web Saham Gain ini terkait 'modal trading'. Lebih tepatnya, banyak pertanyaan / request untuk membahas: "Berapa banyak sebenarnya modal awal yang dulu saya pakai buat trading saham?"

Maka dari itu, di pos ini saya akan membagikan sedikit banyak pengalaman saya tentang modal awal trading yang saya gunakan. Inilah modal awal trading saya:

Pertama kali trading, saya hanya menggunakan modal Rp1 juta. Anda mungkin bertanya-tanya lagi dengan penasaran: 

Kenapa Rp1 juta? Kenapa nggak sekalian Rp50 juta?
Kenapa kok pakai modal kecil apa profitnya terasa? 
Gimana caranya beli saham kalau modalnya cuma Rp1 juta? 
Beli satu satu saham atau diversifikasi?

Saya menggunakan modal awal Rp1 juta karena dua pertimbangan. Pertama kali trading saya memang nggak punya modal besar. Saya hanya punya duit nganggur Rp2 juta. Tapi saya putuskan untuk masukkan Rp1 juta dulu di saham. 

Boleh dikatakan saya benar2 memulai dari nol. Cuma punya modal apa adanya, belajar dari banyak sumber, berhati-hati memilih saham dan berusaha mengembangkan analisa yang lebih baik. 

Kedua, sebelum trading saham, saya sudah banyak membaca kisah2 trader pemula yang mengalami kerugian besar karena nekad memasukkan modal Rp50 juta, Rp100 juta. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk memulai bertahap.

Jadi andaikata saat itu pun saya punya duit Rp100 juta, saya juga nggak akan berani langsung masukkan uang sebesar itu buat trading. 

Seiring berjalannya waktu, saat saya sudah mulai bisa untung, memilih saham yang cocok, yang bagus untuk trading, sudah bisa meminimalkan kerugian, saya mulai menambah modal hingga menjadi Rp2-3 juta. 

Anda bisa baca juga pengalaman2 trading pribadi yang saya ulas disini: Pengalaman Trading Saham:  Berapa Lama Trader Bisa Dapat Profit Konsisten? 

Pelajari juga praktik2, manajemen dan strategi trading saham disini: Ebook Belajar Saham Anda bisa mendapatkan praktik2 langsung analisa teknikal, diversifikasi saham yang benar, cara2 memilih analisa teknikal saham yang bagus, dan manajemen modal yang baik.  

Terkait strategi membeli saham, saya melakukan strategi diversifikasi, yaitu membeli 2 saham, maksimal 3 saham. Memang kalau trading pakai modal Rp1 juta, saya nggak bisa membeli saham terlalu banyak, dan diversifikasi juga terbatas. 

Tapi kalau anda nggak trading di era sekarang, maka dengan modal Rp1 juta anda harusnya bisa memiliki pilihan saham yang lebih banyak, karena sekarang 1 lot sudah menjadi 100 lembar (dulu masih 500 lembar), sehingga sekarang harganya sudah jauh lebih terjangkau. Baca juga: Daftar Saham Bagus Harga Murah. 

Dulu sebagai pemula, saya merasakan manfaat2 yang luar biasa dengan menggunakan modal awal trading sekecil mungkin. Manfaat pribadi yang saya rasakan adalah:
  • Psikologis jauh lebih tenang
  • Kalau saya cut loss, kerugiannya sangat kecil (karena pakai sedikit modal)
  • Tidak kaget menghadapi market (karena nggak ngotot pakai modal jumbo)
  • Bisa lebih fokus menganalisa saham, dan tidak terlalu orienstasi profit
Dari sinilah (modal kecil), justru akhirnya saya bisa mengembangkan modal lebih besar, karena sebagai pemula (waktu itu) psikologis lebih tenang, saya bisa lebih fokus menganalisa. 



Jadi saran saya, buat anda yang masih pemula (pertama kali terjun di dunia trading), pakailah modal sekecil mungkin. Meskipun anda mungkin punya duit gede, tapi jangan nekad memasukkan modal besar, apalagi kalau anda belum memiliki pengalaman trading. 

Supaya seperti yang saya tuliskan di poin2 tadi, selain psikologis lebih tenang, dengan modal kecil, nominal cut loss anda juga cenderung lebih sedikit. 

Banyak pemula yang ingin memulai dengan modal puluhan juta, karena mendegar anjuran2 dan persepsi2: 

"Kalau modal cuma Rp1 juta, kapan untungnya?"
"Kalau mau untung besar di saham, modalnya harus besar. Modal Rp1 juta nggak akan terasa untungnya" 

Inilah yang menjadi penyebab trader pemula rugi besar di saham, karena trader yang belum punya bekal pengalaman langsung nekad, dan hanya ingin orientasi ke profit besar dalam waktu singkat. 

Padahal seorang pemula targetnya bukan untung besar, tapi belajar dulu. Terutama: Belajar agar anda bisa meminimalkan kerugian. Baca juga ulasan saya disini: Target Trading Saham untuk Pemula.

Kalau anda bisa membangun trading anda step by step, anda akan menerima manfaatnya dalam jangka panjang, karena pondasi-pondasi trading dan analisa anda sudah terbentuk dengan baik.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Beberapa kali saya pernah mendapatkan pertanyaan dari rekan-rekan pembaca web Saham Gain ini terkait 'modal trading'. Lebih tepatnya, banyak pertanyaan / request untuk membahas: "Berapa banyak sebenarnya modal awal yang dulu saya pakai buat trading saham?"

Maka dari itu, di pos ini saya akan membagikan sedikit banyak pengalaman saya tentang modal awal trading yang saya gunakan. Inilah modal awal trading saya:

Pertama kali trading, saya hanya menggunakan modal Rp1 juta. Anda mungkin bertanya-tanya lagi dengan penasaran: 

Kenapa Rp1 juta? Kenapa nggak sekalian Rp50 juta?
Kenapa kok pakai modal kecil apa profitnya terasa? 
Gimana caranya beli saham kalau modalnya cuma Rp1 juta? 
Beli satu satu saham atau diversifikasi?

Saya menggunakan modal awal Rp1 juta karena dua pertimbangan. Pertama kali trading saya memang nggak punya modal besar. Saya hanya punya duit nganggur Rp2 juta. Tapi saya putuskan untuk masukkan Rp1 juta dulu di saham. 

Boleh dikatakan saya benar2 memulai dari nol. Cuma punya modal apa adanya, belajar dari banyak sumber, berhati-hati memilih saham dan berusaha mengembangkan analisa yang lebih baik. 

Kedua, sebelum trading saham, saya sudah banyak membaca kisah2 trader pemula yang mengalami kerugian besar karena nekad memasukkan modal Rp50 juta, Rp100 juta. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk memulai bertahap.

Jadi andaikata saat itu pun saya punya duit Rp100 juta, saya juga nggak akan berani langsung masukkan uang sebesar itu buat trading. 

Seiring berjalannya waktu, saat saya sudah mulai bisa untung, memilih saham yang cocok, yang bagus untuk trading, sudah bisa meminimalkan kerugian, saya mulai menambah modal hingga menjadi Rp2-3 juta. 

Anda bisa baca juga pengalaman2 trading pribadi yang saya ulas disini: Pengalaman Trading Saham:  Berapa Lama Trader Bisa Dapat Profit Konsisten? 

Pelajari juga praktik2, manajemen dan strategi trading saham disini: Ebook Belajar Saham Anda bisa mendapatkan praktik2 langsung analisa teknikal, diversifikasi saham yang benar, cara2 memilih analisa teknikal saham yang bagus, dan manajemen modal yang baik.  

Terkait strategi membeli saham, saya melakukan strategi diversifikasi, yaitu membeli 2 saham, maksimal 3 saham. Memang kalau trading pakai modal Rp1 juta, saya nggak bisa membeli saham terlalu banyak, dan diversifikasi juga terbatas. 

Tapi kalau anda nggak trading di era sekarang, maka dengan modal Rp1 juta anda harusnya bisa memiliki pilihan saham yang lebih banyak, karena sekarang 1 lot sudah menjadi 100 lembar (dulu masih 500 lembar), sehingga sekarang harganya sudah jauh lebih terjangkau. Baca juga: Daftar Saham Bagus Harga Murah. 

Dulu sebagai pemula, saya merasakan manfaat2 yang luar biasa dengan menggunakan modal awal trading sekecil mungkin. Manfaat pribadi yang saya rasakan adalah:
  • Psikologis jauh lebih tenang
  • Kalau saya cut loss, kerugiannya sangat kecil (karena pakai sedikit modal)
  • Tidak kaget menghadapi market (karena nggak ngotot pakai modal jumbo)
  • Bisa lebih fokus menganalisa saham, dan tidak terlalu orienstasi profit
Dari sinilah (modal kecil), justru akhirnya saya bisa mengembangkan modal lebih besar, karena sebagai pemula (waktu itu) psikologis lebih tenang, saya bisa lebih fokus menganalisa. 



Jadi saran saya, buat anda yang masih pemula (pertama kali terjun di dunia trading), pakailah modal sekecil mungkin. Meskipun anda mungkin punya duit gede, tapi jangan nekad memasukkan modal besar, apalagi kalau anda belum memiliki pengalaman trading. 

Supaya seperti yang saya tuliskan di poin2 tadi, selain psikologis lebih tenang, dengan modal kecil, nominal cut loss anda juga cenderung lebih sedikit. 

Banyak pemula yang ingin memulai dengan modal puluhan juta, karena mendegar anjuran2 dan persepsi2: 

"Kalau modal cuma Rp1 juta, kapan untungnya?"
"Kalau mau untung besar di saham, modalnya harus besar. Modal Rp1 juta nggak akan terasa untungnya" 

Inilah yang menjadi penyebab trader pemula rugi besar di saham, karena trader yang belum punya bekal pengalaman langsung nekad, dan hanya ingin orientasi ke profit besar dalam waktu singkat. 

Padahal seorang pemula targetnya bukan untung besar, tapi belajar dulu. Terutama: Belajar agar anda bisa meminimalkan kerugian. Baca juga ulasan saya disini: Target Trading Saham untuk Pemula.

Kalau anda bisa membangun trading anda step by step, anda akan menerima manfaatnya dalam jangka panjang, karena pondasi-pondasi trading dan analisa anda sudah terbentuk dengan baik.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Mencari Sektor dan Sub Sektor Saham

Cara Mencari Sektor dan Sub Sektor Saham

Saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek dapat dibagi / diklasifikasikan ke dalam sektor-sektor saham / usaha. Sebagai contoh, saham SMGR masuk di sektor industri dasar dan kimia. Saham BBCA masuk di sektor finance. Saham UNVR masuk di sektor manufaktur sub sektor consumer goods dan lain2. 

Jenis2 sektor saham di BEI sudah pernah saya bahas juga disini: Daftar Indeks Sektoral Saham di Indonesia. Kalau anda sedang melakukan analisa2 saham, khususnya analisa yang berkaitan dengan membandingkan satu saham dengan saham lain, maka anda harus paham dengan klasifikasi sektor saham. 

Misalnya, anda ingin menganalisa apakah PER saham TKIM sudah murah atau masih mahal, maka anda harus mengetahui TKIM masuk di sektor mana dan saham2 apa saja yang ada di satu sektor yang sama dengan TKIM untuk dijadikan perbandingan analisa.  

Jadi di pos ini, saya akan menjelaskan bagaimana cara mencari sektor saham, sub sektor saham beserta daftar2 sahamnya. 

Cara Mencari Sektor dan Sub Sektor Saham 

1. Mencari sektor dan sub sektor saham beserta daftar2 saham yang ada di dalamnya bisa anda cari dengan mudah melalui situs: idnfinancial.com/id. Anda bisa buka situsnya. 

2. Untuk mencari sektor saham di BEI beserta daftar2 sahamnya, anda bisa buka menu Perusahaan. Tampilannya seperti dibawah ini: 

Sektor Saham
Yang saya beri tanda warna biru adalah sektor sahamnya, sedangkan tanda kuning adalah sub sektor saham. Jadi katakanlah meskipun saham CPIN dan saham SMGR masuk di satu serktor yang sama yaitu industri dasar dan kimia, tetapi kedua saham tersebut berada di sub sektor yang berbeda. 

Itu artinya, kalau anda mau melakukan analisa perbandingan PER, PBV atau analisa2 yang membandingkan saham2 di satu sektor yang sama, maka anda harus melakukan perbandingan berdasarkan sub sektor-nya, bukan berdasarkan sektornya saja. Anda harus membandingkan secara apple to apple. 

Seperti contoh analisa valuasi saham yang saya tulis disini: Cara Mengetahui Saham yang Undervalue (Valuasi Saham), maka kita membandingkan PER berdasarkan sub sektor saham, bukan berdasarkan sektor utamanya. 

3. Sekarang kita coba buka salah satu sub sektor saham. Disini saya akan melihat saham2 apa saja yang ada di sektor pertanian sub sektor perkebunan. 


Itulah saham2 yang masuk dalam daftar sub sektor perkebunan. Jadi kalau anda mau menganalisa perbandingan saham secara apple to apple, kelompokkan saham berdasarkan sub sektornya seperti langkah2 yang saya sebutkan diatas. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

1 Lot akan Berubah Menjadi 20 Lembar Saham

1 Lot akan Berubah Menjadi 20 Lembar Saham

Di pasar saham kita di Bursa Efek Indonesia (BEI), 1 lot saham adalah 100 lembar. Jadi kalau misalkan anda ingin beli saham HRUM di harga 2.500 sebanyak 15 lot, maka jumlah uang yang harus anda keluarkan adalah 2.500 * 15 lot * 100 lembar = Rp3.750.000. Baca juga: 1 Lot Berapa Lembar Saham? 

Saat ini terdapat wacana bahwa 1 lot saham akan diturunkan menjadi 20 lembar atau 50 lembar saham. Hal ini memang masih dalam kajian, tapi ada baiknya kita membahas soal ini, karena hal ini penting untuk trader saham, terutama trader yang masih pemula. Dan kalau aturan ini nantinya benar2 direalisasikan, menurut saya dampaknya akan cukup besar ke pasar saham. 

Apa dampaknya? Dampak positif yang akan kita rasakan secara langsung tentu saja: Pasar saham kita akan menjadi jauh lebih likuid. Sekedar informasi, dulu sebelum 1 lot saham menjadi 100 lembar saham (sebelum 6 Januari 2014), 1 lot saham adalah 500 lembar.

Itu artinya jika menggunakan aturan 1 lot = 500 lembar, jika anda ingin membeli saham HRUM (contoh diatas) di harga 2.500 sebanyak 15 lot, maka uang yang harus anda keluarkan bukan lagi Rp3.750.000, tetapi Rp18.750.000! Berkali-kali lipat lebih besar. 

Penulis ingat benar saat2 1 lot masih 500 lembar, beli saham-saham blue chip seperti ASII saja sulit dapat jumlah lot yang banyak, dan harus benar2 itung-itungan. Padahal saham2 blue chip di saat itu sebenarnya sedang bagus2nya untuk ditradingkan. 

Setelah adanya aturan 1 lot = 100 lembar ini, dampak yang penulis rasakan benar2 terbukti: Pasar saham jadi lebih banyak peminatnya. Saham2 blue chip jadi lebih ramai. Tapi penulis tetap saja masih merasa ada yang kurang. 

Kenapa demikian? Karena Walaupun pasar saham kita sudah lebih likuid, tapi sekarang masih banyak saham di BEI yang kurang likuid, padahal saham tersebut adalah perusahaan2 yang produknya dikenal oleh masyarakat luas. Contohnya anda bisa perhatikan saham Ultrajaya, Mayora, Ace Hardware.. 

Saham-saham ini bid-offernya atau jumlah orang yang mentradingkan masih sangat sedikit. Padahal, produk2nya dikenal masyarakat luas. Jujur saja, penulis sendiri pingin sekali trading di saham2 ini, tapi kalau lihat bid-offernya yang cuma beberapa puluh orang aja, saya beli-nya nggak berani banyak-banyak, karena saya merasa lebih nyaman kalau beli saham yang peminatnya banyak. You know seperti PTBA, BBRI, ASII, BBNI dan lain2.. Saham2 itu kalau anda perhatikan, bid-offernya ribuan.. 

Di sisi lain, saham-saham blue chip yang harganya sudah tinggi seperti GGRM dan UNVR, dengan aturan 1 lot = 100 lembar, maka itu belum cukup menjangkau banyak investor ritel. Jadi wajar saja kalau saham GGRM dan UNVR tidak banyak yang mentradingkan. 

Nah, katakanlah nanti 1 lot akan benar2 berubah jadi 20 lembar, maka dampak positifnya akan sangat besar seperti yang saya katakan tadi: Pasar saham akan jauh lebih likuid. Dan memang ini harapan penulis dari dulu. Kalau semakin banyak orang bisa menjangkau saham, bukan sesatu yang mustahil saham2 yang brand-nya sudah dikenal seperti MYOR, ACES, ULTJ akan lebih likuid, dan anda sebagai trader juga akan punya lebih banyak opsi saham yang bisa ditradingkan. 

Karena banyak pemula di pasar saham yang trading dengan modal Rp1 - 3 juta, maka jika jumlah lembar saham jadi 20 lembar, tentu saja hal ini akan memberikan kesempatan anda untuk belajar saham lebih banyak: Anda punya opsi lebih banyak untuk pilih saham2 blue chip, bukan hanya saham2 murah. Baca juga: Cara Membeli Saham Murah. 

Tetapi dampak negatifnya juga ada. Dampak negatif utamanya adalah saham2 lapis tiga yang harganya dibawah 500, akan benar2 jadi mainan bandar. Bandar akan punya kekuatan yang jauh lebih besar untuk menggoreng sahamnya. 

Nah kalau modal anda kecil, dan nekad terjun di saham2 gorengan, ya risikonya akan sangat besar untuk anda. Namun risiko ini bisa diminimalkan dengan menghindari saham2 lapis tiga, karena sekali lagi, jika hal ini benar2 terealisasi, maka opsi saham kita akan jadi jauh lebih banyak, sehingga trader bisa mengurangi porsi trading di saham gorengan, dan memilih saham2 yang lebih bagus.   

Satu lagi, jika 1 lot diubah jadi 20 atau 50 lembar saham, maka mungkin akan ada banyak trader yang senang. Sama ketika pada saat 2 Mei 2016 BEI mengubah fraksi harga jadi lebih sempit, maka mulai banyak trader saham yang bertanya pada saya dan berencana mulai memborong saham dalam jumlah banyak. Baca juga: Fraksi Harga Baru dan Dampaknya terhadap Pasar Modal

Padahal dengan berubahnya fraksi harga menjadi lebih banyak opsi, efeknya ke IHSG tidak terlalu besar. Bukan berarti saat fraksi harga lebih bagus, IHSG akan jadi naik terus. Demikian juga ketika nantinya 1 lot diubah jadi 20 atau 50 saham, bukan berarti setelah2nya, IHSG akan langsung naik. Efek utamanya adalah pada likuiditas. 

Berkaca dari pengalaman perubahan fraksi harga ini, maka dari itu, anda juga tetap harus trading mengikuti trading plan anda. Terutama untuk anda yang udah punya duit lumayan gede buat trading, katakanlah Rp50 juta, jangan langsung kalap beli saham, karena bagaimanapun juga pertimbangan2 dari trading plan harus anda perhatikan.  

Hmmm.. Tapi ini masih menjadi wacana BEI alias belum terealisasi. Namun cepat atau lama, BEI pasti akan merealisasikan hal ini, karena BEI juga pasti nyadar dengan Program Yuk Nabung Saham ini investor pemula dengan modal kecil semakin banyak, maka BEI pasti akan memberikan kemudahan2, salah satunya dengan menurunkan aturan tentang lot saham ini. 

Pos ini saya tulis sekarang supaya nantinya psikologis anda tetap bisa berjalan, logika trading anda tetap yang utama ketika anda mengetahui anda bisa membeli saham lebih banyak dengan modal yang kecil, sehingga anda tetap bisa menghasilkan profit.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Mencari Data Kurs Beli, Kurs Jual dan Kurs Tengah Terupdate

Cara Mencari Data Kurs Beli, Kurs Jual dan Kurs Tengah Terupdate

Apabila anda sedang mencari data kurs beli, kurs jual maupun kurs tengah untuk keperluan tertentu, anda bisa mendapatkan datanya secara mudah. Anda tinggal membuka situs www.kursdollar.net. Untuk lebih mudahnya, saya jelaskan menggunakan step-by-step. 


1. Buka situs www.kursdollar.net

2. Untuk melihat kurs beli dan kurs jual Bank Indonesia hari ini, anda bisa melihatnya di halaman pertama web Kurs Dollar. Perhatikan gambar dibawah ini. 


Kurs beli dan kurs jual diatas dibandingkan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh: Kurs beli Rupiah terhadap USD adalah sebesar Rp13.330. Situs tersebut tidak hanya menyajikan kurs beli dan kusr jual dalam bentuk USD, namun ada banyak mata uang lainnya seperti Jepang, Euro, dan lain2. 

Selain melihat kurs beli dan kurs jual hari ini, jika anda ingin mengetahui kurs beli dan kurs jual pada hari sebelumnya, anda bisa masuk pada menu Historis. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:


Jika anda membutuhkan data kurs beli dan kurs jual pada hari atau bulan sebelumnya, anda tinggal setting tanggal yang anda inginkan dengan cara klik Prev. Anda juga bisa lihat kurs beli dan jual selain kurs BI, yaitu kurs Bank di Indonesia yang lain seperti kurs BNI, BCA dan lain2. 

Jika anda belum paham cara membaca dan menggunakan kurs beli dan kurs jual, silahkan baca pos:  Arti dan Ilustrasi Kurs Beli dan Kurs Jual


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.