Trading Indeks IDX80 vs Indeks LQ45

Trading Indeks IDX80 vs Indeks LQ45

Saham2 yang masuk dalam Indeks LQ45 seringkali menjadi acuan para trader untuk memilih saham2 yang cenderung likuid, karena saham2 yang masuk dalam Indeks LQ45 ini memiliki pengaruh / menjadi motor penggerak IHSG. Baca juga: Daftar Saham Indeks LQ45 terbaru. 

Nah, sekarang ini Bursa Efek Indonesia (BEI) juga telah meluncurkan saham2 Indeks IDX80. Apa itu indeks IDX80? Di pos sebelumnya, kita sudah membahas bersama. Anda bisa baca lagi disini: Saham-saham Indeks IDX80.

Jadi mana yang lebih baik dijadikan sebagai acuan trading: Indeks LQ45 atau IDX80? Sebelum saya menjawab mana yang lebih bagus, saya akan memaparkan kelebihan dan kekurangan masing2 indeks. 

Indeks LQ45 kelebihannya adalah: Saham2 yang terdaftar di indeks ini, lebih disaring secara ketat untuk menghasilkan saham2 likuid yang mampu menjadi penggerak pasar atau yang bisa mewakili IHSG. Jadi anda yang biasanya trading dengan mengikuti dan mencermati arah pasar, indeks LQ45 ini sudah sangat cukup untuk anda jadikan benchmark trading anda.  

Namun kekurangannya, tentu saja kalau anda tradingnya cuma di 45 saham ini, pilihan anda akan sedikit. Karena di pasar saham, saham2 yang likuid sebenarnya nggak hanya LQ45. Tapi banyak juga saham2 lapis dua yang masih likuid dan bagus untuk trading. 

Nah, kelemahan di LQ45 ini ditutup dengan adanya indeks IDX80, di mana pada IDX80: Anda punya pilihan saham yang lebih banyak, karena IDX80 bukan hanya memasukkan 45 saham likuid, tapi ditambah lagi menjadi totalnya 80 saham yang disaring berdasarkan penilaian fundamental, free float dan likuiditasnya. 

Tapi setelah saya pelajari saham2 yang ada di IDX80, saya melihat beberapa saham yang secara likuiditas dan fundamental sebenarnya nggak bagus2 amat. Contohnya saham2 yang masuk IDX80 seperti BKSL, WOOD, HOKI, BEST. 

Beberapa saham seperti BKSL dan BEST ini juga rentan digoreng bandar. Dan sebagai informasi, BKSL ini juga sudah keluar dari LQ45 baru-baru ini, tapi dimasukkan dalam IDX80. Dan pergerakan BKSL sebelum keluar dari LQ45 juga mulai meragukan sekali, karena sahamnya (meskipun terkesan likuid) tapi banyak digoreng. 

Kesimpulannya: Semua indeks baik indeks LQ45 maupun IDX80 sebenarnya sama2 bisa dijadikan acuan untuk trading, khususnya anda yang sering menjadikan indeks sebagai acuan trading anda. 

Hanya yang perlu anda analisa lebih lanjut adalah: Kalau anda adalah tipikal trader yang benar2 memiliki profil toleransi risiko yang rendah (cenderung menghindari risiko), anda bisa pilih saham2 indeks LQ45 saja. Sedangkan untuk pemula, saya juga menyarankan anda untuk memulai dengan menjadikan indeks LQ45 sebagai acuan trading. 

Yap, karena indeks LQ45 ini memang jauh lebih populer dibandingkan IDX80, dan selain itu, alasan2 yang saya sebutkan tadi beberapa saham tambahan di indeks IDX80 adalah saham2 yang cukup berisiko untuk pemula.  

Sedangkan jika anda sudah biasa coba saham2 LQ45, anda baru bisa bandingkan dengan saham2 yang ada di IDX80, atau anda bisa trading langsung di saham2 yang masuk di IDX80. Anda yang ingin punya lebih banyak pilihan saham untuk acuan trading, anda bisa melirik saham2 di IDX80 ini. 

Tapi yang pertama harus anda kuasai dulu adalah saham2 di indeks LQ45-nya itu sendiri, karena LQ45 sampai saat ini tetap merupakan indeks yang paling populer dan mayoritas saham LQ45 adalah saham2 penggerak Bursa. Hal ini berbeda dengan saham2 IDX80, di mana ada banyak saham yang kapitalitasi pasarnya tidak terlalu besar.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham-saham Indeks IDX80, Baguskah Buat Trading?

Saham-saham Indeks IDX80, Baguskah Buat Trading?

Selama ini anda mungkin lebih populer dan familiar dengan istilah indeks LQ45. Yap, indeks LQ45 ini seringkali dijadikan sebagai benchmark trader untuk melihat acuan saham2 yang likuid di pasar saham.

Saham2 LQ45 ini adalah saham2 yang menjadi motor utama penggerak IHSG. Jika mayoritas saham LQ45 turun, IHSG akan ikut turun dan juga sebaliknya. Baca juga: Daftar Saham LQ45. 

Nah, Bursa Efek sekarang juga telah meluncurkan indeks saham baru, yaitu Indeks IDX80. Apakah itu indeks IDX80? 

Sesuai namanya, indeks IDX80 berarti terdiri dari daftar 80 saham di Bursa Efek. Jadi sebenarnya saham yang ada di indeks LQ45 ini masuk juga di indeks IDX80. Bedanya, indeks IDX80 memasukkan lebih banyak pilihan saham ketimbang LQ45. 

Tujuan dibentuknya indeks IDX80 adalah agar Manajer Investasi (MI) reksa dana memiliki pilihan2 saham yang lebih banyak untuk dimasukkan ke dalam portofolio reksa dananya. Jadi dengan indeks IDX80, diharapkan para MI ini bisa menjadi IDX80 sebagai salah satu benchmark untuk memilih saham untuk produk reksa dananya.  

Di satu sisi, IDX80 dibentuk agar anda para trader yang biasanya menggunakan acuan indeks untuk trading, juga punya pilihan saham yang lebih variatif. Karena sejatinya jumlah saham di BEI itu kan banyak sekali. 

Kalau hanya diambil 45 saham likuid, maka sebenarnya jika anda telaah lebih dalam, masih banyak kok saham2 likuid lainnya. Dengan adanya IDX80, maka saham2 likuid ini bisa menjadi acuan trading untuk anda. 

Penilaian yang digunakan untuk memasukkan saham2 IDX80 adalah sebagai berikut: 

1. Perhitungan free float

Perhitungan indeks IDX80 menggunakan perhitungan free float adjusted market capitalization weighting, yaitu dengan melihat 150 saham yang memiliki free float yang paling tinggi persentasenya. Kalau anda belum tahu apa itu free float, anda bisa baca tulisan saya disini: Perubahan Bobot Indeks Saham: Free Float Adjusted Index. 

2. Likuiditas dan fundamental sahamnya 

Dari 150 saham ini tadi, akan dipilih 80 saham yang paling likuid di Bursa Efek. Selain likuiditas, dinilai pula kinerja fundamental saham2 tersebut. Fundamental dinilai dari kepatuhan perusahaan, GCG, kinerja keuangan serta faktor2 lainnya. 

3. IDX80 diperbaharui setiap 6 bulan sekali yaitu setiap Januari dan Juli, sama seperti saham indeks LQ45. 

Jadi sebenarnya perhitungan saham2 yang masuk di IDX80 ini (hampir) sama dengan saham2 yang ada di indeks LQ45. Yap, hanya saja IDX80 memberikan pilihan saham yang lebih banyak ketimbang LQ45, dengan harapan2 itu tadi (seperti yang saya tulis diatas). IDX80 ini bisa dikatakan sebagai indeks "besarnya" LQ45 dan indeks IDX30. 

Anda yang ingin tahu saham2 apa saja yang ada dalam daftar IDX80, anda bisa tanya ke Mbah Google. Banyak yang menyediakan informasi tentang saham2 yang masuk di IDX80 ini. 

Saat IDX80 diluncurkan, saya mendapatkan pertanyaan dari beberapa trader: "Bung Heze, BEI meluncurkan indeks baru nih, IDX80. Katanya mirip2 sama LQ45 ya, cuma sahamnya lebih banyak. Apakah saya harus trading mengacu ke LQ45 atau ke IDX80 aja soalnya pilihan sahamnya lebih banyak?"

Saya sendiri sudah membandingkan indeks IDX80 dengan LQ45, terutama saham2 yang tidak ada di LQ45, tetapi masuk di IDX80. Jadi saya akan memaparkan tentang perbandingan kedua indeks ini, dan kira2 mana yang lebih baik untuk jadi benchmark anda. Anda bisa baca tulisan saya disini: Trading Indeks IDX80 vs Indeks LQ45 (belum terbit.. Coming soon).. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham Fundamental Bagus, Harga Turun Terus?

Saham Fundamental Bagus, Harga Turun Terus?

Kita seringkali menemukan saham-saham unggulan, saham-saham yang kinerjanya sangat baik dan mapan tapi harga sahamnya turun terus dalam kurun waktu 1-2 tahun terakhir. 

Di saat saham fundamental bagus harganya turun terus, saya sering mendegar keluhan rekan-reekan: "Buat apa investasi? Buat apa trading? Toh saham-saham yang bagus saja harganya turun terus"

Saya ingin mengatakan bahwa di saham itu tidak ada hitam putih. Maksud saya, kalau anda menemukan saham yang fundamentalnya bagus, bukan berarti anda pasti 100% langsung untung cepat di saham tersebut kalau anda membelinya.

Jadi hilangkanlah persepsi tersebut. Sebagus apapun suatu saham, saham tersebut bisa turun kalau: 

1. Harga saham secara valuasi sudah mahal 
2. Sektor usaha sedang lesu 
3. IHSG lagi turun banyak dalam jangka menengah (beberapa bulan)

Tiga hal ini yang biasanya paling sering menjadi penyebab turunnya saham fundamental bagus. Kita bisa lihat contoh saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) berikut: 

Saham fundamental bagus
Kita semua tahu saham UNVR adalah saham yang punya kinerja fundamental yang sangat mumpuni, dan dalam jangka panjang, saham ini cenderung naik terus. Tetapi akhirnya dalam 1 tahunan terakhir UNVR turun terus. 

Sejak harganya sideways terus di Rp50.000, UNVR mulai jatuh, dan setelah stock split (tanda lingkaran), UNVR justru turun terus. Hal ini karena selain valuasi yang terlalu tinggi (PER UNVR sudah 45 kali dan harganya sudah mulai sideways lama di puncak), saat itu mayoritas sektor usaha sedang lesu, sehingga sangat berpengaruh terhadap saham-saham di sektor pasar modal. 

Nah, ketika sektor usaha sedang lesu, justru saham2 yang berfundamental bagus ini akan lebih mudah turun. Apalagi saham yang fundamentalnya baik pada umumnya akan cenderung mengikuti arah pergerakan IHSG.  

Jadi untuk anda yang ingin investasi saham, ada baiknya anda mempertimbangkan hal-hal berikut: 

1. Investasi bukan hanya sekedar beli saham 

Meskipun anda membeli saham perusahaan yang ternama dan kinerjanya mapan, anda harus pertimbangkan juga kondisi pasar saham (sektor usaha saat itu, kondisi IHSG / market secara global). Karena seperti yang sudah kita bahas, saham yang fundamentalnya bagus pun harganya bisa turun. 

Analisa juga analisis-analisis fundamental kuantitatif lainnya seperti valuasi saham dan momentum masuk market yang bagus. Pelajari juga analisis fundamental untuk memilih saham bagus disini: Ebook Analisis Fundamental Saham Pemula - Expert

Pelajari juga cara-cara mencari saham yang tahan banting terhadap koreksi pasar disini: Analisis Investasi Saham PDF. 

Sehingga, dengan pertimbangan2 yang matang, anda tidak langsung menghabiskan semua modal anda untuk membeli saham. Kalau kondisi market lagi jelek, anda juga harus mempertimbangkan untuk tidak membeli saham dalam jumlah besar / beli bertahap / wait and see. 

2. Orientasi jangka panjang, bukan jangka pendek 

Jika anda ingin membeli saham berfundamental bagus dengan tujuan diinvestasikan, maka anda harus punya tujuan jangka panjang. Artinya, kalau saham anda masih belum naik dalam waktu 1 minggu, beberapa bulan, anda tidak disarankan untuk cut loss, karena anda bukan trading jangka pendek. 

Selama fundamental perusahaan bagus, maka harga saham memiliki peluang yang besar untuk naik dalam jangka panjang (terutama jika kondisi market, kondisi sektor usaha dan ekonomi pulih, pasti saham2 fundamental bagus yang bakalan up duluan).

Jadi kesimpulannya, semua saham bisa turun. Bahkan saham yang fundamentalnya bagus pun juga bisa turun karena tiga hal utama itu tadi. 

Sebagai trader / investor, anda hendaknya membeli saham berdasarkan analisa-analisa yang matang, bukan sekedar langsung membeli saham hanya karena status "fundamental bagus". 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Investasi Saham yang Sehat!

Investasi Saham yang Sehat!

Pada saat berselancar di dunia internet, saya sering googling "daftar investasi bodong terbaru". Saya ingin melihat update investasi2 bodong apa yang sudah diciduk oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ternyata banyak dari investasi yang dinyatakan ilegal adalah investasi2 yang sudah 'punya nama besar'. 

Tapi yang saya pribadi nggak habis pikir, setiap bulan, setiap pergantian tahun pasti ada saja investasi ilegal terbaru dan jumlahnya tidak sedikit. Yang lebih mengherankan lagi, banyak masyarakat kita yang selalu tertipu dengan iming-iming investasi bodong tersebut.

Kenapa setiap saat selalu ada masyarakat yang tertipu dengan investasi abal-abal? Jujur saja, saya pribadi sangat miris ketika mendengar ada teman atau cerita-cerita lain yang mengatakan "Si A tertipu puluhan juta di investasi X."

Padahal setiap bulan selalu saja ada investasi bodong yang dirilis. Setiap tahun sudah banyak tertipu. Kita semua juga sudah diberikan edukasi2 tentang pengetahuan investasi. Bukankah kita semua harusnya belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut? 

Tidak ada investasi yang bisa memberikan return sangat cepat dalam semalam tanpa risiko. Semakin tinggi return yang ditawarkan, maka pasti ada risiko. Disinilah harusnya kita belajar, bahwa investasi yang menawarkan iming-iming untung besar yang tidak masuk akal (apalagi tidak ada izin dari OJK), harus dihindari.   

"Terus apa hubungannya investasi bodong sama investasi saham? Kan produknya berbeda?" Tanya anda 

Investasi bodong dengan sistem MLM ataupun skema ponzi memang tidak sama dengan investasi / trading saham. Tapi secara tidak langsung, keduanya memiliki "korelasi". Korelasinya adalah: Banyak investor pemula yang punya pola pikir yang sama, yaitu: Sama-sama ingin dapat untung cepat dari hasil investasinya tanpa mempertimbangkan unsur risiko. 

Kita semua ingat bahwa kasus Jiwasraya, yang juga pernah saya tulis disini: Saham Gorengan: Belajar dari Kasus Jiwasraya, sudah memakan korban trader saham ritel cukup banyak. Kerugian akibat membeli saham-saham gorengan tersebut bukan hanya dirasakan oleh Jiwasraya itu sendiri, tapi juga dirasakan oleh trader2 ritel yang ikut membeli saham2 tersebut karena belum memiliki pengetahuan yang benar di saham. 

Setelah kasus Jiwasraya ini (dan beberapa kasus2 saham gorengan sebelumnya seperti saham POSA), beberapa waktu kedepan pasar saham jadi lebih sepi daripada biasanya. Tidak terlalu banyak transaksi. Trader dan investor saham menjadi was-was masuk ke pasar saham, karena di pasar saham banyak bandarnya, banyak 'jebakan batman'

Di pasar saham juga banyak perusahaan yang bisa go public, padahal laporan keuangannya rugi. Setelah listing di Bursa, apa yang terjadi? Harga sahamnya nggak karuan, naik turun secara drastis dengan volume yang sangat tipis. Baca juga: Saham IPO = Saham Gorengan. 

Setelah mulai banyak korban di saham2 Jiwasraya, saham POSA dan saham2 yang kena kasus lainnya, pasar saham mulai sepi dan banyak trader yang mulai ragu masuk pasar saham. 

Tapi bukan berarti dalam jangka menengah trader-trader saham pemula bakalan mengerti kalau di pasar saham itu ada banyak jebakan, dan tidak semua saham bagus untuk dibeli. 

Mengapa? Karena seperti yang saya jelaskan di beberapa paragraf sebelumnya tadi: Pola pikir kebanyakan masyarakat masih sama: Ingin untung cepat, mengabaikan risiko dan malas mempelajari analisa saham. 

Nah, sekarang anda jawab pertanyaan ini: Saham apa yang bisa naik sangat cepat? Tentu saja saham-saham gorengan kan? 

Masalahnya, saham-saham gorengan inilah yang banyak dijadikan alat oleh para bandar untuk menciptakan 'transaksi semu' yang menjebak trader2 ritel. 

Jadi kalau mindset trader tidak diubah (ingin untung cepat terus), ya sampai kapanpun saya yakin pasti akan ada banyak trader ritel yang terjebak dan masuk di dalam perangkap yang sama. 

Lalu, apa dong solusinya?

Langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengurangi peran bandar di pasar saham (Salah satunya Pak Bentjok yang sudah diinvestigasi karena kasus Jiwasraya), adalah langkah yang bagus untuk menciptakan pasar modal yang lebih sehat, supaya pergerakan harga bisa lebih sehat dan mencerminkan transaksi sesungguhnya. 

Walaupun tidak sedikit juga yang protes: "Kalau bandar ditangkap, maka pasar saham akan jadi sepi dan justru merugikan kita".

Tapi mau nggak mau, kita juga harus mendukung langkah BEI maupun OJK tersebut agar pergerakan pasar modal lebih sehat. 

Saya pribadi juga setuju kalau saham-saham yang mau go public harus lebih diseleksi kriterianya... Meskipun nantinya mungkin jumlah perusahaan yang mau go public tidak akan sebanyak tahun sebelumnya, tapi setidaknya perusahaan yang IPO adalah perusahaan yang murni sehat secara fundamental. 


Daripada ada banyak saham go public, tapi ujung2nya jadi saham gocap dan menjadi alat bandar saja. 

Itu langkah lembaga yang berwenang. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Sebagai trader dan investor saham, kita juga harus belajar dari kesalahan2 sebelumnya. 

Jangan mudah tergiur dengan profit. Jangan mudah tergiur beli saham yang mudah naik cepat hanya karena anda ingin bisa pamer profit seperti trader2 lain. 

Tidak ada salahnya anda ingin trading cepat. Tapi semua itu harus didasarkan pada analisa dan pengetahuan trading, bukan asal membeli saham. 

Dari banyaknya kasus-kasus penipuan investasi bodong, kita juga bisa korelasikan dengan pasar saham. Bahwa tidak ada yang namanya untung secara instan. Untuk bisa meraih keuntungan dalam investasi, anda harus memiliki PENGETAHUAN tentang investasi yang akan anda jalankan. 

Kalau anda belum punya pengetahuan tentang saham, jangan pernah membeli saham. Pelajari dulu ilmunya supaya anda nggak terjerumus. 

Di pos ini saya ingin memaparkan fakta-fakta yang ada di pasar saham, sehingga kita semua bisa belajar dan melihat pasar saham dari berbagai sisi, bukan hanya melihat profitnya saja. 

Marilah kita semua menciptakan investasi dan trading saham yang sehat. Marilah kita belajar dari kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi, supaya pasar saham kita bisa unggul, dan menciptakan value yang nyata bukan sekedar transaksi semu. 

Tujuannya, tentu saja anda dan saya yang berkecimpung di pasar saham bisa mendapatkan profit yang maksimal, plus menciptakan rasa aman dalam membeli saham. 

Silahkan share pos ini kepada siapapun yang membutuhkan, pada teman, keluarga tau rekan-rekan anda yang ingin belajar saham. Dengan sharing pengetahuan, sekecil apapun langkah kita, kita sudah berperan untuk menciptakan pasar saham yang sehat. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Modal Awal Main Saham

Modal Awal Main Saham

"Berapa modal awal main saham?" Pertanyaan ini sering sekali saya terima dari teman-teman maupun pembaca web Saham Gain yang sedang memulai aktivitas trading ataupun investasi saham. 

Ada banyak sekali saran dan anjuran mengenai berapa sebaiknya modal awal main saham yang baik. Ada yang mengatakan modal awal trading saham sebaiknya Rp200-500 ribu. 

Ada yang menyarankan Rp5 juta. Bahkan ada yang menyarankan diatas Rp10 juta, karena membeli saham dengan modal kecil profitnya nggak terasa. 

Jawaban yang sangat variatif seringkali membuat trader pemula bingung harus menentukan berapa sebaiknya modal yang digunakan untuk trading.  

Untuk anda yang ingin memulai trading saham, saya ingin sharing pengalaman mengenai berapa modal yang ideal, yang sebaiknya anda gunakan untuk trading saham. 

Modal awal main saham sebaiknya tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Untuk pemula, saya menyarankan agar anda memulai trading dengan modal dikisaran Rp1-3 juta. Hal ini karena modal Rp1-3 juta adalah modal ideal untuk membeli dan diversifikasi saham. 

Dengan modal Rp1-3 juta, anda bisa tetap membeli saham-saham yang analisa teknikal & fundamentalnya bagus (mayoritas saham bagus harganya diatas Rp1.000), sehingga anda punya pilihan saham lebih banyak dan variatif untuk ditradingkan. 

Pelajari juga: Panduan Simpel & Efektif Memilih Saham Bagus (365 halaman). 

"Bagaimana kalau saya mulai trading dengan modal Rp100 ribu atau Rp500 ribu saja?" Tanya anda.

Well, saya pribadi tidak menyarankan anda beli saham dengan modal sekecil itu. Kita tahu bahwa sekarang gemar sekali kampanye beli saham dengan duit cuma Rp100 ribu. 

Bisa saja anda membeli saham dengan modal Rp100 ribu atau Rp500 ribu. Tetapi dengan modal sekecil itu, anda tidak akan memiliki banyak pilihan saham untuk dibeli. Dengan modal segitu, anda hanya bisa membeli saham2 yang harganya murah dan waran. 

Padahal, mayoritas saham-saham yang nominalnya kecil biasanya tidak likuid, sering digoreng bandar, dan tentu saja sangat berisiko bagi pemula. Banyak sekali trader pemula yang membeli saham2 lapis tiga dengan harga murah, dan portofolionya jadi berantakan. Baca juga: Trading Saham: Risiko Beli Waran. 

Solusinya, kalau anda memang belum memiliki modal Rp1-3 juta, ada baiknya anda menabung terlebih dahulu sampai modal anda mencukupi Rp1 juta minimal buat trading. 

Intinya, jika modal anda masih terlalu kecil jangan nekad membeli saham, karena dengan modal terlalu sedikit dapat berpotensi menjerumuskan anda untuk memilih saham2 gorengan. 

Kemudian anda bertanya lagi: "Bagaimana kalau modal awal trading saya diatas Rp5 juta atau diatas Rp10 juta? Biar bisa milih saham lebih banyak lagi."

Jika anda masih pemula yang baru memulai trading, saya tidak menyarankan anda trading dengan modal diatas itu. Hal ini karena mengelola modal besar membutuhkan kematangan psikologis, ketenangan, dan tidak gegabah dalam menggunakan modal. 

Trader pemula belum mengalami banyak hal di dunia trading, sehingga mengelola modal yang lebih besar hanya akan meningkatkan risiko bagi trader pemula. 

Memang semakin besar modal yang anda gunakan, semakin besar juga profit yang bisa anda raih. Namun sebaliknya, risikonya juga semakin tinggi. Kalau anda menggunakan modal yang besar, ketika saham anda turun, maka floating loss tentu juga semakin banyak. 

Trader pemula biasanya belum siap ketika melihat harga saham yang turun, apalagi kalau floating lossnya besar sehingga trader bisa berpotensi panik, langsung cut loss, tidak bisa mengambil keputusan dengan tenang. 

Jadi kesimpulannya, untuk trader pemula, saran saya gunakan modal Rp1-3 juta untuk trading, dan diversifikasikan dalam 2-3 saham. Terkait strategi diversifikasi ideal, dan cara-cara memilih saham, manajemen modal, sudah saya bahas secara lengkap praktik2nya disini: Buku Saham.

TRADING MENGGUNAKAN IDLE MONEY 

Saya selalu menyarankan pada anda, agar anda menggunakan uang menganggur (tidak dipakai untuk apa-apa) alias idle money. Jangan pernah menggunakan uang dari utang untuk trading karena hal tersebut akan sangat mempengaruhi psikologis anda. 

Semoga pos ini memberikan jawaban pada rekan-rekan yang ingin memulai trading saham. Intinya, gunakan modal awal yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Naikkan modal anda secara bertahap jika anda sudah mampu mencapai kenaikan level trading (bisa profit, bisa memilih saham dengan baik, bisa meminimalkan kerugian).


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Daftar Saham Bagus Harga Murah

Daftar Saham Bagus Harga Murah

Di pos ini: Modal untuk Trading Saham, Berapa Besar? Saya pernah menuliskan bahwa untuk trading saham, ada baiknya anda menunggu modal anda Rp1-2 juta. Agar anda bisa memiliki PILIHAN SAHAM yang lebih bagus dan layak untuk trading. 

Saya sering mendapat pertanyaan dari rekan2 trader yang memiliki modal kecil untuk tradin, tentang saham2 bagus apa saja yang harganya murah. Sebenarnya saham murah itu sangat relatif.

Kalau modal anda katakanlah Rp200 juta, maka saham yang harganya diatas Rp5.000 pun mungkin akan terasa murah untuk anda. Maka dari itu, saya akan memberikan beberapa tips pada anda untuk mencari saham2 murah yang bagus yang bisa anda beli dengan modal Rp1 juta. 

Berhubung jumlah saham di BEI itu jumlahnya sangat banyak, maka agar anda bisa mencari daftar saham bagus yang harganya murah (bisa anda beli dengan modal Rp1 juta), anda bisa mengacu pada indeks LQ45. 

Kenapa LQ45? Karena saham2 LQ45 adalah saham2 yang paling likuid yang ditradingkan di pasar saham kita. 

Dari saham2 LQ45, anda bisa pilih saham2 yang harganya berada di bawah Rp4.000. Saham2 yang harganya dibawah Rp4.000 adalah kriteria saham yang dapat saya katakan murah, karena anda bisa membeli saham tersebut dengan modal minimal Rp1 juta.

Saham bagus yang harganya murah bukan berarti adalah saham2 yang harganya Rp60, Rp70 atau Rp100 di Bursa Efek yang rata2 pergerakannya tidak likuid, dan hal ini berpotensi membuat porto saham anda menjadi kacau, jadi tidak saya sarankan untuk anda.  

Sebagai ilustrasi, anda bisa perhatikan rincian trading saham dengan saham2 yang harganya dibawah Rp4.000 dengan modal Rp1 juta: 

Beli saham bagus harga murah
Pada tabel diatas, bisa anda lihat bahwa kalau anda beli saham yang harganya 3.800, anda sudah bisa beli 1-2 lot (sudh ditambah fee beli, saya asumsikan fee beli adalah 0,17%). Dan seterusnya semakin murah saham, otomatis anda bisa membeli dengan jumlah yang lebih banyak. 

Hanya memang kalau anda beli saham yang harganya 3.000-an, anda mungkin agak sulit melakukan diversifikasi saham bagi anda yang modalnya Masih Rp1 jutaan. Maka, kalau anda merasa harga 3.000-an masih terlalu mahal karena modal anda kecil, anda bisa cari saham2 yang harganya dibawah itu. 

Misalnya, anda cari saham2 yang harganya dibawah Rp3.000 atau dibawah Rp2.000 untuk diversifikasi. Dengan modal Rp1 juta, anda memang hanya bisa beli beberapa lot saja. Pada ilustrasi tabel diatas, anda bisa lihat bahwa anda hanya bisa beli beberapa lot saham saja. 

Dan semakin anda melakukan diverifikasi saham, jumlah lot yang bisa anda beli semakin sedikit. Tapi itu tidak masalah, karena anda yang masih pemula, anda saya sarankan untuk banyak belajar. 

Itu artinya, jauh lebih baik anda beli saham sesedikit mungkin, agar anda belajar step by step untuk mengelola risiko trading, dan mempelajari analisa teknikal. Nanti kalau anda sudah lebih siap, barulah anda bisa menambah modal trading.  

Untuk mencari saham apa yang bagus, anda juga perlu melakukan screening saham, agar anda bisa mengetahui momentum2 trading yang lebih tepat. Jangan asal membeli saham dengan harga murah, tapi momentumnya tidak tepat. 

Selain itu, saham2 murah yang bagus tidak hanya saham2 LQ45. Maka, anda perlu memilah saham dengan benar, agar anda bisa menemukan daftar saham2 yang harganya murah (dibawah 2.000) untuk trading. Baca juga: Panduan Menemukan Saham Bagus. 

Tips kedua dari saya, anda hendaknya jangan terpengaruh dengan saham2 yang baru IPO di Bursa. Memang mayoritas saham2 yang baru IPO memiliki harga yang murah dibawah 1.000. Tetapi pergerakan saham2 yang baru IPO ini cukup 'liar', sehingga kalau anda memang benar2 mau mentradingkannya, tunggulah pergerakan sahamnya mulai 'dingin'. 

Itulah tips-tips mencari saham yang harganya murah untuk anda yang punya modal kecil. Di pos ini, memang saya sengaja tidak memberikan daftar secara spesifik saham2 apa yang harganya dibawah Rp1.000 misalnya, karena harga saham terus berubah. 

Sehingga, yang perlu anda lakukan adalah anda harus bisa mencari sendiri saham2 tersebut, dan menyesuaikan dengan kebutuhan trading anda.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Kalkulator Saham Gratis untuk Hitung Harga Average

Kalkulator Saham Gratis untuk Hitung Harga Average

Averaging up dan averaging down adalah salah satu strategi trading yang seringkali dilakukan trader untuk menambah porsi saham. Averaging up dan down konsepnya mirip, hanya saja cara dan tujuannya berbeda. 

Tujuan trader melakukan averaging up adalah untuk menambah jumlah saham ketika harga naik, karena ketika harga naik, maka saham tersebut cenderung lebih aman bagi trader, sehingga trader berpendapat bahwa ketika saham naik, ada baiknya trader membeli saham lagi. 

Kebalikannya, averaging down bertujuan untuk membuat harga beli rata2 saham anda menjadi turun / lebih kecil. Hal ini dilakukan jika saham yang anda beli turun dari harga beli anda. Maka, anda beli lagi sahamnya di harga bawah dengan tujuan agar anda lebih mudah menjual sahamnya (tidak terlalu jauh dari harga beli anda).  

Saya pernah mengulas sedikit tentang strategi averaging saham disini: Averaging Up dan Averaging Down Saham. Anda bisa baca-baca kembali artikel saya. 

Banyak trader yang bertanya: "Pak Heze, gimana sih cara hitung harga averaging up maupun averaging down?" 

Misalnya anda membeli saham ADHI di harga 1.600 sebanyak 50 lot. Lalu anda membeli lagi ketika harga saham ADHI turun KE 1.435 sebanyak 41 lot. Berapa harga rata-rata (average price) ADHI yang anda miliki?  

Penting bagi anda untuk mengetahui berapa harga rata-rata saham yang anda beli, supaya anda juga bisa mengetahui pada harga jual berapa saham anda mendapatkan break event point (BEP) dan profit. 

Maka dari itu, di web Saham Gain ini (sekaligus menjawab pertanyaan rekan-rekan), saya akan memberikan kalkulator trading saham GRATIS untuk anda. Sesuai judul pos ini, kalkulator saham yang akan saya berikan khusus untuk menghitung harga averaging (bisa buat averaging up dan averaging down). 

Anda bisa download link-nya disini: KALKULATOR SAHAM UNTUK AVERAGING UP DAN AVERAGIN DOWN. Cara downloadnya gampang. Anda tinggal klik link-nya dan kemudian klik 'unduh'. Lalu anda download filenya. File kalkulator saham dalam format excel, dan tentunya formatnya sudah saya sesuaikan untuk kebutuhan trader, sehingga anda tidak akan bingung melihat tabel averaging tersebut. 

So, anda yang ingin hitung harga average saham yang anda beli, anda bisa coba memanfaatkan free kalkulator average price pada link diatas. Anda bisa hitung harga averaging dua kali, atau bahkan lebih dari dua kali. Semua excel freenya, saya sediakan fasilitas untuk menghitung harga averaging. 

Bagi anda yang ingin belajar saham lebih intens, anda bisa mendapatkan materi belajar saham pemula - expert, beserta praktik langsung trading saham disini: Ebook Belajar Saham 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.