Strategi Trading Saham Jangka Pendek

Strategi Trading Saham Jangka Pendek

Trading jangka pendek merupakan strategi trading yang paling banyak, paling sering diaplikasikan trader saham. Fluktuatif naik-turunnya saham yang anda amati sehari-hari dikarenakan adanya para trader jangka pendek yang memanfaatkan momentum untuk take profit dalam jangka yang lebih singkat. 

Strategi trading saham jangka pendek memiliki banyak kelebihan. Salah satu kelebihan trading jangka pendek yang paling sering diincar trader adalah keuntungan yang relatif lebih cepat, ketimbang harus hold saham terlalu lama.     

Trading jangka pendek sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa macam strategi. Jadi dalam praktiknya, kalau anda menyebut istilah 'trading jangka pendek', maka strategi2nya nggak bisa disama-ratakan. 

Ada beberapa strategi trading jangka pendek yang sering diterapkan dalam trading saham, yaitu sebagai berikut:   

1. Trading menitan / scalping trading

Strategi ini merupakan strategi trading dengan jangka waktu yang paling pendek. Anda membeli dan menjual saham hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dalam scalping trading, trader umumnya akan mengincar saham2 lapis tiga / saham gorengan, karena di pasar saham, saham2 gorengan-lah yang memiliki potensi naik-turun cepat hanya dalam hitungan beberapa menit.  

Namun di pasar saham, scalping trading ini juga merupakan strategi trading jangka pendek yang paling berisiko, mengingat saham2 lapis tiga memiliki pergerakan harga yang sulit diprediksi dengan analisa teknikal. 

Jadi dalam scalping trading, anda harus jauh lebih disiplin pada saat menetapkan target / level cut loss.    

2. Trading harian / intraday trading

Strategi trading jangka pendek yang paling aman, risikonya lebih kecil adalah intraday trading. Intraday trading dilakukan dengan cara beli saham pagi hari, lalu jual siang atau sore harinya (harian). 

Dan 'toleransi' jangka waktu intraday adalah sampai 3 hari trading. Jadi dalam intraday trading, anda memilih saham2 yang lebih likuid, fluktuatifnya bagus, mudah naik dalam jangka harian, tetapi anda tidak perlu terlalu terburu-buru menjual saham. 

Kalau anda mau trading harian jangka pendek dan mendapatkan profit yang lebih konsisten, maka intraday trading adalah strategi trading yang paling bagus untuk anda.   

Untuk strategi intraday trading, saya pernah menuliskan praktik2nya, cara memilih saham bagus untuk trading harian, dan studi kasusnya langsung disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham. 

Jadi di ebook tersebut, anda akan praktik langsung cara-cara yang benar untuk trading harian. Sehingga, anda bisa memperoleh profit konsisten, dan memahami momentum yang tepat untuk trading jangka pendek. 

3. Trading dibawah 1 minggu

Strategi trading jangka pendek ini juga sering diterapkan trader, yaitu trading jangka pendek dengan rentang waktu yang lebih panjang dibandingkan intraday trading. Misalnya anda beli saham hari ini, jual 5 hari kemudian, maka itu juga bagian dari strategi trading jangka pendek.  

4. Trading diatas 1 minggu - 1 bulan (swing trading / trend following)

Dalam trading, anda pasti sudah sering mendengar istilah swing trading. Swing trading ini merupakan trading jangka pendek yang time frame-nya paling panjang, yaitu diatas satu minggu sampai satu bulan. 

Yup, ini sama artinya anda menerapkan strategi HOLD SAHAM, namun jangka waktu hold anda nggak terlalu panjang. Swing trading dilakukan dengan cara mengikuti tren suatu saham. Kalau tren masih naik, anda hold. Kalau tren saham sudah mulai turun, anda jual.

Strategi swing trading, dan memilih saham2 breakout yang berpotensi naik, pernah saya tuliskan strategi2nya disini: Ebook Panduan Simpel Memilih Saham Bagus. 

Bagaimana dengan trading diatas 1 bulan? Well, kalau sudah diatas satu bulan, maka dapat dikatakan anda melakukan trading jangka menengah, anda membeli saham di harga yang rendah, murah, dan juga melihat fundamentalnya (positioning trading). 

Itulah empat strategi trading jangka pendek yang sering diaplikasikan trader. Terus, mana strategi trading jangka pendek yang paling baik dan efektif? 

Berdasarkan pengalaman saya pribadi, strategi trading jangka pendek yang paling bagus diaplikasikan adalah INTRADAY TRADING dan SWING TRADING. 

Intraday trading maupun swing trading sama-sama dilakukan dengan memilih saham2 yang bagus, likuid, aman dan momentumnya tepat untuk trading. Dan jangka waktu trading keduanya nggak terlalu cepat, dan nggak terlalu lama, sehingga efektif untuk anda terapkan, bagi anda yang tipikalnya nggak suka risiko terlalu gede dalam trading. Baca juga: Kombinasi Trading Cepat & Swing Trading.   


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Risiko Terburuk Beli Saham Gorengan

Risiko Terburuk Beli Saham Gorengan

Di pasar saham kita, mayoritas saham adalah saham-saham lapis tiga alias saham gorengan. Bahkan kalau anda perhatikan dengan detail, mayoritas saham yang baru listing di Bursa, selalu menjadi saham gorengan, dengan tingkat likuiditas saham yang jelek, dan pergerakan saham yang tidak menentu. 

Saya juga pernah menuliskan artikel tentang ciri-ciri saham gorengan disini: Kenali Saham Gorengan di Indonesia. Anda bisa baca-baca tentang kriteria saham gorengan, agar anda nggak terjebak dalam saham gorengan ysng berisiko tinggi. 

Dalam praktiknya, anda akan menemukan banyak sekali anjuran untuk membeli saham-saham gorengan, dengan iming2 return yang besar, padahal saham2 gorengan ini risikonya tinggi. 

Bandar bisa untung besar dari saham gorengan, karena punya duit jumbo dan "kemampuan mengendalikan saham". Tapi untuk anda trader ritel, hal ini akan sangat berisiko buat anda. 

Ada banyak risiko saham gorengan: Risiko saham anda nyangkut, rugi (cut loss). Tapi ada lagi risiko yang lebih buruk, boleh saya katakan risiko yang paling buruk kalau anda terus-terusan beli saham gorengan. Risiko terburuk saham gorengan ada dua, yaitu sebagai berikut: 

1. Saham nyangkut dan tidak kembali ke harga (beli) anda

Banyak sekali saham gorengan yang harganya nggak balik ke harga awal. Hal ini karena banyak saham gorengan yang sudah 'ditinggal oleh bandar'. Selain itu, saham gorengan punya likuiditas yang sangat jelek. 

Dan sekarang ini, saya banyak menemukan saham2 ini pada saham2 yang baru IPO. Anda bisa baca artikel saya disini: Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT.

Saham2 gorengan yang pergerakan saham dan teknikalnya, sifatnya sangat tidak pasti ini membuat banyak saham gorengan yang pergerakannya sangat tidak menentu. 

Saya sering mendengar keluhan2 trader yang sudah bertahun-tahun nyangkut di saham gorengan, harganya nggak pernah balik ke harga awal (bahkan banyak juga yang turun lagi ke Rp50), dan trader juga nggak mendapatkan dividen dari saham2 gorengan tersebut. 

Sehingga, tentu kalau anda beli saham gorengan, risikonya modal anda akan "terpenjara". Kalau anda cut loss, kerugian anda juga sangat besar, dan tentu saja hal ini akan mengacaukan portofolio anda.   

2. Emitennya pailit / bangkrut

Saya pernah mendapat curhat dari seorang trader yang emitennya pailit (yaitu saham DAJK), di satu sisi trader tersebut memegang sahamnya, dan sahamnya nyangkut sudah beberapa tahun. 

Tentu saja, kalau emiten tersebut bangkrut, anda nggak akan bisa mendapatkan profit dari saham tersebut. Jadi itulah risiko yang paling buruk kalau anda selalu membeli saham gorengan. 

Grafik Saham DAJK sebelum pailit. Anda yakin mau beli saham yang grafiknya seperti itu?

"Oke, terus kenapa kok saham gorengan ini risikonya emitennya bisa sampai pailit atau nyangkut nggak balik ke harga beli ya Pak Heze?" Tanya anda

Harus anda ketahui, saham2 gorengan mayoritas perusahaannya memiliki fundamental yang buruk. Kalau anda nggak percaya, anda bisa cek sendiri bagaimana kinerja keuangan perusahaan2 yang sahamnya cenderung gorengan. 

Entah sering terlambat menyampaikan laporan keuangan, sering rugi bersih, ekuitasnya negatif, dan lain2. Sehingga, walaupun anda seorang trader, tetapi penting bagi anda untuk mempelajari analisa fundamental, agar anda nggak terjebak di saham2 seperti ini. 

Logikanya, kalau saham tersebut ramai, diminati trader dan investor, saham beredarnya banyak, maka perusahaan tersebut biasanya adalah perusahaan yang sehat. Yup, harusnya saham2 seperti itulah yang perlu anda tradingkan. 

Dengan kata lain, dua risiko terburuk trading di saham gorengan ini bisa menimbulkan risiko yang fatal untuk anda, yaitu anda nggak akan dapat cuan apapun kalau saham anda sudah terlanjur nyangkut parah. 

Hal ini beda saat saham anda "nyangkut" di saham2 yang bagus kinerjanya, maka saham2 itu akan lebih mudah balik ke harga awal, dan kemungkinan terburuk kalau saham tersebut belum balik (anda juga nggak rela cut loss), anda masih dapat dividen.  

"Berarti kita nggak disarankan main saham gorengan. Begitu kah Pak Heze?" Celetuk anda 

Boleh saja anda trading di saham gorengan, tetapi anda harus trading dengan analisa. Jangan trading karena ikut-ikutan, karena mau untung cepat. Dan yang terpenting, anda harus lebih disiplin dalam menetapkan cut loss untuk saham2 gorengan, karena biar bagaimanapun saham gorengan tetaplah saham2 yang berisiko tinggi. 

Pesan saya, jangan mudah terpengaruh oleh ajakan2 beli saham gorengan, walaupun kelihatannya saham gorengan ini bisa naik lebih tinggi dibandingkan saham2 likuid lainnya, tetapi risiko di saham gorengan juga sangat berbahaya, sehingga kalau anda sudah kena risiko terburuknya, maka otomatis anda nggak akan bisa dapat profit.  



Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Jenis-Jenis Aksi Korporasi Saham Perusahaan

Jenis-Jenis Aksi Korporasi Saham Perusahaan

Di pasar saham, kita mengenal adanya AKSI KORPORASI. Dalam Bahasa Inggrisnya disebut dengan corporate action. 

Aksi korporasi adalah kegiatan inisiatif yang dilakukan perusahaan yang dapat mempengaruhi perubahan jumlah saham beredar, harga saham dan jumlah kepemilikan saham investor.   

Ada beberapa aksi korporasi yang dapat mempengaruhi investor untuk membeli dan menjual saham perusahaan. Aksi2 korporasi ini juga bisa berdampak pada jumlah saham beredar, maupun keyakinan investor terhadap saham perusahaan. 

Berikut ini ada 7 (tujuh) aksi korporasi yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan:  

1. Right issue

Right issue merupakan aksi korporasi yang dilakukan dengan cara menerbitkan saham baru. Jadi, investor punya kesempatan untuk mendapatkan saham baru perusahaan di harga yang (umumnya) lebih murah. 

Tentang right issue, dan pengaruhnya terhadap harga saham, saya bahas sangat lengkap di pos ini: Arti dan Ilustrasi Right Issue, dan Dampaknya Pada Harga Saham - Part I dan Arti dan Ilustrasi Right Issue, dan Dampaknya Pada Harga Saham - Part II. Anda bisa baca2 artikel tersebut.  

2. Stock split

Stock split merupakan aksi korporasi yang dilakukan dengan cara memecah nominal harga saham menjadi lebih murah, namun jumlah saham beredar kini menjadi lebih banyak. 

Tentang stock split, serta pengaruhnya terhadap harga saham bisa anda baca di artikel saya disini: Pengertian dan Ilustrasi Stock Split dan Cara Memanfaatkan Profit Saham dari Stock Split.

3. Reverse stock split (RSS)

RSS adalah kebalikan dari stock split, di mana perusahaan 'menggabungkan' nominal saham, sehingga harganya menjadi lebih mahal, dan jumlah saham beredar menjadi lebih sedikit. 

Tentang RSS dan pengaruhnya terhadap harga saham, bisa anda baca disini: Reverse Stock Split di Bursa Saham dan Reverse Stock Split, Berdampak Buruk terhadap Harga Saham. 

4. Dividen

Dividen merupakan aksi korporasi yang dilakukan dengan cara membagikan laba perusahaan kepada investor. Aksi korporasi ini bertujuan untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham, sehingga umumnya pembagian dividen akan berpengaruh pada harga saham. 

Tentang dividen, dan pengaruhnya ke terhadap harga saham, anda bisa baca disini: Arti dan Ilustrasi Pembagian Dividen dan Bahayanya Membeli Saham Saat Ex Date. 

5. Buyback saham

Buyback saham dilakukan perusahaan dengan cara membeli kembali saham perusahaan. Hal ini biasanya dilakukan emiten ketika harga saham perusahaan sedang jatuh (tekanan jual yang sangat besar).   

Tentang buyback saham, tujuan buyback dan pengaruhnya ke harga saham bisa anda baca di artikel saya disini: Apa itu Buy Back Saham?

6. Saham bonus

Saham bonus merupakan saham yang dibagikan emiten pada pemegang saham secara cuma-cuma. Tentu saja tujuannya untuk membuat investor / trader semakin tertarik dengan saham perusahaan tersebut. 

Tentang saham bonus, dan pengaruhnya ke harga saham, bisa anda baca disini: Pengertian dan Ilustrasi Saham Bonus.   

7. Merger dan akuisisi

Ketika perusahaan melakukan merger ataupun akuisisi, hal ini bisa meningkatkan kepercayaan investor untuk membeli saham, terutama kalau perusahaan melakukan merger dan akusisi pada perusahaan2 yang bagus. 

Demikian juga sebaliknya, saham bisa turun atau bahkan tidak bergerak, kalau investor menilai aksi merger dan akusisi ini merugikan prospek perusahaan. Kalau anda belum perbedaannya anda bisa baca disini: Perbedaan Merger, Akuisisi dan Konsolidasi + Contohnya. 

Itulah aksi korporasi yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Di dalam trading saham, anda harus jeli mengamati setiap perubahan2 yang terjadi akibat aksi korporasi. Aksi korporasi bisa membuat investor membeli atau sebaliknya menjual saham, jadi momentum, pengalaman anda dan analisa harus anda gunakan.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Arti Private Placement Saham dan Contohnya

Arti Private Placement Saham dan Contohnya

Di pasar saham pernahkah anda mendengar istilah private placement? Atau mungkin anda sedang bertanya-tanya arti private placement yang sebenarnya? Di pos ini saya akan menjelaskan lebih detail mengenai arti private placement saham, dan tujuan perusahaan melakukan privat placement. 

Private placement atau Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) adalah cara perusahaan menjual saham kepada investor yang sudah dipilih dan ditentukan, bukan kepada investor publik. 


Private placement (Untuk selanjutnya kita singkat PP saja yaa) salah satu bentuk aksi korporasi perusahaan. Masih bingung dengan definisi diatas? Baca terus... 

Jadi kalau right issue menghimpun dana dari investor publik (masyarakat umum seperti saya dan anda bisa membeli saham perusahaan melalui right issue, untuk mendapat tambahan saham baru), maka pada PP, perusahaan sudah memilih investor, misalnya PT A berdasarkan persetujuan bersama, untuk kemudian membeli saham perusahaan di harga tertentu. Artinya, masyarakat umum tidak bisa ikut serta dalam PP. 

Investor yang sudah dipilih perusahaan untuk menyerap dana / saham perusahaan ini disebut sebagai standby buyer (pembeli siaga). Sekuritas berperan sebagai perantara, supaya transaksi yang disepakati perusahaan dengan standby buyer dapat berjalan dengan baik.

Apakah aksi PP ini akan mempengaruhi harga saham perusahaan? Seharusnya sama sekali nggak pengaruh. Kenapa demikian? 

Karena PP dilakukan di pasar negosiasi, bukan pasar reguler. Artinya, sebanyak apapun lot dan berapapun nominal transaksi yang terjadi di pasar nego tidak akan mempengaruhi harga saham di pasar reguler. Baca juga: Pasar Reguler, Pasar Negosiasi dan Tunai di Bursa Saham.

Tetapi di pasar saham ada faktor psikologis. Para trader di pasar reguler seringkali menganggap PP bisa membuat harga saham mampu mencapai harga PP yang telah ditetapkan.  

Sebagai contoh, katakanlah harga saham ABCD di pasar reguler adalah 400. Kemudian perusahaan melakukan PP dengan kesepakatan standby buyer untuk membeli sahamnya di harga 300. Maka, bisa jadi pelaku pasar atau bandar akan menurunkan harga saham di pasar reguler ke 300-an. Meskipun tidak selalu, namun permainan psikologis ini sangat mungkin terjadi. 

Psikologis ini juga berlaku sama seperti right issue. Perhatikan saham2 seperti JSMR, ADHI PPRO yang harganya berangsur-angsur turun, padahal nggak ada sentimen negatif, dan kinerjanya juga oke-oke saja. Tapi karena perusahaan2 tersebut melakukan right issue dengan harga teoretis dibawah harga pasar, maka harga saham turun ke harga teoretisnya tersebut. 

Lalu apa tujuan perusahaan melakukan private placement?

Tujuan private placement sudah jelas, yaitu untuk menambah modal bagi perusahaan, yang akan digunakan untuk ekspansi, membayar atau untuk menurunkan rasio utang. Sebagai contoh, WINS melakukan PP dengan tujuan menambah modal dan menurunkan rasio debt to equity. 

Anda yang jeli baca pos ini pasti akan bertanya:

"Pak Heze kenapa perusahaan pilih melakukan private placement? Kan ada banyak cara buat dapat tambahan modal? Apalagi cari standby buyer juga nggak mudah" 

Pertanyaan bagus. PP memang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, dengan PP perusahaan sudah pasti akan menyerap dana sebesar yang sudah disepakati dengan standby buyer. 

Namun kekurangan utama PP adalah perusahaan tidak bisa menghimpun dana dengan jumlah yang lebih besar atau sangat besar, karena PP tidak memungkinkan investor publik / masyarakat untuk membeli sahamnya melalui aksi korporasi ini.

Standby buyer juga pasti memiliki keterbatasan modal untuk membeli saham perusahaan. Sedangkan kalau perusahaan melakukan right issue (dari masyarakat umum / investor ritel), modal yang didapatkan tidak terbatas, karena semua masyarakat yang trading bisa membeli sahamnya. 

Tapi hal ini akan jadi masalah baru kalau perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki banyak investor publik alias sahamnya nggak likuid. Darimana perusahaan akan mendapatkan modal, kalau sahamnya saja hampir nggak ada yang mentradingkan?

Maka disinilah aksi korporasi private placement bisa dilakukan. Kalau anda mau telusuri lebih dalam, coba anda perhatikan perusahaan2 yang melakukan PP. Umumnya (meskipun tidak 100%) perusahaan2 tersebut sahamnya nggak likuid / tidak terlalu aktif diperdagangkan (investor publiknya sangat sedikit).

Contoh-contoh perusahaan yang pernah melakukan private placement adalah WINS, EMTK, FREN, dan lain2. Anda bisa perhatikan sendiri harga dan likuiditas sahamnya. 

Selain itu, perusahaan yang memilih melakukan PP, dikarenakan dana yang didapatkan dari PP sifatnya lebih pasti. Seperti yang saya jelaskan di beberapa paragraf sebelumnya, dengan PP perusahaan sudah pasti menyerap dana sebesar yang diinginkan, sesuai dengan yang sudah disepakati dengan standby buyer. 

Itulah arti dan contoh private placement. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Arti Private Placement Saham dan Contohnya

Arti Private Placement Saham dan Contohnya

Di pasar saham pernahkah anda mendengar istilah private placement? Atau mungkin anda sedang bertanya-tanya arti private placement yang sebenarnya? Di pos ini saya akan menjelaskan lebih detail mengenai arti private placement saham, dan tujuan perusahaan melakukan privat placement. 

Private placement atau Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) adalah cara perusahaan menjual saham kepada investor yang sudah dipilih dan ditentukan, bukan kepada investor publik. 


Private placement (Untuk selanjutnya kita singkat PP saja yaa) salah satu bentuk aksi korporasi perusahaan. Masih bingung dengan definisi diatas? Baca terus... 

Jadi kalau right issue menghimpun dana dari investor publik (masyarakat umum seperti saya dan anda bisa membeli saham perusahaan melalui right issue, untuk mendapat tambahan saham baru), maka pada PP, perusahaan sudah memilih investor, misalnya PT A berdasarkan persetujuan bersama, untuk kemudian membeli saham perusahaan di harga tertentu. Artinya, masyarakat umum tidak bisa ikut serta dalam PP. 

Investor yang sudah dipilih perusahaan untuk menyerap dana / saham perusahaan ini disebut sebagai standby buyer (pembeli siaga). Sekuritas berperan sebagai perantara, supaya transaksi yang disepakati perusahaan dengan standby buyer dapat berjalan dengan baik.

Apakah aksi PP ini akan mempengaruhi harga saham perusahaan? Seharusnya sama sekali nggak pengaruh. Kenapa demikian? 

Karena PP dilakukan di pasar negosiasi, bukan pasar reguler. Artinya, sebanyak apapun lot dan berapapun nominal transaksi yang terjadi di pasar nego tidak akan mempengaruhi harga saham di pasar reguler. Baca juga: Pasar Reguler, Pasar Negosiasi dan Tunai di Bursa Saham.

Tetapi di pasar saham ada faktor psikologis. Para trader di pasar reguler seringkali menganggap PP bisa membuat harga saham mampu mencapai harga PP yang telah ditetapkan.  

Sebagai contoh, katakanlah harga saham ABCD di pasar reguler adalah 400. Kemudian perusahaan melakukan PP dengan kesepakatan standby buyer untuk membeli sahamnya di harga 300. Maka, bisa jadi pelaku pasar atau bandar akan menurunkan harga saham di pasar reguler ke 300-an. Meskipun tidak selalu, namun permainan psikologis ini sangat mungkin terjadi. 

Psikologis ini juga berlaku sama seperti right issue. Perhatikan saham2 seperti JSMR, ADHI PPRO yang harganya berangsur-angsur turun, padahal nggak ada sentimen negatif, dan kinerjanya juga oke-oke saja. Tapi karena perusahaan2 tersebut melakukan right issue dengan harga teoretis dibawah harga pasar, maka harga saham turun ke harga teoretisnya tersebut. 

Lalu apa tujuan perusahaan melakukan private placement?

Tujuan private placement sudah jelas, yaitu untuk menambah modal bagi perusahaan, yang akan digunakan untuk ekspansi, membayar atau untuk menurunkan rasio utang. Sebagai contoh, WINS melakukan PP dengan tujuan menambah modal dan menurunkan rasio debt to equity. 

Anda yang jeli baca pos ini pasti akan bertanya:

"Pak Heze kenapa perusahaan pilih melakukan private placement? Kan ada banyak cara buat dapat tambahan modal? Apalagi cari standby buyer juga nggak mudah" 

Pertanyaan bagus. PP memang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, dengan PP perusahaan sudah pasti akan menyerap dana sebesar yang sudah disepakati dengan standby buyer. 

Namun kekurangan utama PP adalah perusahaan tidak bisa menghimpun dana dengan jumlah yang lebih besar atau sangat besar, karena PP tidak memungkinkan investor publik / masyarakat untuk membeli sahamnya melalui aksi korporasi ini.

Standby buyer juga pasti memiliki keterbatasan modal untuk membeli saham perusahaan. Sedangkan kalau perusahaan melakukan right issue (dari masyarakat umum / investor ritel), modal yang didapatkan tidak terbatas, karena semua masyarakat yang trading bisa membeli sahamnya. 

Tapi hal ini akan jadi masalah baru kalau perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki banyak investor publik alias sahamnya nggak likuid. Darimana perusahaan akan mendapatkan modal, kalau sahamnya saja hampir nggak ada yang mentradingkan?

Maka disinilah aksi korporasi private placement bisa dilakukan. Kalau anda mau telusuri lebih dalam, coba anda perhatikan perusahaan2 yang melakukan PP. Umumnya (meskipun tidak 100%) perusahaan2 tersebut sahamnya nggak likuid / tidak terlalu aktif diperdagangkan (investor publiknya sangat sedikit).

Contoh-contoh perusahaan yang pernah melakukan private placement adalah WINS, EMTK, FREN, dan lain2. Anda bisa perhatikan sendiri harga dan likuiditas sahamnya. 

Selain itu, perusahaan yang memilih melakukan PP, dikarenakan dana yang didapatkan dari PP sifatnya lebih pasti. Seperti yang saya jelaskan di beberapa paragraf sebelumnya, dengan PP perusahaan sudah pasti menyerap dana sebesar yang diinginkan, sesuai dengan yang sudah disepakati dengan standby buyer. 

Itulah arti dan contoh private placement. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Jual Beli Saham: Automatic Take Profit & Cut Loss

Cara Jual Beli Saham: Automatic Take Profit & Cut Loss

Trading saham saat ini bisa dilakukan melalui fasilitas online trading. Anda hanya perlu membuka rekening di sekuritas, kemudian setelah anda mendapat username dan passwrod, dan anda setor modal, anda bisa download software trading yang disediakan sekuritas.  

Kalau anda belum tahu langkah2 pembukaan rekening di sekuritas, anda bisa download free ebook yang saya terbitkan disini: Ebook Gratis Panduan Membeli Saham Bagi Pemula.

Dalam trading, kalau anda pasang order beli / jual saham di hari yang sama, kalau order anda belum match, maka order anda di hari itu otomatis akan 'hangus', dan anda harus pasang lagi order keesokan harinya.

Misalnya saham ANTM saat itu di harga 1.015. Anda kemudian pasang harga beli saham ANTM di 990. Tapi ANTM hari itu tidak turun mencapai harga 990. Maka, otomatis order buy anda akan hangus, dan kalau besok anda mau beli ANTM lagi, maka anda harus pasang order yang baru.   

Di dalam praktiknya, banyak trader yang tidak memiliki cukup waktu untuk memantau maupun memasang order beli jual saham.  

Maka dari itu, solusinya anda bisa pasang order buy maupun sell melalui fasilitas CONDITIONAL ORDER di software trading anda.

Conditional order digunakan untuk memasang order beli dan jual saham, pada harga dan jangka waktu yang anda tetapkan. 

Jadi anda tidak harus memasukkan order beli / jual setiap hari, karena anda sudah memasang target harga berdasarkan jangka waktu tertentu. 

Contohnya seperti saham ANTM tadi. Kalau anda mau menunggu saham ANTM turun di harga 990, biar anda dapat harga beli yang murah, maka anda bisa setting buy ANTM di 990, dan jangka waktu expired-nya anda tetapkan, katakanlah satu bulan dari sekarang. 

Jadi kalau sewaktu2 ANTM turun beneran ke 990 dalam waktu kurang dari 1 bulan, order anda akan langsung match dengan sendirinya. Artinya, kalau ANTM hari ini belum match, order anda nggak akan hangus, karena anda sudah pasang jangka waktu order anda sampai dengan satu bulan. 

Sekarang kita akan masuk ke praktik bagaimana cara menerapkan memasang order saham dengan fasilitas conditional order. Disini saya pakai software Danareksa Online (D'One). 

Untuk sofware2 trading lain, pastinya ada perbedaan tampilan, tapi fungsi dan cara kerjanya sama. Oke, berikut langkah2-nya: 

1. Pada software online trading anda, bisa klik buy atau sell. Disini saya akan kasih contoh kasus jika anda mau beli saham. Setelah klik buy, maka tampilannya sebagai berikut:


Pertama-tama, anda ketikkan dulu harga dan jumlah lot saham yang mau anda beli. Misalnya anda mau beli saham ELSA di harga 380 sebanyak 100 lot. Setelah itu, anda klik bagian conditional order (nomor 2). 

2. Setelah itu, akan muncul tampilan conditional order dibawah ini: 


Anda bisa menempatkan kondisi order beli anda pada bid price atau offer price. Terserah anda. Demikian juga kalau anda mau jual saham, anda bisa tempatkan order anda pada bid price atau offer price.   

3. Setelah itu, perhatikan lagi condition order dibawah ini


Greater than or equal berarti order beli / jual anda akan match jika lebih tinggi atau sama dengan harga yang anda tetapkan. Less than or equal berarti harga beli / jual akan match jika harganya lebih rendah atau sama dengan yang anda tetapkan. Equal berarti order anda akan match hanya berdasarkan harga yang anda tentukan. 

Kalau saya pribadi, saya selalu memasang conditional order pakai yang "equal". Jadi kalau misalnya anda beli saham ELSA di harga 380 pada kondisi equal bid price artinya, anda akan membeli saham ELSA ketika ELSA berada di 380 pada bid pricenya. Kurang lebih seperti itu cara bacanya.  

4. Setelah itu, anda bisa setting expired datenya


Anda bisa menetapkan expired date untuk conditional order, misalnya satu bulan, tiga bulan atau beberapa minggu saja. Order anda akan match sebelum jangka waktu expired date yang anda tetapkan. 

Tapi kalau sudah diatas expired date, dan order anda belum tercapai, maka order akan hangus. So, untuk anda yang nggak punya banyak waktu trading, expired datenya bisa ditetapkan lebih panjang.

Catatan: Kalau anda mau jual saham, anda tinggal klik 'sell', kemudian langkah2nya juga sama seperti diatas.    

AUTOMATIC TAKE PROFIT DAN STOP LOSS 

Conditional order ini adalah istilah lain dari automatic take profit dan stop loss yang sering digunakan oleh trader saham. Jadi kalau anda sudah beli saham dan kemudian anda sudah tetapkan mau jual alias take profit di harga berapa, maka anda bisa pakai fasilitas conditional order ini. 

Nanti kalau harga jual yang sudah anda tetapkan tercapai, maka saham anda otomatis akan matched dan anda untung, tanpa harus pasang order tiap hari.  

Pada conditional order, anda juga bisa pasang dua harga sekaligus (dengan cara order harga jual dua kali pakai langkah2 diatas tadi), yaitu harga jual buat take profit dan buat cut loss.. 

So katakanlah anda sudah beli saham ELSA di 380. Anda mau jual ELSA di harga 400 (take profit). Di satu sisi, anda menetapkan target cut loss di harga 370. Nah, pada conditional order ini anda bisa memasang dua kali order jual di harga 400 (automatic take profit) dan 370 (automatic stop loss).

Contoh automatic take profit dan stop loss - conditional order (pasang dua order jual)

Pos yang saya tulis ini juga menjawab pertanyaan rekan2 yang masih bingung gimana caranya pasang order beli / jual. Gimana caranya pasagn automatic take profit dan stop loss, kalau nggak punya banyak waktu trading.

Di software online trading yang anda pakai, sebenarnya semua sekuritas menyediakannya. Hanya mungkin istilahnya bisa berbeda. Anda hanya tinggal menerapkannya.    


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Dividend Trap Saham dan Cara Mengatasinya

Dividend Trap Saham dan Cara Mengatasinya

Salah satu return yang dicari seorang trader selain capital gain adalah return dari dividen. Di Saham Gain ini, saya sudah membahas banyak tentang dividen.

Musim dividen terjadi antara bulan Maret-Mei, karena bersamaan dengan rilisnya laporan audited perusahaan, biasanya sebagian besar emiten juga menyelenggarakan RUPS untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan pada pemegang saham untuk tahun buku sebelumnya. 

Biasanya ketika perusahaan mengumumkan besarnya dividen per share (DPS) yang akan dibagikan, harga saham akan cenderung meningkat menjelang cum datenya. Jika anda belum tahu tentang tata cara mendapatkan dividen, anda bisa baca disini: Arti dan Ilustrasi Pembagian Dividen.

Memang tidak semua emiten yang membagikan dividen, harga sahamnya naik menjelang cum date. Untuk emiten2 lapis dua dan lapis tiga yang membagikan DPS dengan nominal kecil, sebagian besar sahamnya hampir tidak terpengaruh meskipun ada pengumuman dividen dari perusahaan.  

Sedangkan saham-saham blue chip yang notabene membagikan dividen besar, harga sahamnya akan cenderung naik menjelang cum date. Contohnya BBCA, BBRI, PTBA, ITMG, BBNI, BMRI, ASII, dan lain-lain. 

Banyak trader yang berpikiran membeli saham2 tersebut saat menjelang cum date dengan harapan mendapat profit besar. Namun ada 2 hal yang perlu anda perhatikan ketika mau mengincar dividen. 

Pertama, biasanya setelah harga saham naik menjelang cum date, harga saham akan langsung turun. "Lho kok bisa begitu? Kalau jual saat tanggal cum date-kan nggak dapet dividen?" Pikir anda. Tapi itulah faktanya.

Sebagian besar trader yang sudah merasa profit besar akan segera menjual sahamnya saat cum date. Memang trader tidak akan mendapat dividen, tetapi capital gain yang didapatkan
dari kenaikan harga sudah jauh melebihi nilai dividen yang didapatkan. 

Kedua, kalaupun harga sahamnya masih naik saat cum date (karena memang sebagian besar trader ingin mendapat dividen), biasanya harga sahamnya saat ex date akan langsung turun sebesar nilai dividennya. Contoh: Ketika ITMG membagikan dividen jumbo sebesar Rp1.840 per saham, harga saham ITMG naik terus saat cum date. 

ITMG yang masih berada di harga 28.275 saat cum date 2 April naik secara peralahan sampai 28.650 menjelang penutupan Bursa. Namun keesokan harinya (ex date), ITMG langsung dibuka anjlok ke 28.300 dan dalam hitungan menit turun sampai 26.500. Dan sehari setelah ex date, ITMG turun lagi sampai 26.000, walaupun hari berikutnya mampu naik lagi. Perhatikan grafik ITMG dibawah:



Terkait hal tersebut, saya juga pernah membahasnya disini: Bahayanya Jika Membeli Saham Saat Cum Date Dividen.  Biasanya saham-saham ini menjelang cum atau ex datenya akan turun sebesar nilai dividennya. Artinya, semakin besar nilai DPS, semakin banyak turunnya. 

Inilah yang dinamakan dengan dividend trap atau dalam bahasa Indonesianya jebakan dividen. Jadi, kalau anda membeli saham ketika cum date, atau lebih parahnya beli saat ex date karena anda berpikir harga saham bisa naik lagi, maka kemungkinan besar anda akan terjebak dengan penurunan harga saham secara mendadak. 

Walaupun tidak selalu saham akan turun saat cum /ex date, namun faktanya sebagian besar saham blue chip dan beberapa lapis dua sering mengalami hal tersebut.
Nah, kini anda sudah tahu tentang dividend trap. Terus bagaimana cara mengatasinya? Caranya jangan membeli saham ketika cum atau ex date, kecuali kalau anda memang ingin mengincar dividen.  

Atau kalau anda sudah mengincar dividen suatu saham sejak lama, anda bisa menyimpan sahamnya jauh-jauh hari saat harganya masih diskon / lagi turun. Dengan cara ini, meskipun nanti saat ex date harganya turun, tetapi nilai aset (saham) anda masih tetap meningkat.

Selain itu, untuk menghindari dividend trap, anda bisa membeli sahamnya setelah tanggal ex date atau ketika sahamnya sudah mulai rebound pasca penurunan. 

Namun kalau anda adalah tipikal pengincar capital gain / anda yang tipikalnya trading untuk jangka pendek, akan sangat berisiko jika anda langsung membeli saham saat sahamnya sudah masuk cum atau ex date. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.