Cara Jual Beli Saham: Automatic Take Profit & Cut Loss

Cara Jual Beli Saham: Automatic Take Profit & Cut Loss

Trading saham saat ini bisa dilakukan melalui fasilitas online trading. Anda hanya perlu membuka rekening di sekuritas, kemudian setelah anda mendapat username dan passwrod, dan anda setor modal, anda bisa download software trading yang disediakan sekuritas.  

Kalau anda belum tahu langkah2 pembukaan rekening di sekuritas, anda bisa download free ebook yang saya terbitkan disini: Ebook Gratis Panduan Membeli Saham Bagi Pemula.

Dalam trading, kalau anda pasang order beli / jual saham di hari yang sama, kalau order anda belum match, maka order anda di hari itu otomatis akan 'hangus', dan anda harus pasang lagi order keesokan harinya.

Misalnya saham ANTM saat itu di harga 1.015. Anda kemudian pasang harga beli saham ANTM di 990. Tapi ANTM hari itu tidak turun mencapai harga 990. Maka, otomatis order buy anda akan hangus, dan kalau besok anda mau beli ANTM lagi, maka anda harus pasang order yang baru.   

Di dalam praktiknya, banyak trader yang tidak memiliki cukup waktu untuk memantau maupun memasang order beli jual saham.  

Maka dari itu, solusinya anda bisa pasang order buy maupun sell melalui fasilitas CONDITIONAL ORDER di software trading anda.

Conditional order digunakan untuk memasang order beli dan jual saham, pada harga dan jangka waktu yang anda tetapkan. 

Jadi anda tidak harus memasukkan order beli / jual setiap hari, karena anda sudah memasang target harga berdasarkan jangka waktu tertentu. 

Contohnya seperti saham ANTM tadi. Kalau anda mau menunggu saham ANTM turun di harga 990, biar anda dapat harga beli yang murah, maka anda bisa setting buy ANTM di 990, dan jangka waktu expired-nya anda tetapkan, katakanlah satu bulan dari sekarang. 

Jadi kalau sewaktu2 ANTM turun beneran ke 990 dalam waktu kurang dari 1 bulan, order anda akan langsung match dengan sendirinya. Artinya, kalau ANTM hari ini belum match, order anda nggak akan hangus, karena anda sudah pasang jangka waktu order anda sampai dengan satu bulan. 

Sekarang kita akan masuk ke praktik bagaimana cara menerapkan memasang order saham dengan fasilitas conditional order. Disini saya pakai software Danareksa Online (D'One). 

Untuk sofware2 trading lain, pastinya ada perbedaan tampilan, tapi fungsi dan cara kerjanya sama. Oke, berikut langkah2-nya: 

1. Pada software online trading anda, bisa klik buy atau sell. Disini saya akan kasih contoh kasus jika anda mau beli saham. Setelah klik buy, maka tampilannya sebagai berikut:


Pertama-tama, anda ketikkan dulu harga dan jumlah lot saham yang mau anda beli. Misalnya anda mau beli saham ELSA di harga 380 sebanyak 100 lot. Setelah itu, anda klik bagian conditional order (nomor 2). 

2. Setelah itu, akan muncul tampilan conditional order dibawah ini: 


Anda bisa menempatkan kondisi order beli anda pada bid price atau offer price. Terserah anda. Demikian juga kalau anda mau jual saham, anda bisa tempatkan order anda pada bid price atau offer price.   

3. Setelah itu, perhatikan lagi condition order dibawah ini


Greater than or equal berarti order beli / jual anda akan match jika lebih tinggi atau sama dengan harga yang anda tetapkan. Less than or equal berarti harga beli / jual akan match jika harganya lebih rendah atau sama dengan yang anda tetapkan. Equal berarti order anda akan match hanya berdasarkan harga yang anda tentukan. 

Kalau saya pribadi, saya selalu memasang conditional order pakai yang "equal". Jadi kalau misalnya anda beli saham ELSA di harga 380 pada kondisi equal bid price artinya, anda akan membeli saham ELSA ketika ELSA berada di 380 pada bid pricenya. Kurang lebih seperti itu cara bacanya.  

4. Setelah itu, anda bisa setting expired datenya


Anda bisa menetapkan expired date untuk conditional order, misalnya satu bulan, tiga bulan atau beberapa minggu saja. Order anda akan match sebelum jangka waktu expired date yang anda tetapkan. 

Tapi kalau sudah diatas expired date, dan order anda belum tercapai, maka order akan hangus. So, untuk anda yang nggak punya banyak waktu trading, expired datenya bisa ditetapkan lebih panjang.

Catatan: Kalau anda mau jual saham, anda tinggal klik 'sell', kemudian langkah2nya juga sama seperti diatas.    

AUTOMATIC TAKE PROFIT DAN STOP LOSS 

Conditional order ini adalah istilah lain dari automatic take profit dan stop loss yang sering digunakan oleh trader saham. Jadi kalau anda sudah beli saham dan kemudian anda sudah tetapkan mau jual alias take profit di harga berapa, maka anda bisa pakai fasilitas conditional order ini. 

Nanti kalau harga jual yang sudah anda tetapkan tercapai, maka saham anda otomatis akan matched dan anda untung, tanpa harus pasang order tiap hari.  

Pada conditional order, anda juga bisa pasang dua harga sekaligus (dengan cara order harga jual dua kali pakai langkah2 diatas tadi), yaitu harga jual buat take profit dan buat cut loss.. 

So katakanlah anda sudah beli saham ELSA di 380. Anda mau jual ELSA di harga 400 (take profit). Di satu sisi, anda menetapkan target cut loss di harga 370. Nah, pada conditional order ini anda bisa memasang dua kali order jual di harga 400 (automatic take profit) dan 370 (automatic stop loss).

Contoh automatic take profit dan stop loss - conditional order (pasang dua order jual)

Pos yang saya tulis ini juga menjawab pertanyaan rekan2 yang masih bingung gimana caranya pasang order beli / jual. Gimana caranya pasagn automatic take profit dan stop loss, kalau nggak punya banyak waktu trading.

Di software online trading yang anda pakai, sebenarnya semua sekuritas menyediakannya. Hanya mungkin istilahnya bisa berbeda. Anda hanya tinggal menerapkannya.    


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Dividend Trap Saham dan Cara Mengatasinya

Dividend Trap Saham dan Cara Mengatasinya

Salah satu return yang dicari seorang trader selain capital gain adalah return dari dividen. Di Saham Gain ini, saya sudah membahas banyak tentang dividen.

Musim dividen terjadi antara bulan Maret-Mei, karena bersamaan dengan rilisnya laporan audited perusahaan, biasanya sebagian besar emiten juga menyelenggarakan RUPS untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan pada pemegang saham untuk tahun buku sebelumnya. 

Biasanya ketika perusahaan mengumumkan besarnya dividen per share (DPS) yang akan dibagikan, harga saham akan cenderung meningkat menjelang cum datenya. Jika anda belum tahu tentang tata cara mendapatkan dividen, anda bisa baca disini: Arti dan Ilustrasi Pembagian Dividen.

Memang tidak semua emiten yang membagikan dividen, harga sahamnya naik menjelang cum date. Untuk emiten2 lapis dua dan lapis tiga yang membagikan DPS dengan nominal kecil, sebagian besar sahamnya hampir tidak terpengaruh meskipun ada pengumuman dividen dari perusahaan.  

Sedangkan saham-saham blue chip yang notabene membagikan dividen besar, harga sahamnya akan cenderung naik menjelang cum date. Contohnya BBCA, BBRI, PTBA, ITMG, BBNI, BMRI, ASII, dan lain-lain. 

Banyak trader yang berpikiran membeli saham2 tersebut saat menjelang cum date dengan harapan mendapat profit besar. Namun ada 2 hal yang perlu anda perhatikan ketika mau mengincar dividen. 

Pertama, biasanya setelah harga saham naik menjelang cum date, harga saham akan langsung turun. "Lho kok bisa begitu? Kalau jual saat tanggal cum date-kan nggak dapet dividen?" Pikir anda. Tapi itulah faktanya.

Sebagian besar trader yang sudah merasa profit besar akan segera menjual sahamnya saat cum date. Memang trader tidak akan mendapat dividen, tetapi capital gain yang didapatkan
dari kenaikan harga sudah jauh melebihi nilai dividen yang didapatkan. 

Kedua, kalaupun harga sahamnya masih naik saat cum date (karena memang sebagian besar trader ingin mendapat dividen), biasanya harga sahamnya saat ex date akan langsung turun sebesar nilai dividennya. Contoh: Ketika ITMG membagikan dividen jumbo sebesar Rp1.840 per saham, harga saham ITMG naik terus saat cum date. 

ITMG yang masih berada di harga 28.275 saat cum date 2 April naik secara peralahan sampai 28.650 menjelang penutupan Bursa. Namun keesokan harinya (ex date), ITMG langsung dibuka anjlok ke 28.300 dan dalam hitungan menit turun sampai 26.500. Dan sehari setelah ex date, ITMG turun lagi sampai 26.000, walaupun hari berikutnya mampu naik lagi. Perhatikan grafik ITMG dibawah:



Terkait hal tersebut, saya juga pernah membahasnya disini: Bahayanya Jika Membeli Saham Saat Cum Date Dividen.  Biasanya saham-saham ini menjelang cum atau ex datenya akan turun sebesar nilai dividennya. Artinya, semakin besar nilai DPS, semakin banyak turunnya. 

Inilah yang dinamakan dengan dividend trap atau dalam bahasa Indonesianya jebakan dividen. Jadi, kalau anda membeli saham ketika cum date, atau lebih parahnya beli saat ex date karena anda berpikir harga saham bisa naik lagi, maka kemungkinan besar anda akan terjebak dengan penurunan harga saham secara mendadak. 

Walaupun tidak selalu saham akan turun saat cum /ex date, namun faktanya sebagian besar saham blue chip dan beberapa lapis dua sering mengalami hal tersebut.
Nah, kini anda sudah tahu tentang dividend trap. Terus bagaimana cara mengatasinya? Caranya jangan membeli saham ketika cum atau ex date, kecuali kalau anda memang ingin mengincar dividen.  

Atau kalau anda sudah mengincar dividen suatu saham sejak lama, anda bisa menyimpan sahamnya jauh-jauh hari saat harganya masih diskon / lagi turun. Dengan cara ini, meskipun nanti saat ex date harganya turun, tetapi nilai aset (saham) anda masih tetap meningkat.

Selain itu, untuk menghindari dividend trap, anda bisa membeli sahamnya setelah tanggal ex date atau ketika sahamnya sudah mulai rebound pasca penurunan. 

Namun kalau anda adalah tipikal pengincar capital gain / anda yang tipikalnya trading untuk jangka pendek, akan sangat berisiko jika anda langsung membeli saham saat sahamnya sudah masuk cum atau ex date. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Berapa Lama Saham Anda Bisa Naik?

Berapa Lama Saham Anda Bisa Naik?

Fluktuatifnya pasar saham membuat saham-saham yang anda tradingkan kemungkinan besar akan bergerak naik dan turun. Bisa saja saham yang anda beli langsung naik. Bisa saja saham yang anda beli turun dulu baru naik. Bisa saja saham yang yang anda beli sideways dulu, sebelum menemukan arah tren yang baru. 

Pertanyaannya, kalau saham yang anda beli naik, berapa lama jangka waktu saham anda bisa naik? Apakah ketika anda beli saham, katakanlah, ACES hari ini, apakah ACES bisa naik sampai satu minggu? Dua minggu? Satu bulan? Atau bahkan naiknya cuma bertahan satu hari saja lalu turun lagi? 

Pertanyaan2 tentang 'berapa lama saham bisa naik setelah dibeli' sering sekali saya terima dari rekan2 trader. Oleh karena itu, anda perlu memahami praktiknya. 

Kalau anda tanya berapa lama saham yang anda beli bisa naik, jawabannya bisa ada dua: 

1. Strategi (analisa saham) yang anda pakai

Jika anda menggunakan analisa2 untuk swing trading, maka saham2 yang anda pegang akan naik lebih lama ketimbang anda menggunakan analisa khusus untuk trading harian. Saya pernah membahas strategi2 trading (baik swing trading, trading harian dan lain2) disini: Buku Pilihan Trader Saham Terbaik. 

Selain itu, harus anda pahami juga bahawa tipe suatu saham juga bisa mempengaruhi. Saham2 lapis tiga mungkin bisa naik hanya dalam sehari-dua hari. Tetapi saham2 yang lebih likuid, chartnya lebih bagus, kemungkinan besar harga sahamnya bisa naik lebih lama dan smooth daripada saham2 gorengan.  

2. Pengaruh kondisi market

Tetapi ada poin yang lebih penting daripada strategi trading maupun tipe saham itu sendiri. Apakah itu? Jawabannya adalah: KONDISI MARKET.

Cepat lamanya suatu saham bisa naik, sebenarnya bisa sangat tergantung dari kondisi market yang terjadi saat itu (kondisi market disini adalah IHSG secara global, dan juga pengaruh kondisi Bursa luar negeri).       

Pada saat kondisi IHSG lagi bearish, market lagi sepi, pelaku pasar lagi banyak wait and see, kondisi IHSG lagi penuh ketidak-pastian, maka umumnya saham2 lebih banyak yang naik sesaat karena faktor technical rebound. 

Karena kondisi market lagi jelek, saham2 tersebut hanya naik beberapa saat (entah sehari-tiga hari), lalu tidak lama kemudian turun lagi. 

Sebaliknya, ketika kondisi market lagi strong bullish, banyak sentimen2 positif, pelaku pasar sedang optimis2nya dengan IHSG, maka saham2 bisa naik lebih lama. Terutama saham2 lapis satu dan dua yang sudah terdiskon banyak, bisa naik diatas satu minggu. Banyak contohnya, seperti saat IHSG pasca momen Pilpres 2014, Tax Amnesty, January Effect dan lain2. 

Terutama saham2 kelas 'ekslusif' seperti saham2 blue chip yang harganya lagi turun-turunnya, ketika market lagi bagus, saham2 tersebut bisa naik dengan jangka waktu yang lebih lama. 

Jadi anda mungkin bisa menggunakan strategi trading yang sama, analisa yang sama, tapi kalau kondisi marketnya berbeda, maka jangka waktu kenaikan saham anda tetap bisa bervariasi.

Di pos ini: Trading di Saham Breakout, saya juga sudah menuliskan beberapa skenario market yang terjadi, yang bisa mempengaruhi lama tidaknya saham2 bisa naik setelah breakout. Tapi untuk pos ini, kita nggak cuma berbicara tentang saham breakout, tapi saham naik secara keseluruhan (baik breakout, technical rebound, penerusan tren dan lain2). 

MENJADI TRADER YANG FLEKSIBEL 

Banyak trader yang selalu ingin membeli saham, dan mematok target bahwa sahamnya harus naik dalam seminggu, dua minggu barulah realisasi take profit. 

Nggak ada salahnya anda punya target2 seperti itu. Namun, lebih baik jika anda harus fleksibel juga ketika menetapkan target2 trading anda. Dalam arti, anda perlu juga untuk menganalisa kondisi IHSG saat trading. 

Kalau anda biasanya bisa beli saham dan selalu berhasil hold saham seminggu-dua minggu, lalu anda jual untung puluhan persen, target anda kemungkinan besar akan MELESET ketika kondisi market lagi strong bearish, atau ketika market lagi sepi (wait and see). 

Nah, kalau kondisi market masih bearish, pilihan yang lebih tepat adalah strategi 'hit and run', strategi akumulasi atau untuk anda yang memang masih benar2 tidak yakin, maka anda bisa wait and see, nggak usah terburu memaksakan bei saham dalam jumlah besar.  

Terkait menganalisa kondisi IHSG ini, seiring dengan berjalannya waktu, anda pasti nanti akan bisa merasakan kondisi IHSG strong bullish itu seperti bagaimana, kondisi IHSG lagi sepi, maupun IHSG yang lagi lesu.

Pelajaran berharga di pos ini: Kalau anda trading, jangan lupamkan kondisi IHSG, karena kondisi IHSG cukup berpengaruh terhadap saham (kecuali kalau anda trading di saham2 lapis tiga).  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Berapa Harga Saham Per Lot?

Berapa Harga Saham Per Lot?

Ketika anda beli saham, anda harus membeli saham dalam satuan lot (minimal beli saham adalah 1 lot, dan 1 lot = 100 lembar saham). Banyak rekan-rekan trader pemula yang bertanya: Berapa harga saham per lot? Baca juga: Jumlah Minimal Lot untuk Beli Saham. 

Berapa uang yang harus kita keluarkan untuk membeli saham satu lot saham? Untuk menjawab pertanyaan2 mengenai mekanisme perdagangan saham ini, maka saya akan membahasnya di pos ini.. 

Harga saham per lot sangat bervariasi. Ada yang harganya Rp500 per saham. Ada yang harganya Rp3.000 per saham. Ada yang harganya Rp10.000 per saham. Tetapi harga saham paling rendah di pasar saham adalah Rp50 per saham. 

Jadi di pasar saham reguler, anda tidak akan pernah menemukan harga saham per lot dibawah Rp50. Namun kita bicara dalam konteks pasar saham reguler. Untuk pasar saham tunai, saham per lot harganya bisa lebih rendah dari Rp50 per lembar. Anda bisa baca disini tentang pasar non-reguler: Pasar Reguler, Pasar Negosiasi dan Tunai di Bursa Saham.

Nah jumlah saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) ada 600 lebih, dan bahkan jumlahnya akan terus bertambah. Maka dari itu, sudah pasti setiap saham memiliki harga yang berbeda-beda, yang bergerak naik dan turun setiap saat.

Sebagai contoh, 1 lot saham Indofood mungkin harganya Rp7.000 per lembar. Sedangkan saham Unilever 1 lot-nya adalah Rp47.000. Saham HM Sampoerna 1 lot adalah Rp3.800 dan seterusnya. 

Kenapa harga saham bisa berbeda-beda? Ada beberapa faktor. Pertama, harga IPO setiap saham berbeda-beda tergantung kebijakan perusahaan. Harga IPO saham A bisa saja Rp500. Sedangkan harga IPO saham B Rp4.500. 

Inilah yang menyebabkan harga saham bervariasi ketika dilepas ke pasar saham. Faktor kedua yang menyebabkan harga saham berbeda adalah karena: Mekanisme perdagangan murni. 

Maksudnya adalah, harga saham bergerak naik turun, karena diperdagangkan oleh trader. Saham yang kinerjanya bagus dan likuid, pasti akan banyak dibeli sehingga harganya naik. 

Sebaliknya, saham yang kinerjanya jelek, maka harga sahamnya akan banyak dijual, sehingga harganya cenderung turun. Baca juga: Dari Mana Asal Terbentuknya Harga Saham? 

Karena adanya mekanisme perdagangan inilah yang menyebabkan harga saham per lot bisa berbeda-beda untuk setiap saham. 

Pos ini menuju suatu kesimpulan bahwa harga saham per lot berbeda-beda. Tetapi di pasar reguler, harga saham per lot paling rendah adalah Rp50 per saham (tidak ada harga maksimal). 

Yang menyebabkan harga saham per lot berbeda-beda tiap saham adalah harga IPO awal saham, dan dikarenakan murni transaksi perdagangan saham yang dilakukan oleh pelaku pasar (trader saham). 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Software untuk Analisa Tape Reading Saham

Software untuk Analisa Tape Reading Saham

Beberapa waktu lalu saya pernah dapat pertanyaan dari trader yang sedang mencoba menerapkan intraday trading. Trader tersebut bertanya tentang analisa tape reading, berikut pertanyaanya (melalui Facebook Belajar Saham):



"Kalau trading dengan teknik Tape Reading (TR) apakah bisa pakai android atau harus pakai PC pak?"

Tentu saja bisa dua-duanya. Karena kalau anda sudah buka akun di sekuritas, tiap software online trading pasti menyediakan software yang khusus digunakan di PC / laptop dan smartphone. Anda tinggal instal saja softwarenya di situs resmi sekuritas.  

Catatan: Kalau anda mau melakukan analisa TR, anda cukup menggunakan software trading dari sekuritas. Anda tidak perlu membeli software2 khusus untuk memantau bid-offer suatu saham. Kalau anda belum tahu cara buka akun di sekuritas, anda bisa download materi gratis yang saya terbitkan disini: Ebook Gratis Panduan Membeli Saham Bagi Pemula.  

Seperti yang saya tuliskan tadi, analisa TR bisa saja dilakukan melalui smartphone dan PC. Sama seperti ketika anda memantau saham, cek grafik semua bisa dialkukan di smartphone. Demikianpun dengan analisa TR. 

Tapi... 

Khusus buat analisa TR saya menyarankan agar anda melakukan analisa melalui PC atau minimal laptop. Jangan melalui smartphone.. 

"Kenapa Pak Heze?" Tanya anda penasaran 

Analisa TR itu membutuhkan fokus, karena anda harus melihat pergerakan, serta menganalisa kekuatan bid dan offer di suatu saham. Bid-offer saham juga berubah dari waktu ke waktu (selama jam trading). Jadi anda butuh untuk melihat dan mengamati perubahan2 yang ada di bid offer saham. 

Apalagi kalau anda mau menganalisa, mengamati, membandingkan bid-offer lebih dari satu saham, maka anda akan jauh lebih mudah mengamatinya melalui PC.  

Pengambilan keputusan beli saham dari analisa TR, juga harus didukung dengan grafik (chart)-nya. Jadi, selain melihat bid-offer, anda harus lihat juga chart grafiknya (candlesticknya saat itu, support-resisten, tren dan lain2).  

Artinya, anda membutuhkan tampilan layar yang lebih mendukung untuk analisa anda. Tampilan layar ini sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan trading. 

Layar yang sempit akan menyulitkan anda untuk memantau bid-offer saham, sekaligus mengamati chart-nya. Namun hal ini akan jauh lebih mudah dilakukan di PC / laptop. Saya juga mengalaminya sendiri. 

Jadi, anda yang ingin melakukan analisa TR, saya sarankan agar anda melakukan analisa ini melalui PC atau minimal laptop. Tampilan smartphone terlalu kecil (sempit) untuk analisa bid-offer. Kecuali kalau anda hanya memantau harga saham (persentase naik-turunnya), atau sekedar lihat chart, maka nggak masalah anda pakai smartphone. 

Analisa TR ini biasanya dilakukan untuk analisa trading jangka pendek, lebih tepatnya time frame intraday trading. Untuk analisa TR, dan cara mencari saham-saham yang bagus untuk trading harian, saya membahas praktik2 lengkapnya disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham (357 halaman).

Anda yang mau trading harian dengan memilih saham2 yang likuid, pergerakannya bagus plus anda yang ingin mendalami praktik2 langsung analisa TR, anda bisa mendapatkan praktik2nya di Ebook Intraday & One Day Trading tersebut.   

Kalau anda ingin lebih paham mengenai gambaran tape reading di saham, anda bisa baca-baca tulisan saya disini: Teknik dan Analisa Tape Reading Saham, dan Analisa dan Fakta Tape Reading Saham.         


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Perbedaan Psikologis Trading Saham dan Forex

Perbedaan Psikologis Trading Saham dan Forex

Saya sering mendapat pertanyaan tentang saham dan forex. Terutama banyak juga rekan2 trader yang meminta saran apakah sebaiknya trading di saham atau forex? Mana yang psikologisnya lebih tenang, di saham atau forex? 

Dan masih banyak pertanyaan lainnya. Di pos2 sebelumnya, anda bisa baca disini: Perbandingan Risiko Saham dan Forex, saya sudah membahas tentang perbedaan saham dan forex. Maka di pos ini sekarang, saya akan lebih banyak membahas tentang perbandingan psikologis saham dengan forex, karena ini juga cukup penting. 

PSIKOLOGIS SAHAM  VS FOREX

Pergerakan harga saham lebih variatif dibandingkan forex. Ada saham2 yang naik-turunnya lebih stabil. Ada saham2 yang bahkan nyaris nggak gerak (di support itu-itu aja). Ada saham2 yang naik-turunnya bisa sampai diatas 10% dan terjadi dalam hitungan menit (yang saya maksud saham gorengan). 

Sedangkan hampir semua mata uang di forex, pergerakannya sangat likuid, sangat cepat dan volatilitas tinggi. Walaupun ada pasangan mata uang tertentu yang pergerakannya lebih cepat, tetapi secara umum volatilitas di pasar forex sangat tinggi. 

Maka untuk anda yang TIDAK MENYUKAI RISIKO TINGGI, saham bisa memberikan psikologis yang lebih tentang ketimbang forex, DENGAN CATATAN, anda juga harus memilih saham2 yang layak untuk trading. 

Jangan pilih saham2 yang volatil itu tadi (saham gorengan), atau saham2 yang trennya tidak jelas secara teknikal.  

Cara-cara memilih saham yang bagus secara analisa teknikal, anda bisa dapatkan praktik dan strategi2nya disini: Buku Saham.

Nggak masalah anda mau trading harian / intraday, atau time frame trading anda lebih panjang, selama anda memilih saham2 yang likuid, dan pergerakannya bagus, maka psikologis anda bisa lebih baik.  
Baca juga: Strategi Memilih Saham Harian. 

Itu artinya, untuk anda trader yang mau mencari pergerakan harga yang fluktuatifnya lebih bagus, maka saya menyarankan anda untuk memilih saham. 

Bagaimana dengan forex? Seperti yang saya tuliskan, forex punya volatilitas harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan saham. Pasar forex yang jauh lebih likuid dibandingkan saham, bisa membuat mata uang naik-turun jauh lebih cepat dibandingkan harga saham. 

Jadi di forex, anda benar2 harus punya kesiapan psikologis yang matang.  Jangan sampai anda mau untung cepat di forex, anda menjadi serakah. 

Dari pengalaman saya pribadi, psikologis ketika trading forex harus lebih kuat dibandingkan saham, harus disiplin cut loss jauh lebih ketat. Demikian juga dengan memasang target take profit. Meskipun di saham, anda juga harus punya psikologis yang baik. 

Tetapi karena pasar forex itu sangatlah fluktuatif, maka level disiplin anda pun harus sangat tinggi. Di pasar forex tidak ada namanya auto reject seperti saham. Harga forex bisa turun sebebas-bebasnya. 

Di pasar forex, tidak ada namanya dividen. Jadi kalau anda nyangkut di forex, anda tidak akan dapat apa2. Tapi kalau saham yang anda beli turun, dan sahamnya bagus, anda masih punya kesempatan dapat dividen, plus harga saham lebih mudah balik dalam jangka tertentu (asalkan anda membeli dengan momentum yang tepat). 

Saya pribadi pernah menjadi pemain forex tapi tidak lama. Alasannya? Karena saya tidak bisa fokus di dua 'tempat'. Saya lebih fokus untuk memilih saham, supaya saya bisa profit lebih konsisten. 

Apalagi menurut saya pribadi, saham lebih baik dibandingkan forex (terutama buat investasi), karena di saham kita nggak cuman bicara mata uang, tapi kita bisa beli perusahaan yang bagus-bagus, dapat dividen dan sebagainya. 

Karena saya saat ini adalah murni pebisnis saham (trading dan juga investasi), saya sering dapat saran untuk main forex saja, karena lebih cepat geraknya, sehingga bisa untung lebih singkat.. 

Namun saya menyarankan pada anda, jika anda nantinya dianjurkan untuk trading forex saja karena "forex untungnya cepat", "forex bisa cepat kaya", jangan mudah terpengaruh dengan ajakan2 seperti itu. 

Dari pengalaman saya pribadi, saya akui bahwa mengatur psikologis forex bisa lebih menantang dibandingkan saham, terutama dalam hal disiplin memasang target take profit dan cut loss. 

Anda mau mencoba saham atau forex dulu, itu tergantung tujuan anda. Anda maunya trading mata uang or anda memang pingin beli saham perusahaan yang bagus-bagus? 

Anda juga harus melihat profil risiko anda. Anda yang tidak suka risiko terlalu tinggi, cobalah trading saham dulu. Kalau anda benar2 penasaran dengan forex, dan anda sudah siap, maka cobalah forex. 

Kalau tujuan anda mau investasi jangka panjang pilihlah sahan. Kalau profil risiko anda siap dengan fluktuatif, dan anda siap dengan scalping, pilihlah forex. 

Dibalik semua itu, baik saham maupun forex, semua membutuhkan kesiapan yang matang baik dari segi  psikologis, analisa, manajemen modal yang baik, mindset yang tepat kalau anda mau untung. Tentunya, bukan berharap dapat untung sekejap mata. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading di Saham Breakout

Trading di Saham Breakout

Beberapa waktu lalu di web Saham Gain ini (di kolom komentar salah satu postingan saya), ada pembaca bertanya mengenai saham breakout. Pertanyaannya seperti dibawah ini: 

Saat rebound, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk breakout?

Kalau anda belum tahu apa itu saham breakout, anda bisa baca-baca pos saya disini: Strategi Trading Saham: Buy on Breakout. Saya juga pernah membahas praktik2 langsung menemukan saham breakout. Anda bisa mendapatkan praktik2nya disini: Panduan Simpel & Efektif Menemukan Saham Bagus. 

Harus anda ketahui, di pasar saham itu tidak ada sesuatu yang pasti. Jadi kalau anda bertanya: Setelah saham breakout dari resisten tertentu / setelah saham memberikan konfirmasi breakout, berapa lama saham tersebut bisa naik? 

Maka jawabannya: Tergantung dari kondisi saham, terutama kondisi market itu sendiri. Apakah setelah breakout saham bakalan naik sampai seminggu? Sebulan? Atau cuma sehari-dua hari? Semua mungkin terjadi. 

Di pos ini, saya mau berbagi sedikit banyak pengalaman saham breakout tersebut, terutama menyangkut berapa lamanya saham bisa naik setelah breakout. 

Cepat lamanya suatu saham breakout, bisa tergantung dari kondisi market (IHSG). Ada tiga skenario yang sering terjadi di pasar saham kita: 

1. Market lagi jelek / koreksi tajam 

Ketika market lagi turun-turunnya (bukan cuma koreksi biasa, tapi market benar2 lagi anjlok), atau ketika market lagi sepi transaksi tapi IHSG berada dalam kondisi yang sulit naik, maka biasanya saham2 yang sudah memberikan sinyal breakout, naiknya tidak bertahan terlalu lama. 

Umumnya 1-3 harian, dan setelah itu, saham akan turun / cooling down. Hal ini karena ketika market lagi jelek, trader juga berpikir untuk menaikkan saham sampai ke resisten maksimal, sehingga kebanyakan trader hanya memanfaatkan momentum-momentum pendek untuk take profit. 

Kalau anda nggak percaya, anda bisa perhatikan sendiri nanti ketika ada momen2 di mana market lagi lesu-lesunya. Maka saham2 yang sudah breakout ini, naiknya nggak terlalu bertahan lama. 

2. Market lagi tidak banyak gejolak

Ketika market tidak lagi banyak gejolak, tidak banyak sentimen negatif atau positif, saham-saham yang sudah breakout, umumnya bisa naik lebih lama lama, yaitu sekitar 1 mingguan. Sehingga saham2 breakout ini cocok digunakan untuk swing trading. Baca juga: Tips dan Strategi Swing Trading Saham. 

3. Market lagi bullish / euforia

Ketika market lagi bullish atau lagi bagus-bagusnya, maka saham2 yang breakout ini umumnya bisa naik diatas 1 minggu sampai 1 bulan. Sehingga, kalau market lagi bullish dan ada saham pola breakoutnya bagus (setelah koreksi tajam), saham2 tersebut sangat bagus buat disimpan (hold). 

Jadi nggak heran kalau trading di saham breakout sering dikaitkan dengan strategi swing trading, karena saham2 yang breakout umumnya bisa naik lebih lama kalau kondisi marketnya lagi bagus atau nggak banyak gejolak.  

Harus diakui, kondisi market cukup mempengaruhi kondisi suatu saham. Walaupun banyak trader yang mengatakan: 

"Kalau mau trading itu, analisa sahamnya bukan IHSG-nya". But, praktiknya nggak semudah teori. Dalam menganalisa saham, anda juga perlu menganalisa dan melihat kondisi IHSG-nya (except anda tradingnya di saham2 gorengan), terutama anda yang mau melakukan swing trading dengan cari saham breakout, maka selain anda harus memilih saham yang bagus secara teknikal, kondisi market juga harus anda lihat.    

Tapi intinya, soalnya di saham tujuan kita semua adalah cari profit, cari duit, maka sebenarnya nggak ada masalah saham mau breakout-nya cuma 2 hari atau sebulan. 

Selama, anda bisa menyesuaikan dengan strategi trading, peka terhadap market, mampu mencari saham2 yang punya pola bagus, anda tetap punya kesempatan untuk profit dari saham2 breakout tersebut, walaupun mungkin jangka waktunya take profit-nya bervariasi.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.