Saham Indonesia Tidak Terpercaya?

Saham Indonesia Tidak Terpercaya?

Di saat turun-turunnya harga saham, banyak pendapat yang mengatakan: 

"Beli saham Indonesia itu nggak aman, turun terus. Mending beli gold aja"
"Jangan beli saham, harga saham itu nggak pasti" 
"Saham itu berbahaya, mending deposito saja" 
"Hati-hati beli saham, saham banyak bandarnya" 

Pendapat-pendapat seperti ini banyak sekali saya jumpai, bahkan beberapa yang mengatakan hal tersebut adalah orang-orang yang sudah pernah mencoba dunia saham. 

Ditambah lagi banyaknya kasus-kasus negatif yang seringkali menjebak investor ritel, seperti kasus Jiwasraya, kasus Asabri, saham AISA, kasus-kasus saham IPO seperti POSA dan lain2. Baca juga: Saham Gorengan: Belajar dari Kasus Jiwasraya. 

Apalagi sekarang mayoritas saham yang IPO di Bursa, banyak yang tidak likuid, laporan keuangannya tidak meyakinkan, dan hanya terkesan masuk Bursa "asal-asalan". Saham BAPI misalnya, yang baru beberapa bulan listing di Bursa Efek sudah menjadi saham gocap (Rp50). 

Dengan banyaknya catatan kelam di pasar saham Indonesia, saya rasa wajar kalau banyak trader / investor yang mulai pesimis, bahkan takut untuk masuk ke pasar saham. 

Jadi, apakah benar saham Indonesia itu sekarang sudah tidak terpercaya lagi? 

Harus saya akui bahwa tidak semua saham itu bagus untuk dibeli. Terutama kalau tujuan anda adalah untuk investasi saham jangka panjang (diatas 1 tahun), ada banyak saham yang TIDAK TERPERCAYA untuk investasi. 

Mengapa? Karena seperti yang saya tuliskan diatas tadi, bahwa banyak saham yang masuk Bursa hanya terkesan "asal-asalan", banyak saham yang kinerja fundamentalnya jelek, banyak saham yang tidak menunjukkan prospek jangka panjang yang bagus (manajemennya bermasalah, produk di pasaran tidak jelas). 

Tapi di sisi lain, banyak juga saham yang bagus, baik untuk disimpan jangka panjang, maupun saham-saham yang bagus untuk ditradingkan. Di web Saham Gain ini saya juga sudah banyak membahas ulasan-ulasan dan analisa saham. 

Berdasarkan pengalaman pribadi, pasar saham Indonesia tetap merupakan sarana trading dan investasi yang SANGAT BAGUS. Namun dengan catatan: Pengetahuan saham (analisis teknikal & analisis fundamental + pemahaman tentang pergerakan market) harus anda pelajari. 

Tugas anda sebagai trader ataupun investor saham, anda harus SELEKTIF dalam memilih saham. Agar anda bisa menjadi trader yang selektif, pengetahuan saham adalah hal utama yang perlu anda kuasai. 

Karena ada saham-saham yang bagus, dan banyak juga saham2 yang tidak terpercaya (dalam konteks fundamental dan teknikalnya benar2 jelek dan tidak layak untuk dibeli / disimpan). 

Nah, kalau anda tidak bisa menjadi trader / investor yang selektif. Jika anda tidak memiliki pengetahuan dan basic2 yang diperlukan untuk trading & investasi, ya pasar saham akan menjadi "tidak terpercaya" untuk anda. Demikian juga sebaliknya.

Dan untuk menghadapi bearish market itu sendiri, kita tidak perlu panik. Karena di pasar saham ada yang namanya 'siklus pasar' dan itu pasti terjadi. Saham2 dalam jangka panjang juga tetap berada di jalu uptrend. Saya juga sudah menuliskan di pos ini: Saham-saham untuk Jangka Panjang

"Tapi Pak Heze, bagaimana dengan kasus-kasus saham IPO atau kasus2 saham gorengan yang selalu memakan korban trader ritel? Bukankah itu membuat pasar saham kita menjadi semakin jelek?" Tanya anda 

Pertanyaan bagus. Di pasar saham manapun saya yakin pasti ada saham2 yang jelek. Namun, apakah kita perlu memilih saham-saham tersebut untuk dibeli? 

Well, saya rasa tidak. Masih banyak pilihan saham yang bagus. Kalau anda mau baca-baca lagi ulasan saya disini: Investasi Saham yang Sehat! Saya pernah menuliskan tentang membangun investasi saham yang benar, termasuk cara-cara kita untuk 'memerangi' saham2 yang menjebak. 

Analoginya, di dunia ini pasti ada hal yang jelek / buruk / negatif. Dan pasti ada juga hal yang bagus / positif / membangun. Sebagai manusia, kita harus menghindari hal2 yang jelek tersebut, dan memilih untuk melakukan hal2 yang positif dan membangun. 

Di pasar saham pun juga demikian. Anda tidak perlu memilih saham2 yang jelek (walaupun ada), dan pilihlah saham2 yang baik. Pengetahuan dan analisa diperlukan agar anda bisa membangun investasi dan trading saham yang profit dan sehat.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Kombinasi Trading Cepat & Swing Trading

Kombinasi Trading Cepat & Swing Trading

Time frame alias bingkai waktu trading saham harus anda pilih pada saat anda memutuskan membeli dan menjual saham. Anda mau trading jangka pendek atau anda mau menjadi trend following itu adalah pilihan anda pribadi. 

Masalahnya trader saham seringkali bingung harus memilih mana diantara tipe trading tersebut. Apakah sebaiknya anda memilih trading cepat, atau trading dengan cara menyimpan saham lebih lama / menjadi trend follower? Mana yang lebih menguntungkan antara trading cepat atau swing trading? 

Saran saya, kalau anda bingung mau pilih mana, anda bisa coba dua-duanya. Dengan catatan, anda memang punya waktu yang lebih banyak untuk analisa, dan mengelola modal trading anda. 

Dengan kata lain, anda bisa melakukan kombinasi trading cepat (intraday trading) dan swing trading (trend following). Maksudnya disini adalah, anda mengalokasikan modal anda sebagian buat trading cepat. Dan sebagian lainnya buat swing trading. 

Saya pribadi juga melakukan kombinasi2 trading. Ada modal yang saya gunakan untuk trading cepat, ada yang saya gunakan untuk swing trading dan satu dua saham untuk jangka yang lebih panjang. 

Keuntungan melakukan kombinasi trading cepat dan swing trading adalah, anda bisa memutar modal anda untuk mendapatkan untung lebih cepat, dengan cara melakukan intraday trading. Selain itu, anda juga bisa memiliki saham-saham yang bisa memberikan return lebih besar dalam jangka yang lebih lama. 

Strategi-strategi tentang memilih saham untuk trading cepat bisa anda dapatkan materinya disini: Teknik Beli Saham Pagi Jual Sore. Sedangkan cara swing trading & memilih saham bagus bisa anda lihat disini: Panduan Simpel & Efektif Memilih Saham Bagus. 

Jadi, untuk anda yang pingin dapat untung dengan jangka waktu lebih cepat di saham, dan sekaligus bisa untung dengan cara menyimpan saham yang lebih lama, cobalah untuk melakukan kombinasi swing trading dan trading harian. Namun tentu, anda harus pahami strategi trading dengan benar. Jangan asal memilih saham, jangan bernafsu dengan profit besar. 

Perlu anda ketahui, sebenarnya mayoritas trader melakukan kombinasi2 trading ini. Banyak trader saham jangka pendek yang juga "merangkap" sebagai investor saham. Banyak juga trader harian yang tetap memiliki satu dua saham yang disimpan untuk jangka menengah.  

Dengan melakukan kombinasi2 trading, anda bisa lebih efektif dalam menanam dan mengelola modal anda untuk berbisnis saham. 

Catatan: Pos ini bukan mengajak anda untuk melakukan strategi trading dengan beberapa strategi. Kalau anda hanya merasa cocok dengan satu strategi misalnya swing trading, itu tidak jadi masalah selama anda bisa untung konsisten. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Full Time Trader Saham, Siapkah Anda?

Full Time Trader Saham, Siapkah Anda?

Belum lama ini, ada seorang trader bertanya ke saya melalui WA: "Saya punya modal Rp 50 juta dan saya ingin full time di saham. Berapa untung maksimum kira2 yang bisa saya dapatkan pak?"

Sudah cukup banyak trader yang menginginkan menjadi full time trader (FTT), padahal trader masih belum punya banyak pengalaman trading. Sehingga, jika anda bertanya ke saya tentang keinginan menjadi FTT, anda harus bertanya pada diri anda sendiri: Apakah anda sendiri sudah siap?

"Tapi Pak Heze, gimana caranya kita bisa tahu kalau kita sudah siap menjadi FTT atau belum?" Tanya anda yang semakin ngotot ingin jadi FTT. 

Jika anda selama ini punya pertanyaan2 tentang menjadi FTT, ada beberapa poin yang harus anda perhatikan, supaya anda bisa menimbang-nimbang keputusan menjadi FTT atau menjadi part time trader terlebih dahulu: 

1. Jumlah modal untuk FTT 

Saya sebenarnya tidak hanya sekali ini mendapat pertanyaan tentang trader yang ingin full time di saham. Rata2 trader yang ingin full time bondo modal Rp50 juta, Rp80 juta bahkan ada yang punya modal Rp25 juta sudah ingin menjadi FTT. 

Nah, kalau anda mau jadi FTT besarnya modal menjadi salah satu faktor terpenting. Sekarang, katakanlah anda punya modal Rp50 juta. Asumsikan anda bisa untung 5% sebulan. Berarti untung anda adalah Rp2,5 juta. 

Pertanyaannya: Apakah untung Rp2,5 juta per bulan sudah bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup anda plus ada sisa yang bisa anda tabung.

Satu hal lagi, untung 5% sebulan itu sudah sangat besar. Anda pemain saham yang berpengalaman, anda pasti mengetahui hal ini. 

Kedua, dalam trading anda tidak mungkin bisa mendapatkan untung dengan range yang konstan. Bulan ini mungkin anda untung anda 5% dari modal. Tapi bulan depan bisa lebih besar. Bulan depan lagi bisa jauh lebih sedikit. 

Hal ini karena di pasar saham, harus anda ketahui juga bahwa ada saat2 di mana market tidak bersahabat untuk trader, market lagi bearish di masa2 tertentu. 

Jadi untuk menjadi FTT, anda harus memiliki modal yang cukup. Seberapa besar modalnya? Saya pernah menuliskannya disini: Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi FTT. 

Kalau anda baca pos tersebut, memang saya tidak bisa menjawab jumlah duit minimal untuk jadi FTT, karena hanya anda yang mengetahui kebutuhan anda. Tapi kalau modal anda cuma Rp50 juta, atau bahkan hanya Rp25 juta, anda harus menimbang-nimbang lagi keputusan anda jadi FTT. 

Karena jika kebutuhan hidup anda cukup tinggi, berarti anda punya tuntutan untuk bisa  mencetak profit dengan persentase besar. Misalnya dengan modal Rp50 juta, biaya kebutuhan hidup anda dan keluarga adalah Rp5 juta, maka anda harus bisa dapat profit 10% per bulan.. 

Tapi kalau modal anda katakanlah Rp500 juta, dan kebutuhan hidup anda dan keluarga Rp5 juta, maka anda 'hanya' perlu mencetak untung 1% per bulan.. Bahkan mungkin anda mungkin bisa mencetak profit lebih besar dari 1% per bulan. Tentu 'tuntutan' anda akan lebih ringan, sehingga beban psikologis lebih kecil.   

Selanjutnya, Anda perlu baca poin kedua, karena poin kedua berkaitan dengan poin pertama...  

2. Apakah anda sudah praktik trading dengan modal anda? 

Kalau anda mau jadi FTT dengan modal katakanlah Rp50 juta, maka sebelum jadi FTT, anda harus uji dahulu berapa profit yang bisa anda dapatkan dalam sebulan. Ujilah minimal selama dua tahun. 

Profit yang anda dapatkan harus bisa memenuhi kebutuhan hidup anda sehari-hari. Kalau ternyata setelah anda trading dengan modal Rp50 juta, keuntungan anda belum bisa mencukupi kebutuhan anda sehari-hari, maka bisa disimpulkan bahwa: 

- Anda harus menambah modal anda (artinya Rp50 masih kurang untuk jadi FTT)
- Anda harus jadi part time trader dulu
- Tingkatkan skill trading anda terlebih dahulu 

Dengan kata lain, sebelum jadi FTT, anda harus coba dulu trading dengan sejumlah modal yang anda rencanakan, untuk anda gunakan ketika anda menjadi FTT nantinya. 

Saya sendiri nggak bisa jawab kalau anda tanya: Berapa potensi keuntungan maksimal kalau jadi FTT dengan modal sekian? 

Kan semua itu tergantung dari trading yang anda lakukan sendiri. Setiap dari anda punya skill yang berbeda-beda. Setiap anda juga punya pengalaman trading yang berbeda. Maka dari itu, sebelum jadi FTT, anda sendirilah yang harus ukur kemampuan anda, supaya anda bisa menyimpulkan: Anda siap jadi FTT sekarang atau tidak?  

Sayangnya, banyak trader yang belum mencoba mempraktikan, tapi sudah keburu mau jadi FTT. Yang lebih parah, banyak yang nekad langsung mau jadi FTT padahal belum menguji kemampuan mendapatkan profit. Tentu hal ini akan sangat berisiko. 

3. Risiko menjadi FTT

Menjadi FTT nggak hanya bicara soal modal. Anda harus paham risiko jadi FTT. Jadi FTT berarti anda meninggalkan pekerjaan utama anda dan sumber penghasilan utama anda sekarang dari trading saham. Anda harus bisa jawab pertanyaan2 ini: 

Siapkah jika di waktu2 tertentu anda tidak mendapat profit? Siapkah jika profit anda naik-turun? Siapkah anda melihat IHSG yang lagi jatuh, di satu sisi anda sudah meninggalkan pekerjaan utama anda? 

Kalau anda belum siap... Jadilah part time trader sampai anda siap.  Jadi selain anda punya modal, anda harus siap dengan risiko. Anda harus siap mental. Dua hal ini harus berjalan berbarengan. 

Kalau mental anda kuat, tapi tidak ada modal sama saja bohong. Sebaliknya, kalau anda punya modal jumbo tapi anda nggak siap mengelola, modal anda bisa habis dalam waktu cepat.  

Kesimpulannya, saya menyarankan pada anda (khususnya yang mau jadi FTT), mengingat banyaknya pertanyaan para trader yang bercita-cita punya profesi FTT, bahkan dengan modal yang sebenernya masih relatih kecil.... Jangan terburu menjadi FTT

Meskipun kedengarannya jadi FTT itu enak.. Nggak perlu kerja kantoran. Nggak perlu dimarahi bos. Nggak perlu kena macet. Bisa kerja santai pakai kaos dan celana pendek. Nggak ada yang ngatur-ngatur. Tetapi... 

FTT membutuhkan modal yang besar, praktik trading yang benar, dan mental yang kuat. Kalau salah satu dari itu belum anda kuasai, apalagi praktik trading anda masih kurang, maka jadilah part time trader dulu.

Jika ternyata anda tetap belum siap jadi FTT, jadi part time trader juga nggak buruk. Semua ada kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tergantung bagaimana anda mengelolanya. Baca juga: Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham-saham untuk Jangka Panjang

Saham-saham untuk Jangka Panjang

"Tidak selamanya pasar saham bullish"... Tidak selamanya pasar saham suram". Kalimat inilah yang selalu saya ingat ketika menghadapi kondisi pasar saham yang bergejolak, atau sebaliknya, ketika saham-saham banyak yang overvalued... 

Ketika kita menghadapi pasar saham yang sedang bullish, ingatlah bahwa tidak selamanya pasar saham itu naik terus. Kalau saham-saham sudah overvalued (kemahalan), percayalah kita tinggal menunggu waktu saham2 turun lagi. 

Sebaliknya, pada saat pasar saham strong bearish dan lesu, ingatlah juga bahwa tidak selamanya pasar saham akan lesu terus. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kita pasti menghadapi tahun-tahun, di mana pasar saham (IHSG) dan market luar negeri suram. 

Misalnya kita pernah mengalami crash market di tahun 1998 dan 2008. Pasar saham kita juga pernah lesu di tahun 2015 (selama kurang lebih 7 bulan). 

Atau di awal tahun 2020, di mana IHSG jatuh karena kasus virus Corona, isu world war III. Ditambah lagi kasus Jiwasraya yang pada akhirnya membuat transaksi di pasar saham menjadi sepi karena pelaku pasar menjadi takut masuk ke pasar saham Indonesia. 

Bahkan kondisi market bearish itu bisa terjadi selama kurun waktu yang agak lama misalnya 1 tahun lebih. Pasar saham kita sudah mengalami hal ini di awal tahun 2020, di mana market cenderung lesu dan lebih sepi transaksi sejak 1-2 tahun sebelumnya. 

Tapi perlukah kita menjadi pesimis ketika pasar saham terus menerus turun dan lesu? Saya rasa tidak perlu. 

Bukankah IHSG dalam jangka panjang selalu naik? Anda bisa bandingkan IHSG tahun 2003 vs 2013. Atau IHSG tahun 2009 vs 2019.. Atau lebih panjang lagi, bandingkan IHSG tahun 2003 vs 2020.. Yup, IHSG selalu bergerak uptrend dalam jangka yang panjang. 

Mengapa? Karena pola pikir manusia dan teknologi juga semakin berkembang dari waktu ke waktu. 

Contoh sederhananya, kalau dulu anda dulu harus punya jam tangan untuk melihat jam. Anda harus punya kalkulator untuk menghitung. Anda harus punya kamera untuk foto, maka sekarang anda bisa melakukan semua aktivitas itu hanya melalui smartphone pribadi. 

Dulu kalau anda mau pesan makanan, anda harus cari tempat makan, anda harus cari nomor telepon tempat makanan tersebut. Sekarang? Tinggal pesan saja pakai Go Food atau Grab Food.. Beres kan? 

Masih banyak contoh lainnya tentang perkembangan teknologi... Hal ini secara kita sadari atau tidak, pasti akan berpengaruh juga ke pasar saham, karena perkembangan teknologi akan menumbuhkan sektor-sektor ekonomi yang lebih efisien. 

Walaupun pasti persaingan dunia usaha juga semakin tinggi, ada hambatan, tantangan. Tapi dengan pola pikir yang semakin maju, teknologi yang lebih canggih, tentu hal ini akan berdampak baik pada pasar saham kita. 

Jadi kalau pasar saham kita sedang tidak bergairah, transaksi sepi, tidak ada kekuatan untuk bullish, tiap saat sentimennya jelek-jelek terus.... Trust me, kita pasti akan melalui masa-masa itu. 

Pasti ada masa-masa di mana pasar saham Indonesia akan kembali on track alias bullish lagi, dan jika kita "rangkai" IHSG secara time frame yang panjang, hasilnya, IHSG tetap bullish meskipun di tengah2 trennya ada masa-masa suramnya juga. 

Karena kalau pasar saham sudah turun / lesu pasti akan dimanfaatkan oleh para trader dan investor untuk memborong kembali saham-saham yang bagus. Kedua, tidak selamanya sentimen negatif terus "menghantui" pasar saham. 

Perkembangan ekonomi, teknologi, kebijakan, pasti akan menghasilkan banyak sentimen positif yang membuat market kembali bergairah (contohnya seperti kebijakan tax amnesty 2016 yang membuat pasar saham bullish kencang selama 3 bulan). 

Pertanyaannya: Apa yang harus dilakukan sebagai trader dan investor saham? 

TRADER SAHAM 

Sebagai trader saham jangka pendek, tentu saja anda bisa tetap trading dengan memanfaatkan momentum, yaitu momentum-momentum: Technical rebound, saham-saham yang punya potensi naik cepat, saham-saham yang akan breakout. 

Trader saham juga perlu memperhatikan dan mempelajari kondisi market (IHSG). Kalau IHSG sedang turun-turunnya, anda harus melakukan manajemen trading. Jangan bernafsu membeli saham. Banyak lakukan wait and see dan belilah saham2 bagus secara bertahap.  

INVESTOR SAHAM 

Dan untuk investor saham, anda harus memilih saham-saham untuk jangka panjang. Artinya, pilihlah saham2 yang punya kinerja bagus, unggul di sektornya, rajin membagikan dividen. Pelajari juga: Cara-cara Memilih Saham Bagus untuk Investasi.

Saham BBCA - Saham yang naik dalam jangka panjang
Sebagai investor saham, anda harus berorientasi jangka panjang, dan jangan pesimis hanya karena IHSG sedang turun / bearish supaya anda bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal dalam waktu yang panjang. 

Ingatlah kalimat seperti di paragraf awal: "Tidak selamanya pasar saham bullish"... Tidak selamanya pasar saham suram". Ketika pasar saham sudah comeback, disitulah kesempatan anda untuk mendapatkan profit dari kenaikan saham2 yang sudah anda 'curi start' saat di harga bawah. 

Jadi, kalau nanti anda menemukan pasar saham yang sedang bearish / lesu, trader dan investor harus punya optimisme jangka panjang, bahwa dalam jangka panjang IHSG terus bergerak bullish, dan bearish yang kita alami pasti akan selalu ada, namun tidak selamanya terjadi. 

Dengan demikian, anda tidak perlu pesimis menghadapi market. Justru ketika kita bisa mengambil setiap sisi positifnya (pasar saham yang bearish pun banyak sisi positifnya: Dapat saham2 di harga murah, kesempatan mengambil saham saat technical rebound). 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham-saham untuk Jangka Panjang

Saham-saham untuk Jangka Panjang

"Tidak selamanya pasar saham bullish"... Tidak selamanya pasar saham suram". Kalimat inilah yang selalu saya ingat ketika menghadapi kondisi pasar saham yang bergejolak, atau sebaliknya, ketika saham-saham banyak yang overvalued... 

Ketika kita menghadapi pasar saham yang sedang bullish, ingatlah bahwa tidak selamanya pasar saham itu naik terus. Kalau saham-saham sudah overvalued (kemahalan), percayalah kita tinggal menunggu waktu saham2 turun lagi. 

Sebaliknya, pada saat pasar saham strong bearish dan lesu, ingatlah juga bahwa tidak selamanya pasar saham akan lesu terus. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kita pasti menghadapi tahun-tahun, di mana pasar saham (IHSG) dan market luar negeri suram. 

Misalnya kita pernah mengalami crash market di tahun 1998 dan 2008. Pasar saham kita juga pernah lesu di tahun 2015 (selama kurang lebih 7 bulan). 

Atau di awal tahun 2020, di mana IHSG jatuh karena kasus virus Corona, isu world war III. Ditambah lagi kasus Jiwasraya yang pada akhirnya membuat transaksi di pasar saham menjadi sepi karena pelaku pasar menjadi takut masuk ke pasar saham Indonesia. 

Bahkan kondisi market bearish itu bisa terjadi selama kurun waktu yang agak lama misalnya 1 tahun lebih. Pasar saham kita sudah mengalami hal ini di awal tahun 2020, di mana market cenderung lesu dan lebih sepi transaksi sejak 1-2 tahun sebelumnya. 

Tapi perlukah kita menjadi pesimis ketika pasar saham terus menerus turun dan lesu? Saya rasa tidak perlu. 

Bukankah IHSG dalam jangka panjang selalu naik? Anda bisa bandingkan IHSG tahun 2003 vs 2013. Atau IHSG tahun 2009 vs 2019.. Atau lebih panjang lagi, bandingkan IHSG tahun 2003 vs 2020.. Yup, IHSG selalu bergerak uptrend dalam jangka yang panjang. 

Mengapa? Karena pola pikir manusia dan teknologi juga semakin berkembang dari waktu ke waktu. 

Contoh sederhananya, kalau dulu anda dulu harus punya jam tangan untuk melihat jam. Anda harus punya kalkulator untuk menghitung. Anda harus punya kamera untuk foto, maka sekarang anda bisa melakukan semua aktivitas itu hanya melalui smartphone pribadi. 

Dulu kalau anda mau pesan makanan, anda harus cari tempat makan, anda harus cari nomor telepon tempat makanan tersebut. Sekarang? Tinggal pesan saja pakai Go Food atau Grab Food.. Beres kan? 

Masih banyak contoh lainnya tentang perkembangan teknologi... Hal ini secara kita sadari atau tidak, pasti akan berpengaruh juga ke pasar saham, karena perkembangan teknologi akan menumbuhkan sektor-sektor ekonomi yang lebih efisien. 

Walaupun pasti persaingan dunia usaha juga semakin tinggi, ada hambatan, tantangan. Tapi dengan pola pikir yang semakin maju, teknologi yang lebih canggih, tentu hal ini akan berdampak baik pada pasar saham kita. 

Jadi kalau pasar saham kita sedang tidak bergairah, transaksi sepi, tidak ada kekuatan untuk bullish, tiap saat sentimennya jelek-jelek terus.... Trust me, kita pasti akan melalui masa-masa itu. 

Pasti ada masa-masa di mana pasar saham Indonesia akan kembali on track alias bullish lagi, dan jika kita "rangkai" IHSG secara time frame yang panjang, hasilnya, IHSG tetap bullish meskipun di tengah2 trennya ada masa-masa suramnya juga. 

Karena kalau pasar saham sudah turun / lesu pasti akan dimanfaatkan oleh para trader dan investor untuk memborong kembali saham-saham yang bagus. Kedua, tidak selamanya sentimen negatif terus "menghantui" pasar saham. 

Perkembangan ekonomi, teknologi, kebijakan, pasti akan menghasilkan banyak sentimen positif yang membuat market kembali bergairah (contohnya seperti kebijakan tax amnesty 2016 yang membuat pasar saham bullish kencang selama 3 bulan). 

Pertanyaannya: Apa yang harus dilakukan sebagai trader dan investor saham? 

TRADER SAHAM 

Sebagai trader saham jangka pendek, tentu saja anda bisa tetap trading dengan memanfaatkan momentum, yaitu momentum-momentum: Technical rebound, saham-saham yang punya potensi naik cepat, saham-saham yang akan breakout. 

Trader saham juga perlu memperhatikan dan mempelajari kondisi market (IHSG). Kalau IHSG sedang turun-turunnya, anda harus melakukan manajemen trading. Jangan bernafsu membeli saham. Banyak lakukan wait and see dan belilah saham2 bagus secara bertahap.  

INVESTOR SAHAM 

Dan untuk investor saham, anda harus memilih saham-saham untuk jangka panjang. Artinya, pilihlah saham2 yang punya kinerja bagus, unggul di sektornya, rajin membagikan dividen. Pelajari juga: Cara-cara Memilih Saham Bagus untuk Investasi.

Saham BBCA - Saham yang naik dalam jangka panjang
Sebagai investor saham, anda harus berorientasi jangka panjang, dan jangan pesimis hanya karena IHSG sedang turun / bearish supaya anda bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal dalam waktu yang panjang. 

Ingatlah kalimat seperti di paragraf awal: "Tidak selamanya pasar saham bullish"... Tidak selamanya pasar saham suram". Ketika pasar saham sudah comeback, disitulah kesempatan anda untuk mendapatkan profit dari kenaikan saham2 yang sudah anda 'curi start' saat di harga bawah. 

Jadi, kalau nanti anda menemukan pasar saham yang sedang bearish / lesu, trader dan investor harus punya optimisme jangka panjang, bahwa dalam jangka panjang IHSG terus bergerak bullish, dan bearish yang kita alami pasti akan selalu ada, namun tidak selamanya terjadi. 

Dengan demikian, anda tidak perlu pesimis menghadapi market. Justru ketika kita bisa mengambil setiap sisi positifnya (pasar saham yang bearish pun banyak sisi positifnya: Dapat saham2 di harga murah, kesempatan mengambil saham saat technical rebound). 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Belajar Mengelola Modal Trading Saham

Belajar Mengelola Modal Trading Saham

Mengelola modal adalah hal yang sangat penting ketika anda menjalankan aktivitas trading saham. Sayangnya, mengelola modal dengan bijaksana seringkali dilupakan oleh para trader / investor saham. 

Banyak trader saham yang ingin segera dapat profit, sehingga akhirnya mengabaikan pentingnya mengelola modal saham dengan cara yang tepat. 

Memilih saham yang bisa menghasilkan profit itu sangat penting, namun jangan sampai anda lupa bahwa anda trading saham itu menggunakan duit, sehingga duit inilah yang perlu anda kelola. Jangan sampai modal anda habis, jangan sampai anda tidak bisa membeli saham hanya karena anda tidak bisa mengelola modal. 

Percaya atau tidak, mengelola modal trading akan berpengaruh secara langsung terhadap pengambilan keputusan trading anda. Jika anda bisa mengelola modal dengan baik, anda juga akan cenderung memilih saham-saham yang berkualitas, yang bisa menghasilkan profit.  

Di pasar saham, banyak sekali trader yang gagal mendapatkan profit, dan akhirnya trader bangkrut (modalnya habis sama sekali). Penyebab trader gagal bukan hanya karena trader tidak mampu menganalisa saham, namun manajemen modal yang buruk menjadi salah satu penyebab trader gagal di pasar saham. 

Pelajari juga Manajemen Modal (MM) untuk trading dan menyusun trading plan saham disini: Ebook Belajar Saham  

Pasar saham kita juga sudah banyak mengalami kasus-kasus kegagalan mengelola modal. Kita barangkali ingat dengan kasus Jiwasraya dan kasus Asabri, di mana perusahaan2 tersebut menyimpan saham-saham gorengan di portofolionya, dan hal ini menjadi "bom waktu" bagi mereka. Anda bisa baca lagi tulisan saya disini: Saham Gorengan: Belajar dari Kasus Jiwasraya

Kalau saja Jiwasraya bisa lebih realistis dalam mengelola portofolio sahamnya, tentu saja perusahaan tidak akan mengalami kerugian sebesar itu dari saham-saham yang pergerakannya tidak jelas. Nah kasus Jiwasraya ini adalah salah satu contoh pengelolaan manajemen modal saham yang buruk. 

Ternyata bukan hanya trader ritel, namun perusahaan sekelas Jiwasraya pun bisa gagal kalau tidak mengelola modal dengan baik. 

Dengan banyaknya kasus kegagalan mengelola modal di saham (baik trader-trader ritel maupun perusahaan), kita semua sebagai trader saham harus fokus untuk mengelola modal, bukan hanya berpikir bagaimana caranya profit besar di saham. 
Sejatinya, untuk mendapatkan profit di saham, manajemen modal adalah salah satu proses yang harus anda terapkan. Profit adalah hasil akhir dari proses-proses trading yang sudah anda lakukan.
Berikut beberapa rule yang perlu anda pahami di dalam mengelola modal (trader pemula disarankan untuk menerapkan hal ini):

- Gunakan modal semampu anda (jangan memaksa trading dengan modal besar)
- Gunakan modal awal yang kecil (Rp1-3 juta)
- Utamakan saham-saham yang bagus untuk trading
- Gunakan modal menganggur untuk trading
- Hindari menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari untuk beli saham
- Minimalkan beli saham2 yang berisiko untuk trading 

Anda bisa pelajari cara-cara memilih saham yang bagus untuk trading berikut: Panduan Simpel & Efektif Screening Saham Bagus. 

Melalui pos ini, saya berharap agar para trader saham mulai care terhadap modal trading.  Jangan sampai karena ketidak-tahuan dalam mengelola modal, trading saham anda menjadi gagal. Dalam trading anda harus bisa mengatur modal anda dengan cara menerapkan poin2 yang saya tuliskan diatas tadi.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham BUMI: Anda Untung atau Buntung?

Saham BUMI: Anda Untung atau Buntung?

Saham BUMI adalah saham yang selalu menjadi saham fenomenal di Bursa Efek. Sudah berkali-kali BUMI selalu menjadi saham yang dikoleksi, digembar-gemborkan ketika harga saham BUMI tiba2 bergerak naik drastis. Sehingga, di kalangan trader BUMI ini disebut sebagai saham sejuta umat.

Sebenarnya BUMI sendiri pernah masuk dalam jajaran saham blue chip tahun 2008. Namun karena kinerja fundamental BUMI yang anjlok, kondisi ekonomi yang sedang lesu, dan harga batu bara turun, membuat BUMI akhirnya sempat menjadi saham tidur cukup lama. 

Tetapi saat BUMI mulai bergerak, ada banyak rumor positif tentang saham BUMI, BUMI mulai kembali bergerak, mayoritas trader mulai ikut memborong saham BUMI ini. 


Perhatikan grafik BUMI diatas. Ini adalah masa-masa di mana BUMI mengalami titik 'puncaknya' tapi kemudian BUMI kembali longsor. Pada saat BUMI mulai bergerak naik dari Rp50 (tanda persegi), para trader mulai optimis, sebagian besar  trader ritel melakukan akumulasi. 

Pada waktu itu, mulai banyak trader yang memamerkan profitnya dari saham BUMI, muncullah analis-analisa dadakan, dan rumor2 yang mengatakan fundamental BUMI akan membaik dalam jangka panjang (entah apa dasarnya, padahal BUMI ini naik hanya karena isu-isu sesaat dan sewaktu2 bisa balik lagi ke harga gocap seperti ELTY dan kawan2). 

Rasa optimis terhadap BUMI ini semakin berapi-api setelah BUMI berhasil break dari resisten psikologisnya 500 (saat itu di 520). Prediksi-prediksi tentang harga wajar saham BUMI mulai banyak saya dengar. Ada yang mengatakan harga wajar BUMI 1.000. 

Ada yang mengatakan BUMI akan dinaikkan sampai 900. Ada yang mengatakan BUMI bagus untuk investasi jangka panjang dan analisa-analisa positif lain tentang BUMI bermunculan terus.

Para trader yang belum membeli sahamnya akhirnya nggak mau ketinggalan. Banyak sekali trader yang masuk di saat BUMI sudah naik ke 490-520 ini. Hasilnya sudah bisa kita tebak.

Begitu BUMI menyentuh 520, BUMI bukannya naik ke 900 atau ke 1.000 seperti yang diprediksi trader dan analis-analis dadakan sebelumnya, melainkan BUMI turun teratur sampai ke harga 180. Sampai sekarang, seolah tidak ada kabar lagi dengan saham BUMI ini.

Saya juga pernah bahas pelajaran teknikal BUMI, terutama tentang psikologis bandar disini: Analisa Saham BUMI : Permainan Psikologis Saham BUMI. 

Nah pada saat BUMI mulai turun ke 300-an itu, saya dapat pertanyaan2 dari trader yang menanyakan bagaimana prospek BUMI, apakah BUMI akan balik ke 500, apakah BUMI masih turun lagi dan banyak pertanyaan lainnya. 

Saya ingat betul kejadian saham BUMI ini, dan ini adalah kesekian kalinya banyak trader yang nyangkut di saham hanya karena trader mendengar rumor, mendengar kata analis, kata trader lain tanpa melakukan analisa dan riset terlebih dahulu.

Padahal di laporan keuangan BUMI saat itu, sama sekali tidak ada tanda2 bahwa fundamentalnya bakalan cemerlang dalam waktu dekat. Saham BUMI kemudian mengingatkan saya pada saham BEKS yang pada waktu itu sangat ramai, serta diburu para trader karena rumor fundamentalnya yang membaik. 

Pada waktu itu, di pos ini: Analisis Jangka Panjang Saham BEKS, saya juga sudah menuliskan analisa fundamental BEKS sekaligus memberikan warning untuk para trader maupun investor agar tidak terjebak dengan rumor2 yang beredar ini. 

Kembali lagi, pada grafik BUMI diatas bahkan selama beberapa tahun, BUMI nyaris balik lagi ke gocap, ke harga 80-100... Walaupun akhirnya BUMI berhasil naik sampai 180. Tapi tetap saja BUMI masih jauuuh dari harga awalnya. 

Meskipun sewaktu-waktu BUMI bisa naik lagi, tetapi dari historis2 yang ada, kita semua hendaknya mengambil pelajaran berharga... 

Di saat BUMI naik ke 500, saya bahkan ditanya oleh rekan2 trader: Kenapa nggak ikutan beli sahamnya? BUMI bakalan naik lagi tuh, sayang sekali Bung Heze kalau nggak ikutan di saham sejuta umat ini.. 

Karena saya tidak menemukan alasan yang lebih rasional kenapa BUMI ini naik begitu banyak, selain rumor2 dan overrated-nya saham BUMI ini tadi, maka saya nggak ikutan. Saya hanya trading jangka pendek di BUMI saat BUMI baru saja memulai tren naiknya. Tapi setelah itu.. Well, saya sudah cari saham2 lainnya. 

Itulah kenapa anda perlu memiliki analisa sebelum beli saham. Jangan beli saham hanya karena anda tidak mau terlihat konyol di saat saham tersebut booming, dan anda nggak pegang sahamnya. Saya pernah tuliskan hal itu disini: Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT.

Apakah anda yang pernah beli saham BUMI, anda untung ataukah malah tambah buntung? Apakah sekarang justru saham anda nyangkut? Well, itu bukanlah masalah besar selama anda masih ada modal untuk trading. 

Anggap saja ini adalah biaya belajar saham, supaya kedepan para trader saham tidak mengulangi hal yang sama. Dan inilah tujuan saya menulis pos ini, agar bisa menjadi pembelajaran untuk anda dan juga saya. 

Saham BUMI ini hendaknya bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama, terutama para trader dan juga investor. Karena hal-hal seperti ini, bukan hanya terjadi di saham BUMI saja. Di pasar saham pasti akan anda temui kasus yang mirip2 dengan BUMI ini, yaitu.... 

Saham yang booming yang karena rumor, isu yang digoreng buat meningkatkan optimisme anda dan saya trader ritel.. Di saat itu mulai muncul para pakar2 dadakan yang memberikan prediksi yang baik2 tentang saham tersebut. 

Di saat saham sudah naik tinggi, dan optimisme trader ritel terus berlanjut, disitulah bandar mulai menjual sahamnya besar2an. Sehingga trader yang sudah membeli, tidak bisa menjual untung. 

Masalahnya, anda tidak tahu kapan suatu saham akan dijatuhkan oleh bandar dalam jumlah besar. Apalagi kalau anda sudah terlanjur optimis, maka anda bisa berpotensi menjadi trader yang greed dan mulai lupa logika. 

Dari saham BUMI ini, mari kita sebagai trader maupun investor belajar untuk lebih menggunakan analisa dan riset sebelum membeli saham... Jangan sampai trader terjebak dan mengulang kesalahan yang sama.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.