Saham ANDI: Saham ANDI Turun Terus?

Saham ANDI: Saham ANDI Turun Terus?

Beberapa waktu lalu saya mendapatkan pertanyaan dari beberapa trader mengenai saham ANDI. Dan di grup FB Saham Gain sempat ada rekan2 yang bertanya juga tentang saham ANDI. Yang jadi persoalan, saham ANDI ini harganya balik ke gocap. Padahal 2-3 bulan sebelumnya, ANDI sempat melakukan stock split. 

Sekarang mari kita ulas bersama fundamental, market cap dan teknikal saham ANDI ini. PT Andri Agro Tbk (ANDI) masuk dalam sub sektor perkebunan, di mana market leader di sektor perkebunan adalah saham AALI dan LSIP. ANDI merupakan perusahaan yang cukup baru di Bursa Efek. 

Namun hanya berselang 1,5 tahun pasca listing di Bursa, saham ANDI terus turun ke harga Rp50 (gocap). Anda bisa perhatikan chart ANDI berikut ini: 

Saham ANDI
Pasca stock split (tanda lingkaran), beberapa bulan setelahnya saham ANDI turun ke level terendah. Banyak trader yang bertanya: Kenapa saham ANDI turun terus?

Di Bursa Efek Indonesia, memang mayoritas saham yang baru listing sahamnya sering 'digoreng' bandar, sehingga tidak heran kita melihat saham2 baru IPO yang pergerakan harganya sangat tidak beraturan. 

Kalau anda sering baca-baca tulisan saya, saya sudah sering mengulas pola2 saham IPO yang tentunya sangat berisiko bagi trader. Anda bisa baca beberapa ulasannya disini: Studi Kasus Saham Gorengan: Balik Harga IPO dan Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT.

Setelah mencermati pergerakan saham ANDI yang turun ke harga gocap (padahal belum lama IPO), ada beberapa penyebab / kemungkinan saham ANDI harganya turun terus ke gocap: 

1. Kapitalisasi pasar / market cap 

Kapitalisasi pasar ANDI sangat kecil hanya Rp467 miliar. Bandingkan dengan kapitalisasi pasar AALI yang mencapai Rp26 triliun atau kapitalisasi pasar LSIP yang mencapai Rp9,7 triliun. Kita bisa lihat perbandingan market cap yang sangat kecil dibandingkan beberapa perusahaan di sektor sejenis. 

Saham yang punya kapitalisasi pasar yang sangat kecil, dapat menunjukkan likuiditas suatu saham. Kapitalisasi pasar yang sangat kecil, pada umumnya sahamnya juga sangat tidak likuid. 

Hal ini bisa tampak dari nilai bid offer saham ANDI yang sangat kecil (antrian bid-offernya kalau anda perhatikan hanya puluhan sampai ratusan), sehingga dengan peminat saham yang sedikit, membuat harga saham menjadi mudah digoreng dan dipermainkan oleh bandar. 

Itulah kenapa saham2 yang market cap nya sangat kecil tapi tidak didukung dengan emiten yang menarik (secara fundamental dan produk), pergerakan harga sahamnya juga tidak beraturan. 

2. Fundamental yang masih jauh dibandingkan market leader / emiten yang kurang menarik 

ANDI merupakan emiten secara brand / nama besar mungkin kurang familiar bagi sebagian besar publik. Secara fundamental (kinerja / laporan keuangan), tidak ada yang spesial pada kinerja ANDI. Pelajari juga: Cara Membaca Laporan Keuangan Saham. 

Dengan fundamental yang 'biasa saja' dan tidak didukung dengan market cap yang menarik, maka saham ANDI kurang menarik untuk ditradingkan. 

Di pasar saham Indonesia, banyak saham IPO yang harganya sering naik drastis tapi tidak didukung fundamental dan alasan yang jelas (mengapa saham tersebut naik). Kita sering menemukan saham2 IPO yang naik terus, tetapi kenaikannya tidak wajar. 

Dan pada saat harga saham sudah naik berbulan-bulan, bandar 'cabut' dari sahamnya, sehingga harga sahamnya tidak bisa naik seperti dulu lagi.. 

Hal ini juga terjadi pada saham ANDI yang harganya terus naik tanpa alasan yang jelas dan likuiditasnya jelek. Sehingga, setelah ANDI melakukan stock split, dan bandar sudah merasa profit, harga sahamnya langsung 'dibanting'.

Oleh karena itu, kalau anda menemukan saham2 IPO yang harganya terus naik tanpa alasan yang jelas, jangan mudah tergiur untuk membeli sahamnya. Tidak sedikit trader yang terjebak di saham2 IPO (seperti ANDI contohnya) karena tertarik dengan kenaikan harga sahamnya yang begitu cepat. Padahal saham2 tersebut punya risiko yang tinggi juga.

Saya yakin ada alasan2 lain kenapa saham ANDI turun terus sampai gocap, karena di pasar saham ada banyak penyebab mengapa harga saham turun. Tapi beberapa alasan inilah yang secara nyata bisa kita lihat dan analisa. 

Kalau sewaktu-waktu anda menemukan saham IPO yang naik terus, ada baiknya anda tidak terburu membeli sahamnya (kecuali untuk anda scalper trader). Analisa dulu kinerja, likuiditasnya dan brand perusahaan tersebut. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Perubahan Bobot Indeks Saham: Free Float Adjusted Index

Perubahan Bobot Indeks Saham: Free Float Adjusted Index

Beberapa waktu lalu sempat ramai saham HMSP dan UNVR yang harganya turun tajam hanya dalam sehari. HMSP penutupan Bursa turun sebanyak 10,29%. Saham UNVR turun 5%. Padahal, saham-saham blue chip dan saham LQ45 lainnya tidak mengalami penurunan separah itu. 

Fyi, saham-saham blue chip sekelas HMSP sangat jarang turun 10% dalam sehari. Tentu saja hal ini sudah 'diluar batas kewajaran'. Sehingga penurunan saham ini sempat menjadi trending topic di kalangan trader. 

Penyebab penurunan saham HMSP dan UNVR ternyata disebabkan adanya pembobotan ulang indeks saham IDX30 dan LQ45 (UNVR dan HMSP masuk dalam kedua indeks tersebut) dengan menggunakan sistem free float (free float adjusted index).  

Apa sih pembobotan saham itu? Apa itu free float? Apa gunanya Bursa Efek melakukan free float adjusted index? Dan apa pengaruhnya ke harga saham? Apakah pengaruh ke fundamental perusahaan juga? 

Mari kita bahas. Perlu anda ketahui, saham-saham yang termasuk dalam indeks IDX30 maupun indeks LQ45 sebenarnya memiliki peringkat bobot saham masing-masing. Semakin besar bobot saham (dalam persentase), maka hal ini menunjukkan bahwa jumlah saham yang bisa diperdagangkan publik semakin besar. Nah, untuk mengukur bobot saham, digunakanlah free float adjusted index. 

APA ITU FREE FLOAT? 

Free float kalau kita terjemahkan secara harafiah ke dalam Bahasa Indonesia artinya 'mengambang bebas'. Free float adalah jumlah saham perusahaan publik yang sifatnya likuid, karena saham ini adalah saham yang benar-benar dimiliki oleh investor / trader untuk diperdagangkan. 

Sesuai definisi Bursa Efek, saham scriptless yang bisa diperdagangkan oleh trader publik adalah saham dengan kepemilikan kurang dari 5%. 

Jadi istilahnya free float atau 'mengambang bebas' karena saham ini adalah saham yang benar-benar bisa anda tradingkan secara bebas di pasar oleh siapapun. Dan saham free float ini tidak termasuk dalam saham yang dimiliki pemegang saham afiliasi, strategis /  pemegang saham pengendali atau pemegang saham lain yang ada hubungan istimewa.

Menurut aturan Bursa Efek, saham free float minimal perusahaan publik porsinya adalah 7,5% dari total jumlah saham beredar. Jadi kalau ada perusahaan tbk yang free floatnya nggak sampai 7,5%, maka emitennya bisa terancam delisting. 

Untuk mengetahui free float, anda bisa melihat melalui laporan keuangan perusahaan, biasanya dicantumkan di catatan atas laporan keuangan di bagian Modal Saham. Contohnya, anda bisa perhatikan free float saham HMSP dibawah ini (di laporan keuangannya): 

Perhatikan yang saya beri tanda lingkaran hijau. Itulah yang dimaksud dengan free float. Jadi cara bacanya: Free float HMSP adalah sebanyak 7,5%, yaitu sebesar 8.723.855.775 saham. 

Artinya, saham yang bisa diperdagangkan di publik adalah sebanyak 8.723.855.775. Saham yang diperdagangkan di publik itu adalah saham yang biasa anda amati pergerakan bid-offernya itu lho.  

Semakin besar jumlah saham free float, maka dapat dikatakan free float saham perusahaan semakin bagus, sehingga hal ini bisa menaikkan bobot indeks sahamnya.

LALU APA ITU FREE FLOAT ADJUSTED INDEX? 

Metode untuk menghitung pembobotan ulang index dilakukan dengan menggunakan metode free float adjusted index. Ini yang selalu menjadi pertanyaan dari banyak trader, tentang pembobotan suatu saham, yang menyebabkan harga saham bisa naik drastis (saat bobot saham bertambah) atau sebaliknya. 

Nah, untuk melakukan perhitungan bobot indeks suatu saham, maka cara menghitungnya adalah sebagai berikut: 


Keterangan:  

Market cap / kapitalisasi pasar = Harga saham x jumlah saham beredar
Rasio free float: jumlah saham free float / total saham beredar perusahaan 
Rata-rata kapitalisasi pasar indeks adalah rata-rata kapitalisasi semua saham yang menjadi konstituen di dalam indeks yang dijadikan perhitungan.

Jadi kalau indeks IDX30 misalnya, maka kapitalisasi pasarnya dihitung dari rata2 30 saham yang ada di indeks tersebut yang sudah disesuaikan dengan aksi korporasi. Nah, dari sini kemudian akan didapatkan bobot saham tersebut.  

Contoh perhitungan free float adjusted index: 

Diketahui jumlah saham beredar saham A adalah sebesar 116.318.076 dan harga sahamnya 3.400. Rasio free float saham A adalah sebesar 7,5%. Dan rata2 kapitalisasi pasar indeks di IDX 30 adalah sebesar 494.184.503.737.000. Maka perhitungan free floatnya adlaah sebagai berikut: 

(116.318.076 x 3.400) x 7,5% / 394.184.503.737.000 x 100%. Maka didapatkanlah hasil sebesar = 20%. 

Jadi saham A disini memiliki bobot sebesar 20% dalam indeks IDX30. Artinya, bobot yang semakin besar dalam indeks menunjukkan bahwa free float perusahaan semakin besar, dan juga sebaliknya. Coba anda ganti angka 7,5% dengan 10% untuk rasio free float, maka bobot sahamnya akan naik menjadi 27%. 

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa bobot saham perusahaan di suatu index bisa naik apabila: 

- Rasio free float bertambah (inilah yang diharapkan oleh Bursa Efek)
- Rata2 kapitalisasi pasar indeks turun, sedangkan faktor lainnya tetap
- Kapitalisasi pasar perusahaan bertambah besar 

TUJUAN DILAKUKAN FREE FLOAT ADJUSTED INDEX

Perlu anda ketahui, perubahan bobot saham berdasarkan free float adjusted index akan diberlakukan Februari 2019, sehingga bisa jadi rumus diatas nanti ada penyesuaian (tapi kemungkinannya kecil). 

Namun metode perhitungan free float adjusted index sudah dilakukan sekarang, sehingga saham2 yang bakalan berkurang bobotnya, harganya sudah turun duluan seperti HMSP dan UNVR. 

Pertanyaan selanjutnya: Kenapa dilakukan perhitungan seperti ini? Ini kan bisa membuat investor ritel jadi korban. Harusnya kan mekanisme pasar berjalan tanpa intervensi pihak Bursa?

Pertanyaan2 ini banyak sekali saya terima dari rekan2 trader. Jadi, anda harus memahami dahulu kenapa BEI melakukan penyesuaian bobot saham. Ada beberapa alasan:

1. Bursa efek ingin mendorong perusahaan untuk meningkatkan jumlah saham free float

Dengan adanya pembobotan saham berdasarkan free float, BEI sebenarnya ingin agar perusahaan2 yang bobot sahamnya turun, bisa segera meningkatkan jumlah saham free float. Tujuannya kembali lagi: Agar investor publik (kepemilikan dibawah 5%) ini punya kesempatan lebih besar untuk mentradingkan saham perusahan, sehingga dengan free float yang lebih besar lagi, harga saham jadi lebih likuid. 

Kalau saham free floatnya lebih besar lagi, hal ini juga memberikan keuntungan bagi para manajer investasi (MI). MI akan punya lebih banyak pilihan saham untuk dibeli, dan disimpan. 

Cara meningkatkan jumlah saham free float salah satunya dengan melakukan right issue dengan HMETD. Right issue ini bisa meningkatkan jumlah saham publik dibawah 5% sekaligus menambah jumlah saham beredar. Baca juga: Arti dan Ilustrasi Right Issue, dan Dampaknya Pada Harga Saham - Part I dan Arti dan Ilustrasi Right Issue, dan Dampaknya Pada Harga Saham - Part II. 

Seperti yang saya tulis tadi, bobot saham di suatu indeks bisa naik apabila: Free float bertambah, kapitalisasi pasar meningkat. Jadi kalau perusahaan melakukan aksi korporasi seperti right issue ini tadi, maka sudah jelas selain free floatnya bertambah, kapitalisasi pasarnya juga naik (soalnya jumlah saham beredar bertambah), sehingga persentase bobot indeksnya akan naik lagi. 

Contohnya HMSP. HMSP memang punya peringkat kapitalisasi pasar yang sangat besar. Tetapi sayangnya, jumlah saham free floatnya kecil, cuman 7,5% (7,5% adalah batas free float minimum yang diterapkan Bursa).

Sedangkan saham2 blue chip lain seperti TLKM, BBRI, ASII rasio free floatnya hampir 50%! Dalam hal ini, BEI ingin mendorong para emiten untuk meningkatkan free floatnya. 

2. Meningkatkan efisiensi portofolio 

BEI ingin agar terjadi keseimbangan dalam portofolio, di mana perhitungan indeks ini dilakukan agar trader tidak hanya mentradingkan saham2 yang kapitalisasi pasarnya besar, tetapi yang free floatnya besar juga. 

Dengan adanya penyesuaian ini, maka MI pun juga bisa membuat keputusan reksadana saham yang lebih baik, yang dengan menempatkan saham yang free floatnya lebih besar pada reksadana pilihannya. 

3. Metode ini sudah menjadi standar umum di bursa-bursa luar negeri 

Metode penyesuaian value index sudah diterapkan di Bursa2 luar seperti Bursa Shanghai, Japan Exchange Group, Nasdaq, Bursa Malaysia dan lain2. Artinya, di Indonesia kita juga harus mulai up-to-date. 

4. Memberikan gambaran riil saham yang bisa diperoleh investor, selain saham yang dimiliki oleh pengendali

Penyesuaian bobot indeks ini akan memberikan gambaran pada investor: Berapa sih sebenarnya likuditas saham tersebut kalau dilihat dari free floatnya / dari bobotnya? 

Disini investor nanti bisa melihat bahwa ternyata kapitalisasi pasar yang besar, free floatnya belum tentu besar dan sebaliknya, sehingga investor bisa menimbang-nimbang untuk memilih saham yang punya free float besar, karena punya potensi likuiditas yang bagus. 

PENGARUHNYA KE HARGA SAHAM DAN FUNDAMENTAL PERUSAHAAN 

Lalu apa pengaruhnya ke harga saham? Apakah kalau bobot indeks saham turun, berarti menandakan likuditasnya turun? Apakah berarti pengaruh ke fundamentalnya juga? 

Seperti yang saya jelaskan: Kalau bobot saham naik, harganya berpotensi naik. Kalau bobot turun, harganya akan turun. Contohnya sudah jelas: HMSP dan UNVR turun. Tapi sampai kapan turunnya? Apakah bakal turun terus? 

Kita tidak tahu sampai kapan turun, tapi tentu saja saham tersebut pasti akan rebound. Nah, berhubung saham2 yang bobot indeksnya turun ini adalah saham2 blue chip yang sebenarnya walaupun free floatnya tidak terlalu besar seperti HMSP, tapi pergerakannya sangat likuid. 

Maka berdasarkan pengalaman trading saya, saham2 bagus yang anjlok sangat dalam, pasti akan naik lagi. Anda yang sudah trading, pasti anda merasakan sendiri, bagaimana saham2 bagus yang turun banyak, tidak lama kemudian harganya akan balik.  

Dulu saham BBCA waktu dilakukan penyesuaian bobot di indeks MSCI, harga sahamnya juga turun drastis dalam dua hari. Dari harga 18.400, tiba2 turun ke 16.500. Tapi setelah itu, ya sahamnya balik naik lagi kok. Anda bisa baca tulisan saya disini: Mengenal Indeks MSCI dan Pengaruhnya ke Harga Saham. 

Penurunan bobot saham ini bukan berarti likuiditas sahamnya turun, karena mau bobot saham tersebut gede atau kecil, free float-nya tetep sama. HMSP nanti bobotnya akan turun dari 11% menjadi 2,36%, tapi free floatnya ya tetep aja 7,5% dengan jumlah saham free floatnya 8.723.855.755 saham.

Kalau anda bertanya apakah fundamentalnya bakal terpengaruh: Saya pikir tidak. Why?

Memang dalam menghitung bobot indeks, ada penilaian kualitatifnya juga, seperti penilaian kinerja keuangan, kepatuhan dan lain2. Penilaian ini hanya BEI yang mengetahui penilain lebih detailnya, jadi saya tidak bisa bahas banyak disini. 

Tapi yang jelas kalau kita bicara tentang bobot indeks saham untuk menilai free float, maka porsi besarnya ya ada pada penilaian kuantitatif itu sendiri (seperti rumus diatas). Itu artinya, bukan berarti ketika bobot saham HMSP turun dari 11% menjadi 2,36% fundamentalnya jelek, LK-nya kedepan bakal buruk. Analisa seperti ini yang salah. 

"Lantas kalau likuiditas nggak turun, fundamental nggak jelek kenapa banyak yang jual sahamnya?" Tanya anda semakin penasaran 

Silahkan baca teruuss...  

OPINI SAYA PRIBADI TENTANG FREE FLOAT 

Perhitungan free float menurut sah-sah saja. BEI nggak salah menerapkan perhitungan ini. Ini bukan juga berarti BEI sengaja melakukan intervensi pasar, mau membuat investor ritel seperti anda dan saya rugi. Nggak gitu juga kali... Tujuan BEI melakukan ini juga positif (baca lagi empat poin yang saya tuliskan diatas). 

Tapi anda tahu sendiri kan, trader2 di pasar saham kita gampang sekali panik dan euforia. Ketika ada sedikit berita yang sebenarnya tidak berpengaruh signifikan, harga saham bisa langsung anjlok atau terbang. 

Inilah yang terjadi pada saham HMSP dan UNVR. Pelaku pasar panik kalau penurunan bobot saham akan membuat likuiditas saham turun, pertanda fundamental mulai jelek dan sebagainya. 

Selain itu, pelaku pasar juga panik kalau para MI yang punya duit gede di HMSP dan UNVR jualan saham besar2-an dan mengalihkan porto-nya, sehingga harganya langsung turun drastis. Sehingga, investor ritel yang lihat HMSP dan UNVR turun, ikut panic selling.

Kalau anda baca pos tentang BBCA dan Indeks MSCI diatas tadi, maka itulah contoh di mana sebenarnya pasar saham menanggapi berita secara berlebihan. Jadi, penurunan harga saham di BEI karena perubahan bobot indeks ini bukan cuma terjadi sekali, tapi sebelum-sebelumnya juga sudah pernah terjadi. 

Dan ketika saham2 ini sudah anjlok, biasanya harganya akan diangkat naik lagi, karena siapa yang nggak mau dapat barang bagus, yang diskon pula... 

Anda yang sudah pegang saham HMSP atau UNVR nggak usah panic selling. Coba anda pertimbangkan, kalau anda cut loss dan rugi gede, butuh berapa lama anda mengganti kerugian anda dari trading di saham lain. Bandingkan kalau anda mau menunggu saham2 tersebut rebound. Worth it mana? Anda bisa pertimbangkan sendiri. 

Kalau anda sudah pegang tapi masih porsi kecil, anda bisa beli lagi di harga bawah secara bertahap. Kalau harga saham sudah mulai rebound, anda bisa beli. Demikian juga dengan anda yang belum pegang sahamnya, anda bisa jadikan kesempatan untuk buy di harga bawah (trading). 

Hanya memang disini dibutuhkan permainan mental yang kuat, karena kita harus mengikuti arus pasar. Walaupun likuditas masih tetap sama, fundamental masih bagus, anda harus menggunakan strategi yang tepat kapan mau buy, atau hold sahamnya, karena faktanya banyak trader yang panic selling. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Analisis Saham: Saham Unilever (UNVR) Stock Split

Analisis Saham: Saham Unilever (UNVR) Stock Split

Saham Unilever (UNVR) adalah saham blue chip yang punya kinerja sangat cemerlang, namun harga saham UNVR sudah tergolong sangat mahal secara nominal. Setelah sekian lama harga sahamnya cukup tinggi, kini UNVR berencana akan melakukan stock split, dengan rasio 1:5. 

Itu artinya, kalau harga saham UNVR sekarang adalah 44.000, maka setelah stock split harganya menjadi 8.800 per saham. Tentu saja harganya jadi jauh lebih terjangkau untuk trader. Jika anda belum paham stock split, anda bisa baca tulisan saya disini: Pengertian dan Ilustrasi Stock Split. 

UNVR bukan pertama kalinya melakukan stock split. Dari histori pergerakan saham UNVR, UNVR sudah pernah melakukan stock split sebanyak 2 kali yaitu pada 6 November 2000 dan 3 September 2003, dengan rasio yang sama yaitu 1:10. 

pada tahun 2003, harga saham UNVR sebelum stock split berada di kisaran 30.000, dan setelah stock split harganya menjadi 3.000. Kita bisa lihat bagaimana pergerakan historis jangka panjang saham UNVR, di mana setelah stock split di kisaran harga 3.000-an pada tahun 2003, saat ini harganya sudah naik sampai 44.000 (bahkan UNVR pernah menyentuh resisten 50.000). 

Saham Unilever
Perhatikan UNVR setelah stock split (tanda persegi). Kemudian saham UNVR dalam jangka panjang, tetap mengalami uptrend. 

Oke, itu pergerakan UNVR untuk jangka panjang. Lalu bagaimana dengan pergerakan jangka pendeknya nanti pasca stock split yang ketiga? 

Saat ini masih ada beberapa kendala yang membuat UNVR akan uptrend dalam jangka pendek pasca stock split. Pertama, stock split UNVR masih dinilai tidak sesuai dengan harapan pasar. 

Banyak pro dan kontra. Pelaku pasar yang kontra menganggap bahwa rasio 1:5 ini masih membuat saham UNVR terlalu tinggi harganya. Sedangkan secara historis, UNVR bisa stock split dengan rasio 1:10, sehingga tentu harga sahamnya jadi sangat terjangkau. 

Kedua, kita masih menghadapi kondisi market yang bergejolak, baik dari sisi internal maupun eksternal (perang dagang misalnya). Nah, karena UNVR adalah saham blue chip, di mana saham2 blue chip geraknya biasanya mengikut IHSG, maka kalau IHSG turun tajam, UNVR kemungkinan besar akan mengikut pergerakan IHSG. 

Jadi kalau nanti UNVR beneran stock split 1:5, dan para trader menganggap saham UNVR ini masih terlalu mahal (di harga 8.800-an), maka sangat mungkin para trader akan menjual saham UNVR ini, sehingga UNVR bisa jadi turun cukup drastis pasca stock split, sebelum akhirnya diangkat lagi setelah trader menganggap UNVR benar2 ada di harga diskonnya (secara teknikal). 

Kecuali kalau UNVR ternyata bersedia stock split 1:10 (dan tentu ini harapan kita juga), maka UNVR harganya bisa diangkat. Tapi ini bukanlah jaminan UNVR pasti akan naik pasca stock split. 

Sebagai perbandingan, kalau anda sering berkunjung dan membaca artikel2 di web Saham Gain ini, saya sudah membahas pergerakan beberapa saham pasca stock split, khususnya saham2 blue chip di Bursa Efek, yaitu saham BBRI.. 

Anda bisa baca-baca kembali ulasannya disini: Saham BBRI Stock Split Rasio 1:5, Membeli Saham Setelah Aksi Korporasi Stock Split. Disitu saya menjelaskan kecenderungan pergerakan saham2 blue chip beberapa hari-minggu pasca stock split. 

Jadi untuk jangka pendek, setelah UNVR stock split saya menyarankan anda untuk lebih banyak WAIT AND SEE. Terutama kalau UNVR koreksi, atau naik drastis di hari pertama, karena biasanya euforia stock split akan berakhir cepat. 

Sedangkan untuk jangka panjang, anda bisa mulai membeli saham UNVR ini secara bertahap, dan simpan saja.. Nggak usah peduli fluktuatif jangka pendeknya. 

Toh, secara kinerja perusahaan ini juga sangat baik, dan historis stock split 2 kali, berhasil menunjukkan bahwa UNVR selalu kembali ke jalur uptrendnya. 

Setelah UNVR stock split, nanti akan kita bahas pergerakan UNVR selanjutnya... 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Studi Kasus Saham Suspend: Saham ARTO

Studi Kasus Saham Suspend: Saham ARTO

Saham ARTO adalah salah satu saham yang punya pergerakan "menarik", karena saham ARTO bisa naik 6 kali lipat (dari harga 400 ke 2.400) hanya dalam kurun waktu 2 bulan lebih. Kenapa saya bahas saham ini? 

Beberapa kali saya mendapatkan pertanyaan dari rekan2 yang ingin membeli saham ARTO. Namun, ada juga beberapa rekan trader yang terkena suspen saham ARTO ini. Kita coba perhatikan pergerakan grafik saham ARTO yang sangat 'menggiurkan' ini: 

Saham ARTO
Saham seperti ini tentu sangat berbahaya. Walaupun ARTO bisa naik setinggi itu, namun pergerakan harganya tidak mencerminkan fundamentalnya. Dan kalau anda perhatikan selama jam trading, ARTO memiliki pergerakan harga yang tidak likuid, dan spread bid-offer yang jelek. Pelajari juga: Mengenal Spread Bid-Offer di Pasar Saham.  

ARTO juga memiliki 'riwayat' suspen saham dari Bursa Efek, di mana selama 2 bulan tersebut ARTO sudah di suspen sebanyak 4 kali. Hal ini menandakan bahwa saham dengan tipikal: 

- Sering terkena suspen
- Kenaikan harga saham tidak wajar
- Harga saham tidak likuid
- Tidak didukung fundamental yang baik 

Adalah saham2 yang berisiko untuk trading. Kalau anda beruntung membeli saham ARTO di harga 400 atau 700, dan saham Anda naik sampai 2.400, maka anda profit. 

Tapi kalau anda sudah 'ketinggalan kereta' alias di harga 2.000-an anda belum punya saham ARTO, maka saran saya jangan mengejar saham yang geraknya seperti itu, karena kalau suatu saham sudah bergerak tidak wajar selama berhari-hari, saham tersebut akan sangat rawan terkena suspen. 

Memang setelah suspensi saham dibuka, tidak menutup kemungkinan harga saham akan naik lagi. Contohnya ARTO yang sudah disuspen beberapa kali, harga sahamnya masih lanjut naik. 

Namun, kita semua tidak tahu apakah setelah saham di suspen saham tersebut bakalan naik lagi? Atau jangan-jangan setelah suspen berikutnya harga saham langsung dibanting oleh bandar? Who knows?

Apalagi kalau anda memegang saham ARTO dan saham anda di suspen berkali-kali, apakah anda tetap bisa trading dengan nyaman, dengan tenang? 

Tipsnya, kalau anda menemukan saham gorengan yang sudah naik tinggi, apalagi sampai kena auto reject 3-4 hari berturut-turut, anda harus waspadai saham tersebut. Jangan mudah tergiur dengan profitnya, karena saham2 yang pergerakannya seperti itu sangat rawan di suspen. 

Kalau suspen sudah dibuka (unsuspend) alias sudah bisa ditradingkan sahamnya, maka saham tersebut bisa lanjut naik, atau sebaliknya langsung turun puluhan persen. Dan tentu saja hal ini juga nggak baik untuk psikologis, apalagi buat trader pemula. 

Prinsip saya pribadi, jangan sampai trading saham mengganggu aktivitas sehari-hari. Tradinglah dengan enjoy. Caranya, carilah saham2 yang pergerakannya baik bisa dianalisa dengan analisa2 umum (analisa teknikal). 

Apa yang saya tulis di pos ini, bukan bermaksud melarang anda untuk membeli saham apapun itu. Semua keputusan trading tetaplah anda di tangan anda, dan memilih saham adalah hak anda masing2. 

Namun di dalam trading, ada baiknya anda mempertimbangkan tipikal2 saham, terutama saham2 gorengan, dan saham2 yang potensi / sering terkena suspen (saham2 tersebut sangat berisiko). 



Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Analisa Saham BUMI : Permainan Psikologis Saham BUMI

Analisa Saham BUMI : Permainan Psikologis Saham BUMI

Saham BUMI adalah salah satu saham lapis 3 yang memiliki volatilitas harga yang sangat cepat. Sebenarnya di pos ini: Saham BUMI: Analisa dan Strategi Trading Saham BUMI, saya sudah pernah membeberkan sedikit banyak mengenai saham BUMI. 

Di pos ini saya akan membahas lagi saham BUMI, tapi saya akan lebih membahas psikologis pergerakan saham BUMI. Mengapa saya perlu membahas psikologis saham BUMI? Mengingat BUMI adalah saham yang sering menjadi 'sarang bandar', maka permainan psikologis harga saham ini seringkali menjadi polemik bagi trader. 

Di saham2 lapis tiga seperti BUMI, anda harus  memahami titik-titik yang sering menjadi gocekan bandar. Titik2 ini yang biasanya sering menjadi permainan psikologis. Titik-titik (harga saham) yang sering menjadi gocekan bandar BELUM TENTU adalah titik support dan resisten pada grafik. Lho kok?

Terus apa donk kalau bukan titik support dan resisten? 

Jawabannya, kemungkinan besar adalah harga psikologisnya. Saya beri satu contoh. Anda tentu masih ingat ketika BUMI akan melakukan konversi utang menjadi saham, di mana utang BUMI akan dibayar / ditukar dengan saham seharga Rp926 per saham. 

Saat itu harga saham BUMI masih di kisaran harga 200-250. Berbagai spekulasi pun. Ada yang bilang BUMI akan dikerek ke harga 926. Ada yang bilang BUMI akan balik lagi ke harga 1.000, dan masih buanyaak spekulasi2 lainnya. 

Kemudian benar saja, BUMI harganya sangat josss karena mampu naik dari 200 sampai ke harga 300-an. Harga 300-an pun tembus hingga 420. Dan harga sahamnya terus uptrend sampai 520. 

Banyak trader yang terus koleksi sahamnya dan berpikir bahwa BUMI akan terus naik hingga 926. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Harga saham BUMI secara berangsur langsung turun tanpa ampun bahkan BUMI kembali lagi ke harga 190-an. Perhatikan grafik BUMI selama 1 tahun.



Nah sekarang mari kita analisis bersama: 

Kenapa saham BUMI dinaikkan sampai 500 bukan sampai 600? Kenapa harga saham BUMI dinaikkan sampai 520, bukan sampai 500 saja? 

Inilah yang dinamakan dengan permainan psikologis. Pertama, 500 adalah harga psikologis yang paling sering dan mudah diingat orang. Kita ingat bahwa BUMI dulunya diberi julukan 'saham gocap' karena saham BUMI ini sampai bertahun-tahun harganya diam di harga Rp50. 

Tapi setelah harga 50 BUMI bergerak naik. Dari harga 50 sekarang nol nya nambah satu menjadi 500. Maka angka 500 ini adalah angka yang mudah sekali diingat secara psikologis (50 ke 500). 

Ketika harga saham BUMI yang dari 50 ke 500, maka banyak orang berpikir BUMI akan balik lagi ke 926 atau bahkan ke 1.000. Disinilah orang mulai koleksi sahamnya di harga 500 bagi mereka yang belum sempat masuk. 

Kedua, setelah BUMI mencapai harga 500, BUMI dinaikkan sedikit lagi sampai 520. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan persepsi trader bahwa BUMI adalah saham yang semakin layak untuk dikoleksi. Banyak trader beranggapan:

"Wah BUMI sudah tembus 500, berarti sudah saatnya masuk" 

"BUMI udah tembus harga resisten psikologisnya. Buruan masuk sebelum terlambat"

"Kita bisa masuk BUMI kalau tembus 500 dan sekarang harganya udah 520"

Saat trader berpikir BUMI sudah tembus 500 dan trader mulai masuk, maka disinilah mulai terjadi aksi profit taking besar2an. Hal inilah yang membuat banyak trader bertanya pada saya gimana caranya keluar dari BUMI karena banyak yang nyangkut di harga 500. 

Memang nggak menutup kemungkinan BUMI akan naik lagi, bahkan diatas 500. Tapi untuk seorang trader, tentu tidak bijaksana jika anda menyimpan saham2 yang nyangkut berbulan-bulan dan tidak segera cut loss secepat mungkin. 

Jadi, kalau anda mau trading di saham2 lapis tiga, saya tidak menyarankan anda untuk mudah sekali terbawa berita-berita dan rumor yang bisa menjebak anda. 

Selain itu, kalau anda sering mengamati pergerakan saham BUMI dalam jangka pendek, anda pasti akan menemukan level2 yang sering menjadi permainan psikologis bandar. Dengan kata lain, bandar senang menggocek anda di level2 psikologis tertentu, supaya anda nggak jadi profit, nyangkut di harga atas dan membuat anda stress. 

Sebagai contoh, saat BUMI rebound cepat dari harga 180, BUMI akan dibawa naik sampai 190 (angka psikologis), namun setelah itu BUMI ternyata nggak naik lagi dari 190 menuju 200 melainkan balik turun lagi ke 175-182. 

Itulah mengapa saya sering mengatakan pada anda di web Saham Gain ini, kalau saham2 lapis tiga itu cukup sulit dianalisis menggunakan grafik, karena grafik seringkali tidak bisa merefleksikan pergerakan harga yang sesungguhnya pada saham2 gorengan (kecuali jika saham membentuk pola2 tertentu).  

Titik-titik yang bisa menjadi entry buy mupun profit taking, pada umumnya adalah LEVEL-LEVEL PSIKOLOGISNYA. 

Analisis di pos ini nggak cuma berlaku untuk saham BUMI saja, namun juga berlaku untuk saham2 lapis tiga lainnya. Jadi, kalau anda trading di saham lapis tiga, ada baiknya anda harus punya banyak waktu untuk terus memantau pergerakan bid-offernya.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham MPMX: Peluang Trading?

Saham MPMX: Peluang Trading?

Saham MPMX mendadak menjadi saham yang cukup fenomenal setelah saham ini membagi dividen per share (DPS) yang sangat besar, disertai dengan dividend yield yang tinggi. 

Tetapi saham MPMX ini ternyata bukanlah saham yang terlalu cemerlang secara fundamental. Dan benar saja, MPMX ini ternyata menjadi "mainan" bandar untuk meraup profit sekaligus menjebak trader-trader ritel. Anda bisa kembali ulasan2 saya tentang MPMX disini: Analisa Saham MPMX dan Dividend Trap dan Saham Murah Dividen Besar, Pasti Untung?

Saham MPMX
Pasca dividend trap (lihat tanda persegi) dari harga 1.400-an. MPMX terus anjlok selama beberapa bulan, dan harganya masih belum kembali ke harga awal lagi (harga 1.400 sebelum jatuh). Bahkan MPMX cenderung turun terus hingga di level 600-700. 

"Kenapa bahas saham MPMX lagi Pak Heze? Bukannya kapan hari sudah pernah ulas MPMX?" Tanya anda 

Saham MPMX sempat naik 23,74% dalam sehari (lihat tanda panah di candle terakhir). Sehingga, saya mendapat beberapa pertanyaan dari trader: Apa MPMX sudah waktunya beli lagi? Apakah MPMX bisa buat trading jangka pendek? Apakah MPMX bisa balik ke 1.000 karena terakhir volumenya besar?

Oleh karena itu, saya ingin mengulas saham MPMX ini, terutama dari segi teknikalnya. Jadi yang kita ulas disini adalah lanjutan dari ulasan sebelumnya. 

Seperti yang kita ulas di pos sebelumnya, MPMX ini adalah saham yang kurang likuid, sehingga bandar mudah menggoreng sahamnya (waktu itu dengan memanfaatkan berita kenaikan laba dan pembagian dividen). 

Itu artinya, sebagai trader saham jelas MPMX ini adalah saham yang berisiko. Kalau anda mau trading di saham MPMX, ada baiknya anda disiplin menetapkan take profit dan cut loss serta tidak hold saham terlalu lama, karena pergerakan MPMX (anda bisa lihat sendiri polanya di chart) sangat tidak menentu. 

Dan seperti inilah memang salah satu ciri2 saham gorengan: Harga turun dalam waktu panjang, kemudian dalam waktu singkat harganya dibuat naik puluhan persen sampai auto reject. 

Tujuannya selain bandar bisa mendapatkan saham dengan harga murah, bandar bisa menciptakan kesan untuk memancing trader ritel seolah-olah saham tersebut sudah mulai bagus, sudah bisa di koleksi. 

Kita memang tidak tahu sampai kapan saham MPMX ini akan dinaikkan lebih tinggi, atau ternyata naiknya cuma 'jebakan batman' saja, alias dinaikkan sehari lalu diturunkan lagi.  

Kalau berkaca dari banyak pengalaman pergerakan saham gorengan, banyak saham gorengan yang harganya diangkat lagi setelah turun tajam, kenaikannya bisa bertahan 2-4 harian (walaupun hal ini bukanlah rumus yang baku). Namun banyak juga saham gorengan yang kenaikannya hanya bertahan 1 atau 2 hari, setelah itu, harganya "dibanting" lagi oleh bandar. 

Anda bisa lihat contoh saham yang pernah saya ulas: Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT dan Studi Kasus: Saham Gorengan dan Saham IPO. 

"Apakah berarti MPMX ini sudah layak dibeli atau belum ya Bung Heze?" Tanya anda semakin penasaran

Kita lihat pola MPMX yang terjadi sekarang ini, di mana MPMX yang harganya turun terussss, volume sangat kecil, tiba2 harganya naik 24% dengan volume besar dan auto reject atas. 

Maka ada kemungkinan saham MPMX diangkat lagi dalam JANGKA PENDEK, karena saham2 yang terkena auto reject atas, pada umumnya harga saham di pagi hari masih ada potensi melanjutkan kenaikan. 

Biasanya bandar, trader ritel yang mulai euforia masih akan melanjutkan aksi beli. Sehingga, sangat mungkin MPMX naik lagi beberapa persen dalam jangka waktu beberapa menit, 1-2 harian.

Anda bisa manfaatkan untuk scalping, tetapi seperti yang saya tuliskan tadi: Anda harus batasi risiko (cut loss) dan disiplin take profit. Jangan pernah serakah di saham2 gorengan. 

Di saham gorengan pun tidak ada yang pasti. Apa yang saya ulas adalah berdasarkan pengalaman saya pribadi melihat pergerakan2 saham gorengan. Tetapi banyak juga saham gorengan yang harganya balik loyo lagi setelah sehari naik kencang, karena bandar saham sudah langsung profit taking (bandar merasa untungnya sudah cukup). 

Dari sini pun kita juga bisa mengambil pelajaran penting bahwa setiap pergerakan saham2 gorengan memang cenderung sulit dianalisa dengan analisa teknikal, karena pergerakannya lebih tergantung dari permainan bandar. 

Maka untuk anda para trader yang murni teknikalis dan tidak suka jadi spekulan, saham2 seperti ini tentu ada baiknya anda hindari, karena bagaimanapun juga pergerakannya "liar" dan tidak sehat untuk trader.

Satu pesan lagi (yang penting) yang ingin saya sampaikan di pos ini terutama melihat gencarnya pembahasan saham MPMX di kalangan trader... Dan kalau anda perhatikan beberapa bulan lalu MPMX gencar dibahas karena naik-turunnya nggak wajar. 

Lalu setelah MPMX turun terus dan sedikit ditradingkan, trader seolah melupakan saham ini. Namun begitu MPMX melejit dengan cepat dalam sehari, saham ini mulai ramai dibicarakan lagi dan banyak spekulasi2.

Maka dari itu, dalam trading, anda perlu melihat fakta ini: Semakin gencar suatu saham diperbincangkan oleh trader rite2l, hal ini akan menjadi kesempatan besar dan amunisi bagi bandar untuk menggoreng isu, rumor, dan memancing trader untuk masuk di dalam perangkap bandar. 

Bandar akan membuat ramai harga dan volume saham, dengan tujuan untuk menciptakan kesan seolah sahamnya bakalan naik lagi. Hal ini pernah terjadi di saham BEKS (sekarang? BEKS balik ke gocap).

Semakin banyak saham gorengan diperbincangkan, ketika sahamnya mulai naik, maka semakin banyak pula trader2 yang mulai percaya. Padahal itu hanyalah permainan bandar. 

Bandar bisa saja mudah menggoreng suatu saham kalau sahamnya itu tidak likuid. Salah satu contohnya seperti MPMX yang kita bahas di pos ini. 

Jadi semua kembali lagi kepada anda. Kalau anda seorang spekulan yang suka saham gorengan, anda boleh saja mentradingkan saham2 seperti itu, namun anda harus disiplin. Untuk anda teknikalis, lebih baik mencari saham2 yang teknikal dan momentumnya lebih jelas. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Belajar dari Kasus Saham POSA

Belajar dari Kasus Saham POSA

Saham POSA merupakan salah satu dari sekian banyak saham yang digoreng setelah listing di pasar saham. Sebenarnya di web Saham Gain ini, saya sudah beberapa kali membahas tentang saham POSA. 

Anda bisa baca2 kembali tulisan saya disini: Strategi Trading: Memilih Saham yang Baik dan Beli Saham yang Rugi? Kita bisa melihat bagaimana pergerakan saham POSA yang naik-turunnya sangat tidak wajar, begitu juga dengan pergerakan waran POSA. 

Terlebih lagi, prospektus POSA sebelum IPO justru mencatatkan kerugian, namun akhirnya POSA tetap saja bisa listing di BEI. Inilah yang harusnya juga menjadi perhatian dari para pebisnis saham, kalau mau membeli saham pendatang baru, anda harus selalu cek prospektusnya dulu. Baca juga: Pengertian & Cara Mencari Prospektus. 

Terutama kalau anda trader pemula, saham seperti ini sangat berbahaya. Meskipun saham2 yang pergerakannya tidak wajar menawarkan high return, tetapi risikonya lebih tinggi. Dan banyak trader2 yang sudah terjebak di saham POSA ini, maupun di waran-nya, hanya karena tergiur dengan kenaikannya yang cepat. 

Saya beberapa kali menerima pertanyaan2 trader: "Bung Heze, apakah POSA bisa balik lagi?" "Saya nyangkut di POSA, apa harus cut loss?" Dan masih banyak lagi. 

Saham POSA harganya bisa naik 25% maupun turun 20% hanya dalam hitungan menit. Demikian juga dengan waran-nya, di mana waran POSA yang harganya sempat berada di harga Rp490, harganya dengan cepat turun ke Rp15 per saham.

Karena pergerakan saham yang sangat tidak wajar dalam 2 bulan pasca IPO, kantor hukum Timotius & Partners Law Firm ini mengundang manajemen POSA maupun penjamin emisi efeknya, dalam hal ini adalah NH Korindo untuk mediasi, atas adanya: "Dugaan Pelanggaran Hukum Pasar Modal Maupun Menyesatkan, Manipulasi, Menipu Dan Turut Serta Menipu Yang Telah Merugikan Klien dan Para Investor Ritel' (Berita CNBC). 

Dalam hal ini adalah kasus menggoreng saham dan waran tersebut, di mana banyak trader yang belum berpengalaman, yang hanya ikut 'arah angin' di market, akhirnya terjebak di saham POSA dalam waktu singkat. 

Nah, kalau suatu saham sudah bermasah, baik dari sisi fundamental maupun harga sahamnya, maka jelas saham2 seperti ini tidak menguntungkan untuk pebisnis saham, baik trader maupun investor. 

Memang aksi menggoreng saham-saham IPO (maupun saham2 yang sudah lama listing) dan waran, bukanlah sesuatu yang baru di dunia saham. 

Kita sudah berkali-kali menemukan hampir setiap saham yang listing, sahamnya selalu digoreng (karena memang market capnya juga rata2 sangat kecil). Demikian juga dengan pergerakan waran yang selalu tidak wajar.  

Sebagai trader, kita tidak bisa mengatur emiten atau saham. Bahkan kedepan, kita pasti akan terus menemukan saham2 pendatang baru yang pergerakannya nggak wajar, nggak sesuai mekanisme dan fundamental. Jadi ini bukanlah yang baru. 

Yang bisa anda dan saya lakukan sebagai pebisnis saham adalah, menghindari saham2 seperti ini. Kalau anda ingin mentradingkan saham2 yang volatilitasnya tidak wajar (scalping), maka anda harus pakai modal sekecil mungkin dan selalu batasi kerugian (cut loss). 

Melihat pergerakan POSA dan saham2 lain yang pergerakannya sejenis, serta banyaknya trader ritel yang terjebak di POSA, anda dan saya sebenarnya bisa belajar dari kasus saham POSA ini. 

Supaya tidak terjebak di saham2 yang berisiko semacam POSA, anda harus selalu membeli saham berdasarkan analisis teknikal, bukan hanya spekulasi atau ingin untung cepat. Belilah karena anda tahu kenapa saham tersebut layak untuk dibeli. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham Blue Chip vs Saham Non Blue Chip

Saham Blue Chip vs Saham Non Blue Chip

Di pasar saham kita sering sekali mengenal istilah SAHAM BLUE CHIP. Kalau anda ingin lebih memahami tentang saham blue chip, anda bisa baca pos saya disini: Apa itu Saham Blue Chip? 

Singkatnya, saham blue chip merupakan saham-saham yang perusahaannya memiliki kinerja paling bagus di sektor industrinya, sahamnya sangat likuid, membagi dividen yang besar dan rutin tiap tahun, kapitalisasi pasarnya besar, dan selalu diincar oleh trader.

Banyak trader yang bertanya tentang saham-saham blue chip dan non blue chip untuk trading jangka pendek. Berikut adalah pertanyaan2 yang sering saya terima: 

"Apakah sebaiknya trader beli saham2 blue chip saja karena aman?"
"Apakah non blue chip naiknya lebih cepat daripada saham2 blue chip?"
"Kenapa saham blue chip naiknya lama dibandingkan non blue chip?"

Maka dari itu di pos ini, saya akan membahas perbandingan saham blue chip vs saham-saham non blue chip dilihat dari sisi keuntungan dan risikonya masing-masing. Apa yang saya bahas di pos ini, merupakan pengalaman pribadi saya menekuni dunia trading saham. 

Sehingga anda bisa melihat perbandingan saham blue chip dan saham non blue chip untuk trading. Tentu saja, hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap pemilihan (screening) saham yang anda lakukan. 

SAHAM BLUE CHIP

Keuntungan trading di saham blue chip adalah sebagai berikut: 
  • Saham blue chip mudah rebound setelah harganya turun tajam 
  • Saham blue chip risikonya kecil, sehingga lebih aman ditradingkan 
  • Saham blue chip lebih aman untuk di-hold (fundamentalnya bagus) 
  • Mayoritas saham blue chip membagi dividen besar  
  • Pergerakan saham blue chip lebih stabil 
  • Saham blue chip lebih mudah dianalisa dengan analisis teknikal 
  • Saham blue chip lebih likuid

Risiko / kelemahan trading di saham blue chip adalah sebagai berikut: 
  • Kenaikan saham blue chip tidak terlalu tinggi dibandingkan beberapa saham2 non blue chip 
  • Return saham blue chip dalam jangka pendek seringkali tidak terlalu besar
  • Jumlah saham blue chip tidak banyak, sehingga pilihan saham blue chip sedikit     

SAHAM NON BLUE CHIP 

Sedangkan keuntungan trading di saham-saham non-blue chip (saham2 lapis dua) adalah sebagai berikut: 
  • Sama seperti blue chip, banyak saham2 lapis dua yang mudah rebound setelah harganya jatuh 
  • Banyak saham non blue chip yang bisa naik lebih tinggi dalam jangka pendek dibandingkan saham blue chip (returnya bisa lebih besar dibandingkan blue chip)
  • Banyak saham non blue chip yang punya pergerakan teknikal yang baik, sama seperti blue chip
  • Jumlah saham non blue chip cukup banyak, sehingga anda punya pilihan saham lebih banyak buat ditradingkan. 

Namun saham2 non blue chip juga punya kelemahan dibandingkan saham2 blue chip yaitu: 
  • Banyak juga saham non blue chip yang pergerakannya tidak stabil, tidak terlalu likuid.
  • Anda harus lebih selektif jika mau memilih saham non blue chip 
  • Dividen saham non blue chip tidak sebesar saham2 blue chip 
  • Dari sisi risiko, saham non blue chip risikonya lebih tinggi 

Dari perbandingan saham blue chip dan non blue chip, kita bisa menyimpulkan bahwa baik saham blue chip maupun non-blue chip semuanya sama2 bagus buat trading. Jadi, kalau anda bingung mau pilih saham blue chip atau non blue chip, saran tradingkan saja keduanya. 

Misalnya pilihlah satu saham blue chip dan dua saham non blue chip, atau sebaliknya. Toh, sekarang banyak saham blue chip yang harganya bisa dijangkau dengan modal kecil (Rp1-2 juta). 

Sehingga anda bisa menciptakan keseimbangan portofolio, di mana anda punya saham2 blue chip yang geraknya lebih smooth. Di satu sisi, anda juga punya saham non blue chip yang pergerakannya lebih cepat, namun masih dalam fluktuatif yang wajar.

Selain itu, kalau misalnya anda cuma trading di saham blue chip, maka pilihan saham anda terlalu sedikit.  

Tetapi karena saham2 non blue chip ini punya risiko yang lebih besar. Apalagi banyak saham non blue vihp yang trennya turun terus, maka untuk memilih saham2 non blue chip anda harus lebih SELEKTIF. 

Jika anda ingin mentradingkan saham2 non blue chip, setidaknya pilihlah saham2 yang grafiknya layak untuk ditradingkan. Baca juga: Panduan Simpel & Efektif Memilih Saham Bagus untuk Trading

Dan anda harus yakin dengan analisa anda. Jangan beli saham karena ikut-ikutan trader lain. Karena dalam banyak kasus, saya juga sering menemukan saham2 lapis dua yang pergerakannya kurang menguntungkan untuk trader.   

Selain itu, sebelum membeli saham, entah itu saham blue chip maupun non blue chip, anda harus melakukan analisa teknikal terlebih dahulu, untuk melihat apakah momen dan sinyal beli sudah tepat atau belum. 

Karena di dalam trading tidak ada jaminan bahwa dengan beli saham blue chip anda pasti profit, demikian juga sebaliknya. 

Pos ini menuju pada satu kesimpulan besar yaitu: Semua saham baik tipe saham blue chip dan non blue chip sama2 bagus untuk trading. Untuk saham2 non blue chip, memang anda harus melakukan screening agar anda bisa menyeleksi saham yang bagus untuk trading. 

Tentang strategi2 screening saham, saya jelaskan praktik2nya disini: Cara Melakukan Screening Saham. Walaupun saham2 blue chip dan saham2 non blue chip layk ditradingkan, anda harus tetap cek analisa teknikal dan momentum sebelum membeli saham.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham yang Naik Saat IHSG Turun

Saham yang Naik Saat IHSG Turun

Setiap hari ketika pasar saham (IHSG) sedang berjalan, pasti ada saham-saham yang sedang naik. Harus saya akui, saham yang harganya naik / berpotensi naik akan lebih mudah anda temukan pada saat market lagi naik / bullish. 

Walaupun anda juga harus menggunakan strategi yang benar untuk menemukan saham naik, karena tidak semua saham bagus walaupun IHSG lagi bullish. Baca juga: Panduan Simpel & Efektif Menemukan Saham Bagus

Sebaliknya, pada saat IHSG sedang turun, lebih sulit untuk mencari saham yang naik. Tetapi "turun" yang saya maksud artikel ini bukanlah koreksi / turun biasa, melainkan koreksi tajam. Atau bahkan crash market. Seperti apa contoh IHSG yang koreksi tajam itu? Anda bisa lihat dibawah ini:

IHSG turun
IHSG yang turun tajam selama berhari-hari seperti diatas, pasti akan diikuti oleh penurunan mayoritas saham. Dalam kondisi seperti ini, saham2 yang biasanya gampang rebound setelah turun, saham2 LQ45, semuanya akan turun terus dan bahkan jebol dari titik2 supportnya. 

Tapi tetap saja, saat IHSG turun sebanyak apapun, ada saja saham-saham yang bisa naik drastis. Sebanyak apapun IHSG turun, tetap ada saham2 yang bisa 10% bahkan diatas itu. Saham2 apakah itu?

Jawabannya adalah: Saham-saham lapis tiga dan waran. Kalau anda belum tahu saham lapis tiga serta waran, anda bisa baca disini: Kenali Saham Gorengan di Indonesia dan Memahami Waran: Definisi Waran dan Cara Trading Waran.


Diatas adalah saham-saham yang naik, yang saya ambil saat IHSG lagi turun hampir 1,5%. Saat IHSG turun sebanyak itu pun, ternyata ada juga saham2 yang bisa naik diatas 10%. Anda bisa lihat ada yang naik sampai 17%, 19%.

Tetapi apakah saham2 seperti ini layak untuk ditradingkan jangka pendek? Apakah saat IHSG turun drastis, sebaiknya kita incar saja saham2 ini, mengingat saham2 tersebut ternyata bisa naik tinggi walaupun IHSG terpuruk?

Well, kalau saya harus jawab jujur: Jawabannya TIDAK. Kenapa? 

Anda yang sering2 berkunjung ke web Saham Gain, saya sudah sering menuliskan risiko beli saham gorengan. Contohnya bisa anda lihat disini: Studi Kasus Saham SWAT. 

Saham gorengan seperti diatas memang bisa naik tinggi saat IHSG drop. Tetapi likuiditas saham2 tersebut sangat buruk (spread-nya banyak yang renggang karena nggak likuid), harga sahamnya pun bisa anjlok puluhan persen sewaktu-waktu dalam hitungan menit, dan banyak sekali bid-offer palsu yang merupakan "pancingan" bandar. 

Apalagi jika anda masih pemula, kalau anda melihat kondisi market yang lagi turun drastis dan anda belum pegang saham apapun (it means anda belum dapat profit), maka saran saya, jangan gampang percaya deh sama saran2 diluar yang mengatakan: 

"Kalau IHSG lagi bearish, waktunya main di saham gorengan sama waran, soalnya cuman itu yang naik waktu IHSG turun." Praktiknya tidak semudah itu. Jika anda masih pemula, jauh lebih baik anda tidak beli saham saat IHSG turun drastis, daripada anda nyemplung di saham gorengan dan akhirnya nyangkut. 

Untuk anda yang sudah bukan pemula, anda boleh saja trading di saham gorengan saat market lagi bearish, dengan catatan, anda memahami strategi tradingnya plus anda harus MEMBATASI RISIKO. 

Kalau saham anda mulai turun, anda harus segera cut loss.. Jangan biarkan portofolio anda diisi saham2 yang tidak bagus secara teknikal maupun fundamental.

Sebenarnya banyak trader yang ngotot mau trading, mau dapat untung saat IHSG bearish, karena mereka memiliki mindset: "Harus profit tiap hari, tiap saat". Padahal di dalam trading saham, anda tidak harus beli saham setiap hari. 

Bahkan seorang trader harian / intraday trader sekalipun, tidak saya anjurkan memaksakan trading kalau banyak saham yang lagi jelek, atau anda masih belum menemukan saham yang naik. Saya pernah bahas strategi2nya disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham. 

Trading saham itu ada strategi2 yang harus anda lakukan, terutama memilih saham dan mengambil momentum yang tepat. Itulah kenapa di saham itu ada keputusan WAIT AND SEE bukan cuma buy dan sell, karena tidak setiap saat anda harus trading. Tidak setiap saat anda harus beli saham. 

Jika anda melihat IHSG turun, saham2 pilihan anda juga belum menunjukkan rebound, maka tidak ada salahnya juga anda wait and see. Toh, jika anda punya cash yang besar, maka justru ini menjadi peluang anda untuk koleksi saham, jika market sudah naik.

Memang saat IHSG sedang turun2nya, biasanya ada 1-2 saham-saham likuid (bukan saham gorengan) yang bisa naik. Sebagai contoh, saat crash market tahun 2015, waktu itu SRIL adalah saham yang harganya bisa uptrend terus.

Bagi anda yang tetap ingin trading saat IHSG turun drastis atau bahkan saat crash market, maka tugas adalah mencari saham2 seperti yang saya sebutkan tadi. 

Tapi itu tidaklah mudah. Soalnya anda harus mencari 1-2 saham yang tetap naik drastis saat turun dari sekian banyak saham. 

Jika anda menemukannya, maka congratulations, anda tetap bisa dapat return saat market turun. Namun jika anda tidak menemukan saham2 yang tetap naik saat IHSG turun drastis (atau naiknya cuma nol sekian persen saja), anda tidak perlu memaksakan trading. 

Jadi itulah ulasan dan analisa saya tentang: Saham yang naik saat IHSG turun, dan apakah sebaiknya saham2 tersebut ditradingkan atau tidak. Mengingat cukup banyak rekan2 yang bertanya, maka saya tuliskan di pos ini. 

Satu hal lagi, saat IHSG turun, pasti ada saat2 di mana IHSG naik lagi, dan otomatis saham2 yang bagus juga ikutan naik. 

So, pada saat IHSG turun, anda tetap bisa watchlist saham, dan mempelajari strategi2 / pola2 trading. Sehingga ketika IHSG sudah rebound atau bahkan naik dan rally terus, anda sudah punya bekal pengetahuan analisa teknikal yang lebih baik. Disitulah peluang cuan anda.   


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham yang Mudah Naik

Saham yang Mudah Naik

Di pasar saham, ada banyak sekali tipikal saham. Ada saham yang downtrend sebentar lalu naik lagi. Ada yang sahamnya turun berkepanjangan. Ada yang sahamnya naik terus tapi kemudian di ujung tren naik, sahamnya menjadi trendless.. 

Dan masih banyak tipikal saham, yang tentu tidak mungkin saya sebutkan satu per satu di pos ini. Soalnya kalau anda praktik trading sendiri, anda pasti nanti akan memahami apa yang saya maksudkan dengan tipikal2 saham tersebut. 

Nah, satu tipe saham yang sering diincar oleh trader, terutama swing trader dan positioning trader (trader jangka menengah) adalah saham2 yang mudah naik setelah turun drastis.

Perhatikan kata kuncinya: "Turun dratis". Anda mungkin sudah sering menemukan saham2 yang bisa technical rebound dalam jangka pendek (beberapa hari) setelah koreksi. Anda bisa praktikkan juga cara menemukan saham2 diskon dalam jangka pendek disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon.   

Namun bagaimana kalau anda menemukan kondisi market (IHSG) yang turun terus selama berbulan-bulan, di mana mayoritas saham menjadi sangat murah. Memang kondisi IHSG mengalami koreksi panjang tidaklah sering terjadi

Tentu saja kita nggak berharap IHSG koreksi panjang sampai berbulan-bulan, karena koreksi IHSG dalam waktu lama ini menunjukkan bahwa ekonomi kita maupun dunia sedang ada guncangan. 

Tetapi suka nggak suka, kita terkadang akan melalui siklus-siklus yang kurang mengenakkan ini. Kalau biasanya saya bisa dapat profit tiap bulan, pada saat terjadi koreksi IHSG yang panjang, ekonomi lesu, maka saya harus menahan diri untuk trading, bahkan sampai sebulan lebih..

Di satu sisi, sebenarnya IHSG yang turun berbulan-bulan ini justru bisa menjadi peluang yang besar untuk anda. Karena saat saham sudah BENAR-BENAR MURAH, dan IHSG pulih, maka saham-saham akan beterbangan dalam jangka waktu yang lebih panjang, bukan hanya sekedar technical rebound sesaat.  

So katakanlah saham INDF sebelum turun harganya 6.700, tapi karena IHSG lesu, INDF turun sampai 4.800. Anda bisa bayangkan dari harga 6.700 turun ke 4.800 itu turunnya nggak main2. Karena kalau koreksi biasa, umumnya saham hanya akan turun 100-300 poin. 

Namun di titik murah-murahnya harga ini, justru anda dan saya bisa menjadikan saham2 ini sebagai lumbung panen untuk jangka yang lebih panjang. Jadi kita simpan di harga yang sangat murah, dan hold saja sampai harganya bener2 terbang. 

Maka bukan tidak mungkin dalam kurun waktu lebih singkat, anda akan "kaya mendadak" karena anda dapat kenaikan harga saham yang super drastis, yang mungkin belum pernah anda dapatkan sebelumnya. 

Pasar saham kita sendiri pernah mengalami koreksi besar atau istilah MARKET CRASH / BIG CORRECTION, yaitu pada saat-saat sebagai berikut:

- Kondisi IHSG tahun 1998 (krisis moneter)
- IHSG tahun 2008 (krisis Subprime Mortgage AS dan guncangan ekonomi global)
- IHSG tahun 2015 (Akhir April - September) 
- IHSG tahun 2018 (Maret - Oktober)

Anda bisa googling2 tentang kondisi2 IHSG diatas, atau anda bisa baca-baca lagi Ulasan Market yang sering saya tulis di web Saham Gain ini.  

Memang koreksi panjang nggak sering terjadi, tapi sekali terjadi koreksi besar, nyaris semua akan akan jatuh ke titik terendahnya dalam beberapa tahun.

Pertanyaanya: Saham apa yang mudah pulih dengan cepat setelah crash market

Harus saya akui, kalau IHSG sudah pulih mayoritas saham bakalan naik lagi, nggak peduli sektor apapun itu. Soalnya mayoritas saham sudah benar2 diskon, baik secara teknikal maupun price earning ratio-nya. 

Yup, tapi tidak semua saham akan naik dengan cepat, meyakinkan, dan memberikan potensi return yang sangat besar dalam kurun waktu beberapa bulan.      

Saham-saham yang mudah naik setelah terjadi kelesuan IHSG, pada umumnya adalah saham2 yang ada di sektor: 

- Consumer goods
- Perbankan
- Beberapa saham blue chip selain sektor2 diatas  

Selama menjalani trading, saya sudah mengalami beberapa kali mengalami kondisi market crash beberapa kali, dan sektor saham2 yang saya sebutkan diatas ini adalah saham2 yang bakalan naik lebih cepat, meyakinkan, dibandingkan sektor2 lain.   

Saham2 consumer goods yang seringkali cepat pulih setelah crash market adalah: ICBP, UNVR, INDF, HMSP, GGRM. 

Saham2 perbankan yang sangat cepat pulih setelah IHSG drop: BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, BBTN. 

Beberapa sahan blue chip juga naik dengan cepat setelah IHSG pulih yaitu saham-saham: ASII dan TLKM. 

Saya pernah menyimpan beberapa saham seperti TLKM dan BBRI di harga murah ketika terjadi market crash, dan setelah market crash berakhir, saham2 ini akan naik lagi sampai diatas 30% dalam beberapa bulan.  

Bagaimana dengan sektor infrastruktur, mining, jasa, konstruksi / properti Pak Heze? Tanya anda

Seperti yang saya tuliskan, bahwa mayoritas saham yang sebelumnya koreksi tajam bakalan naik kalau IHSG sudah pulih. Namun kenaikan saham2 consumer dan perbankan ini biasanya akan lebih mantap.  

Karena kepercayaan trader/investor terhadap saham2 consumer goods itu sebenarnya cukup tinggi. Hal ini karena consumer goods akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Jika kondisi ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat akan meningkat lagi, sehingga efek pertama yang akan terkena adalah saham2 consumer goods duluan. 

Demikian juga dengan perbankan. Perbankan ini sangat 'sensitif' terhadap isu2 ekonomi. Kalau ekonomi membaik, saham2 perbankan pasti akan diborong lagi besar2an. Apalagi beberapa saham bank blue chip kita, selalu diminati oleh investor asing kalau harganya udah turun (seperti BBCA, BBRI dan kawan2). 

Jadi kalau suatu waktu kita menemukan kondisi IHSG yang turun / crash market entah alasan apapun itu, pilihlah saham2 consumer goods, saham2 perbankan itu tadi, dan anda juga bisa pilih beberapa saham blue chip seperti ASII dan TLKM untuk dikoleksi, simpan dan jual di harga yang mahal.

Nah, kalau anda udah mengalami minimal satu kali crash market atau bahkan beberapa kali seperti saya, anda pasti sudah memahami pergerakan saham2 yang potensial saat IHSG pulih. 

Untuk anda yang belum pernah mengalami downtrend panjang IHSG, setidaknya pos ini sudah memberikan gambaran pada anda untuk memilih saham.     


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.