Berapa Lama Saham Anda Bisa Naik?

Berapa Lama Saham Anda Bisa Naik?

Fluktuatifnya pasar saham membuat saham-saham yang anda tradingkan kemungkinan besar akan bergerak naik dan turun. Bisa saja saham yang anda beli langsung naik. Bisa saja saham yang anda beli turun dulu baru naik. Bisa saja saham yang yang anda beli sideways dulu, sebelum menemukan arah tren yang baru. 

Pertanyaannya, kalau saham yang anda beli naik, berapa lama jangka waktu saham anda bisa naik? Apakah ketika anda beli saham, katakanlah, ACES hari ini, apakah ACES bisa naik sampai satu minggu? Dua minggu? Satu bulan? Atau bahkan naiknya cuma bertahan satu hari saja lalu turun lagi? 

Pertanyaan2 tentang 'berapa lama saham bisa naik setelah dibeli' sering sekali saya terima dari rekan2 trader. Oleh karena itu, anda perlu memahami praktiknya. 

Kalau anda tanya berapa lama saham yang anda beli bisa naik, jawabannya bisa ada dua: 

1. Strategi (analisa saham) yang anda pakai

Jika anda menggunakan analisa2 untuk swing trading, maka saham2 yang anda pegang akan naik lebih lama ketimbang anda menggunakan analisa khusus untuk trading harian. Saya pernah membahas strategi2 trading (baik swing trading, trading harian dan lain2) disini: Buku Pilihan Trader Saham Terbaik. 

Selain itu, harus anda pahami juga bahawa tipe suatu saham juga bisa mempengaruhi. Saham2 lapis tiga mungkin bisa naik hanya dalam sehari-dua hari. Tetapi saham2 yang lebih likuid, chartnya lebih bagus, kemungkinan besar harga sahamnya bisa naik lebih lama dan smooth daripada saham2 gorengan.  

2. Pengaruh kondisi market

Tetapi ada poin yang lebih penting daripada strategi trading maupun tipe saham itu sendiri. Apakah itu? Jawabannya adalah: KONDISI MARKET.

Cepat lamanya suatu saham bisa naik, sebenarnya bisa sangat tergantung dari kondisi market yang terjadi saat itu (kondisi market disini adalah IHSG secara global, dan juga pengaruh kondisi Bursa luar negeri).       

Pada saat kondisi IHSG lagi bearish, market lagi sepi, pelaku pasar lagi banyak wait and see, kondisi IHSG lagi penuh ketidak-pastian, maka umumnya saham2 lebih banyak yang naik sesaat karena faktor technical rebound. 

Karena kondisi market lagi jelek, saham2 tersebut hanya naik beberapa saat (entah sehari-tiga hari), lalu tidak lama kemudian turun lagi. 

Sebaliknya, ketika kondisi market lagi strong bullish, banyak sentimen2 positif, pelaku pasar sedang optimis2nya dengan IHSG, maka saham2 bisa naik lebih lama. Terutama saham2 lapis satu dan dua yang sudah terdiskon banyak, bisa naik diatas satu minggu. Banyak contohnya, seperti saat IHSG pasca momen Pilpres 2014, Tax Amnesty, January Effect dan lain2. 

Terutama saham2 kelas 'ekslusif' seperti saham2 blue chip yang harganya lagi turun-turunnya, ketika market lagi bagus, saham2 tersebut bisa naik dengan jangka waktu yang lebih lama. 

Jadi anda mungkin bisa menggunakan strategi trading yang sama, analisa yang sama, tapi kalau kondisi marketnya berbeda, maka jangka waktu kenaikan saham anda tetap bisa bervariasi.

Di pos ini: Trading di Saham Breakout, saya juga sudah menuliskan beberapa skenario market yang terjadi, yang bisa mempengaruhi lama tidaknya saham2 bisa naik setelah breakout. Tapi untuk pos ini, kita nggak cuma berbicara tentang saham breakout, tapi saham naik secara keseluruhan (baik breakout, technical rebound, penerusan tren dan lain2). 

MENJADI TRADER YANG FLEKSIBEL 

Banyak trader yang selalu ingin membeli saham, dan mematok target bahwa sahamnya harus naik dalam seminggu, dua minggu barulah realisasi take profit. 

Nggak ada salahnya anda punya target2 seperti itu. Namun, lebih baik jika anda harus fleksibel juga ketika menetapkan target2 trading anda. Dalam arti, anda perlu juga untuk menganalisa kondisi IHSG saat trading. 

Kalau anda biasanya bisa beli saham dan selalu berhasil hold saham seminggu-dua minggu, lalu anda jual untung puluhan persen, target anda kemungkinan besar akan MELESET ketika kondisi market lagi strong bearish, atau ketika market lagi sepi (wait and see). 

Nah, kalau kondisi market masih bearish, pilihan yang lebih tepat adalah strategi 'hit and run', strategi akumulasi atau untuk anda yang memang masih benar2 tidak yakin, maka anda bisa wait and see, nggak usah terburu memaksakan bei saham dalam jumlah besar.  

Terkait menganalisa kondisi IHSG ini, seiring dengan berjalannya waktu, anda pasti nanti akan bisa merasakan kondisi IHSG strong bullish itu seperti bagaimana, kondisi IHSG lagi sepi, maupun IHSG yang lagi lesu.

Pelajaran berharga di pos ini: Kalau anda trading, jangan lupamkan kondisi IHSG, karena kondisi IHSG cukup berpengaruh terhadap saham (kecuali kalau anda trading di saham2 lapis tiga).  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Analisis Saham: Membaca Pergerakan Saham

Analisis Saham: Membaca Pergerakan Saham

Mempelajari pergerakan harga saham sangat penting untuk anda pahami. Sebagai trader jangka pendek maupun investor jangka panjang, pergerakan harga saham dapat menentukan reaksi anda untuk langkah trading / investasi selanjutnya. 

Pergerakan harga saham yang saya maksud di pos ini adalah: Pergerakan IHSG. Yup, kita semua tahu bahwa pergerakan IHSG ini sangat menentukan reaksi pasar, reaksi anda juga. 

Kalau IHSG anjlok, banyak yang panic selling, takut, pesimis. Kalau IHSG sedang bagus, banyak yang optimis, euforia, beli saham lebih banyak. 

Jadi anda harus bisa membaca pergerakan harga saham dan lebih dalam lagi: Memahaminya. Kalau anda tidak memahami pergerakan harga saham (IHSG), anda bisa terbawa reaksi market yang salah (panic selling). 

Di web Saham Gain ini, saya juga sudah sering menuliskan pentingnya memhami IHSG. Termasuk strategi2 menghadapi IHSG, market bearish seperti yang pernah saya update disini: EBOOK NEW EDITION - Strategi Menghadapi Pasar Saham Strong Bearish. 

Pergerakan IHSG bisa dianalogikan dengan "bola basket yang dilempar dari ketinggian tertentu". Untuk lebih jelasnya, silahkan perhatikan gambar berikut ini: 

Analogi pergerakan harga saham
Coba anda lempar bola basket katakanlah dari ketinggian 5 meter. Setelah bola jatuh, bola tersebut pasti akan memantul kembali. Analogi kedua, sekarang coba anda lempar bola basket dari tempat yang lebih tinggi, yaitu dari ketinggian 10 meter.

Baik anda melempar bola dari ketinggian 5 maupun 10 meter, bola tersebut pasti akan memantul lagi. Tetapi kekuatan pantulannya akan berbeda. Bola yang dilempar adri ketinggian 10 meter akan memberikan pantulan bola basket yang jauh lebih tinggi dibandingkan bola yang dilempar dari ketinggian 5 meter. 

Untuk memudahkannya, perhatikan dua gambar diatas. Gambar pertama, bola basket dilempar dengan ketinggian rendah. Dan gambar kedua, bola basket dilempar dari tempat yang lebih tinggi. Bola basket yang kedua (dilempar dari ketinggian yang lebih tinggi), akan menghasilkan pantulan yang lebih besar daripada yang pertama. 

Nah, analogi ini sama seperti pergerakan harga saham (IHSG). Semakin dalam IHSG turun, maka ketika IHSG, pasar saham pulih, IHSG akan naik (memantul) semakin tinggi, semakin cepat. 

Sebaliknya, kalau IHSG turunnya hanya sedikit, maka kenaikan atau reboundnya pun tidak akan setinggi saat IHSG turun banyak. 

Apa buktinya? 

Kita sudah beberapa kali menghadapi IHSG turun tajam, bahkan crash market, yaitu pada tahun 1998, 2008 dan 2015 (bukan crash market). Namun ketika market pulih, kenaikan IHSG benar-benar fantastis, banyak saham bagus yang naik puluhan-ratusan persen dalam waktu beberapa bulan. 

Bahkan setelah kejadian2 tersebut, IHSG selalu berhasil membentuk all time high. Contohnya seperti tahun 2015, di mana setelah IHSG turun sekitar 24% selama 6-7 bulan, IHSG dalam 2-3 tahun setelahnya, membentuk all time high diatas 6.500. 

Konsep ini juga berlaku sebaliknya, saat IHSG naik. Kalau IHSG sudah naik sangat tinggi (overvalued), dan IHSG sudah mulai stagnan, saat-saat itulah anda harus mulai waspada dan kurangi beli saham. 

Semakin tinggi IHSG naik, jatuhnya juga semakin tajam. Yup, konsep ini berlaku sama seperti analogi gambar diatas tadi, namun sebaliknya. 

Ini sebenarnya adalah konsep pergerakan harga saham yang sangat dasar, namun banyak yang tidak menyadarinya. Hal ini karena banyak trader saham yang pesimis, bahkan menebar fear di saat-saat IHSG sedang jatuh. 

Trader-trader banyak yang terbawa 'arus' panic dan ketakutan di market. Sehingga, justru ketika peluang datang, trader / investor tidak bisa melihat hal tersebut sebagai kesempatan untuk meraih profit yang sangat besar. 

Jadi dengan memahami konsep pergerakan harga saham ini, diharapkan kita semua bisa melihat peluang-peluang yang ada di market, termasuk menjadi trader yang lebih waspada. Artinya, kita bisa menjadi lebih peka terhadap kondisi pasar saham. 

Tentu saja, untuk membaca market yang berpotensi jatuh, atau market yang sudah overvalued, anda harus menganalisis, baik dengan pendekatan analisa fundamental maupun analisa market. 

Tapi tentu itu semua bisa anda lakukan kalau anda sering praktik trading, menganalisa market, dan belajar saham secar otodidak. Sebagai pemain saham, itu adalah tugas kita. Pelajari juga:  Belajar Saham Analisis Teknikal dan Belajar Saham Analisis Fundamental. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Analisis Saham BBRI - Teknikal & Fundamental

Analisis Saham BBRI - Teknikal & Fundamental

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) merupakan salah satu saham favorit para trader maupun investor saham, sehingga ketika saham BBRI sedang turun, BBRI banyak diincar oleh pelaku pasar. 

Pada saat BBRI sedang turun banyak, sering sekali saya mendapatkan pertanyaan dari rekan-rekan: Pak apakah saham BBRI sudah murah? Apakah BBRI bakalan turun lagi? Kalau turun, kira-kira sampai ke harga berapa?

Untuk menjawab pertanyaan apakah saham akan turun lagi atau tidak, kita akan mencoba analisa dari segi analisis teknikal dan analisis fundamental. 

ANALISIS SAHAM BBRI 

Pertama-tama kita analisis saham BBRI dari chart harga sahamnya. Perhatikan chart BBRI berikut:

Analisis saham BBRI
Pada chart diatas, saham BBRI turun dari harga 4.600 sampai 3.140 hanya dalam kurun waktu 1 bulan kurang. Penurunan ini tentu sangat drastis dan kalau dilihat menggunakan chart 6 bulanan, maka saham BBRI tampak terlihat sudah sangat murah. 

Akan tetapi, kalau kita perpanjang time frame menjadi 3 tahun (lihat chart diatas), sebenarnya masih banyak daerah / area support-supportnya. Pada chart diatas, secara teknikal BBRI masih ada support di harga-harga 2.700, 2.500, 1.900 (Tanda persegi). 

Ini artinya, di harga BBRI 3.140 (harga terakhir di chart), BBRI masih ada kemungkinan untuk turun, terutama kalau kondisi market sedang jelek, saham BBRI akan sangat rentan untuk melanjutkan penurunannya. 

Sedangkan secara fundamental, kita bisa mencoba menganalisa melalui Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Baca juga: Analisis Price Earning Ratio (PER) dan Analisis Price to Book Value (PBV).

PER BBRI saat turun dari 4.600 ke 3.140, ada di kisaran 11-12 kali. Sudah lumayan murah, namun PER BBRI masih belum dibawah 10 kali. Sedangkan PER saham-saham di sektor industri sejenis seperti BBNI dan BMRI, sudah dibawah 10 kali. Anda bisa lihat PER saham-saham big cap perbankan berikut:   

PER saham perbankan
Kemudian kita lihat dari sisi rasio PBV. PBV BBRI adalah sebesar 1,84 kali. Anda bisa lihat data perhitungan PBV BBRI berikut: 

PBV BBRI
PBV BBRI sudah mulai murah, akan tetapi PBV dapat dikatakan benar-benar undervalue, apabila nilainya 1 atau dibawah 1.
Jadi mengacu pada kedua analisis teknikal dan analisis fundamental sederhana diatas, dapat disimpulkan bahwa saham BBRI masih ada potensi turun. Selain itu, anda juga harus mempertimbangkan kondisi pasar saham. Baca juga: Saham Blue Chip yang Murah.
Kalau kondisi pasar saham sedang jelek, bearish, maka analisa-analisa diatas akan semakin mendukung kemungkinan lanjutan turunnya saham BBRI.
Dalam kondisi tersebut (apalagi jika didukung dengan market bearish), ada baiknya anda yang ingin beli saham BBRI, belilah BBRI secara bertahap (akumulasi). Anda bisa menjadi harga support-support 2-3 tahunannya sebagai acuan.
Sedangkan untuk para trader jangka pendek / harian, kalau anda menemukan saham BBRI yang turun tajam, anda bisa memanfaatkannya untuk trading harian saat technical rebound. Pelajari juga: Cara Memilih Saham Bagus untuk Intraday Trading.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pembelian Kembali (Buyback) Saham

Pembelian Kembali (Buyback) Saham

Pembelian kembali saham alias buyback adalah salah satu aksi korporasi yang dilakukan perusahaan go public dengan cara membeli kembali saham yang beredar di market. 

Buyback saham biasanya dilakukan ketika harga saham perusahaan turun tajam, sehingga ketika perusahaan membeli kembali saham2nya yang turun, diharapkan harga saham bisa naik lagi (karena banyak permintaan). 

Selain itu, ketika perusahaan melakukan buyback, hal ini diharapkan bisa kembali meningkatkan kepercayaan para trader saham untuk membeli saham tersebut, sehingga harganya bisa naik. 

Kalau anda ingin lebih paham penjelasan buyback, saya sudah pernah menuliskan secara detail mengenai penjelasan buyback saham. Anda bisa pelajari lagi tulisan saya disini: Apa itu Buyback Saham?

Di pos ini, kita tidak akan bahas teori buyback lagi, tapi kita akan masuk ke praktiknya di pasar saham. 

Buyback seringkali dilakukan oleh perusahaan2 go public ketika IHSG turun tajam (otomatis banyak saham yang harganya jatuh) karena sentimen2 negatif. Pada saat-saat tersebut, aksi buyback saham biasanya dianjurkan secara langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada emiten2, dengan tujuan untuk menjaga harga saham agar tidak jatuh terlalu dalam. 

Hal ini pernah terjadi di tahun 2015 (saat ekonomi lesu). Saat saham-saham berjatuhan selama kurang lebih 4 bulan, akhirnya OJK turun tangan mengedarkan surat yang mengajurkan emiten2 untuk melakukan buyback saham. 

Selain itu, di awal tahun 2020 (saat wabah virus Corona), banyak harga saham berjatuhan, dan OJK juga mengeluarkan kebijakan buyback saham melalui surat OJK (siaran pers) kepada seluruh perusahaan go public di Indonesia. Ini salah satu contoh surat kebijakan buyback saham dari OJK:  
Pembelian kembali saham
OJK menganjurkan perusahaan2 untuk melakukan buyback tanpa harus melalui RUPS. Namun biasanya tidak semua perusahaan melakukan buyback saham. Umumnya, perusahaan2 blue chip dan emiten2 plat merah (BUMN) yang rajin melakukan buyback ketika harga saham. 

"Lalu apa dampaknya ke harga saham? Apakah dengan buyback harga saham perusahaan bisa naik lagi?"

Salah satu surat buyback saham diatas dikeluarkan tanggal 9 Maret 2020, pada saat itu IHSG lagi jatuh-jatuhnya. Setelah itu, penutupan indeks AS (Dow Jones, Nasdaq dan SP500) ternyata malam harinya juga masih turun sampai -7% lebih. 

Tapi tanggal 10 Maret 2020, saat sesi pre-opening, IHSG ternyata menguat 0,25%. Dan setelah market berjalan (open), IHSG masih naik terus sampai 2,3%. Kenaikan yang fantastis di tengah sentimen negatif dan jatuhhnya bursa AS. 

Jadi kesimpulannya, buyback saham ini memang benar-benar bisa memberikan efek positif ke harga saham, yang bisa membuat saham-saham technical rebound dan diborong oleh trader jangka pendek... 

Hal ini juga terbukti cukup efektif di tahun 2015 saat buyback. Setelah berita anjuran buyback dari OJK, penurunan harga saham lumayan bisa tertahan. 

Jadi sesuai tujuannya, buyback itu dilakukan untuk menekan penurunan harga saham agar tidak jatuh terlalu dalam. Setidaknya ada rebound kencang di tengah penurunan market.   

"Berarti kalau ada berita buyback saham saat saham2 turun kita siap2 beli saham yang banyak ya Pak Heze?" Tanya anda.. 

Tunggu dulu... Kita harus analisa lagi lebih dalam. Sebenarnya kenaikan harga saham karena berita buyback itu hanya terjadi dalam jangka pendek saja. 

Kembali pada kasus diatas... Kalau OJK mengeluarkan surat anjuran buyback tanggal 9 Maret 2020, dan kemudian tanggal 10 Maret 2020 tiba2 IHSG langsung naik kencang, kenaikan harga saham ini bukanlah dikarenakan perusahaan2 melakukan buyback saat itu juga. 

Logikanya, mana mungkin perusahaan2 langsung melakukan buyback dalam jumlah besar hanya dalam waktu kurang dari sehari setelah surat OJK keluar? 

Jadi kenaikan harga saham pasca berita buyback muncul ini sebenarnya lebih dikarenakan EUFORIA PASAR, dan euforia pasar itu biasanya hanya terjadi dalam jangka pendek. 

Karena berita buyback ini, pasar saham jadi lebih optimis dan punya harapan tinggi bahwa perusahaan2 akan buyback, sehingga harga saham bisa mulai naik dan saham2 mulai bisa dimanfaatkan untuk trading.

Nah, kalau nanti banyak emiten benar2 melakukan buyback, hal ini bisa menekan harga saham agar tidak turun terlalu banyak. 

Tapi lebih penting dari itu semua adalah, kita harus tetap mencermati sentimen2 negatif yang sedang terjadi saat itu, karena berita buyback itu hanyalah 'hiburan' sesaat. 

Kalau pasar saham memang masih lesu, tidak ada sentimen positif, kenaikan harga saham biasanya tidak akan bertahan lama.

Artinya, dalam kondisi seperti itu, anda sebaiknya tidak terburu membeli saham dalam jumlah besar hanya karena IHSG naik sebentar. Kalau anda ingin trading, belilah saham dalam jumlah kecil dan tradinglah di saham2 yang mudah rebound yang harganya sudah murah. 

Dan di dalam kondisi pasar saham turun, anda bisa mempertimbangkan untuk trading jangka pendek atau biasa saya sebut 'hit and run'. Pelajari juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah. 

Tapi kalau anda adalah tipikal trader yang tidak suka trading jangka pendek, dan ragu-ragu untuk trading di saat pasar saham masih belum pulih, wait and see adalah strategi terbaik untuk anda. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pembelian Kembali (Buyback) Saham

Pembelian Kembali (Buyback) Saham

Pembelian kembali saham alias buyback adalah salah satu aksi korporasi yang dilakukan perusahaan go public dengan cara membeli kembali saham yang beredar di market. 

Buyback saham biasanya dilakukan ketika harga saham perusahaan turun tajam, sehingga ketika perusahaan membeli kembali saham2nya yang turun, diharapkan harga saham bisa naik lagi (karena banyak permintaan). 

Selain itu, ketika perusahaan melakukan buyback, hal ini diharapkan bisa kembali meningkatkan kepercayaan para trader saham untuk membeli saham tersebut, sehingga harganya bisa naik. 

Kalau anda ingin lebih paham penjelasan buyback, saya sudah pernah menuliskan secara detail mengenai penjelasan buyback saham. Anda bisa pelajari lagi tulisan saya disini: Apa itu Buyback Saham?

Di pos ini, kita tidak akan bahas teori buyback lagi, tapi kita akan masuk ke praktiknya di pasar saham. 

Buyback seringkali dilakukan oleh perusahaan2 go public ketika IHSG turun tajam (otomatis banyak saham yang harganya jatuh) karena sentimen2 negatif. Pada saat-saat tersebut, aksi buyback saham biasanya dianjurkan secara langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada emiten2, dengan tujuan untuk menjaga harga saham agar tidak jatuh terlalu dalam. 

Hal ini pernah terjadi di tahun 2015 (saat ekonomi lesu). Saat saham-saham berjatuhan selama kurang lebih 4 bulan, akhirnya OJK turun tangan mengedarkan surat yang mengajurkan emiten2 untuk melakukan buyback saham. 

Selain itu, di awal tahun 2020 (saat wabah virus Corona), banyak harga saham berjatuhan, dan OJK juga mengeluarkan kebijakan buyback saham melalui surat OJK (siaran pers) kepada seluruh perusahaan go public di Indonesia. Ini salah satu contoh surat kebijakan buyback saham dari OJK:  
Pembelian kembali saham
OJK menganjurkan perusahaan2 untuk melakukan buyback tanpa harus melalui RUPS. Namun biasanya tidak semua perusahaan melakukan buyback saham. Umumnya, perusahaan2 blue chip dan emiten2 plat merah (BUMN) yang rajin melakukan buyback ketika harga saham. 

"Lalu apa dampaknya ke harga saham? Apakah dengan buyback harga saham perusahaan bisa naik lagi?"

Salah satu surat buyback saham diatas dikeluarkan tanggal 9 Maret 2020, pada saat itu IHSG lagi jatuh-jatuhnya. Setelah itu, penutupan indeks AS (Dow Jones, Nasdaq dan SP500) ternyata malam harinya juga masih turun sampai -7% lebih. 

Tapi tanggal 10 Maret 2020, saat sesi pre-opening, IHSG ternyata menguat 0,25%. Dan setelah market berjalan (open), IHSG masih naik terus sampai 2,3%. Kenaikan yang fantastis di tengah sentimen negatif dan jatuhhnya bursa AS. 

Jadi kesimpulannya, buyback saham ini memang benar-benar bisa memberikan efek positif ke harga saham, yang bisa membuat saham-saham technical rebound dan diborong oleh trader jangka pendek... 

Hal ini juga terbukti cukup efektif di tahun 2015 saat buyback. Setelah berita anjuran buyback dari OJK, penurunan harga saham lumayan bisa tertahan. 

Jadi sesuai tujuannya, buyback itu dilakukan untuk menekan penurunan harga saham agar tidak jatuh terlalu dalam. Setidaknya ada rebound kencang di tengah penurunan market.   

"Berarti kalau ada berita buyback saham saat saham2 turun kita siap2 beli saham yang banyak ya Pak Heze?" Tanya anda.. 

Tunggu dulu... Kita harus analisa lagi lebih dalam. Sebenarnya kenaikan harga saham karena berita buyback itu hanya terjadi dalam jangka pendek saja. 

Kembali pada kasus diatas... Kalau OJK mengeluarkan surat anjuran buyback tanggal 9 Maret 2020, dan kemudian tanggal 10 Maret 2020 tiba2 IHSG langsung naik kencang, kenaikan harga saham ini bukanlah dikarenakan perusahaan2 melakukan buyback saat itu juga. 

Logikanya, mana mungkin perusahaan2 langsung melakukan buyback dalam jumlah besar hanya dalam waktu kurang dari sehari setelah surat OJK keluar? 

Jadi kenaikan harga saham pasca berita buyback muncul ini sebenarnya lebih dikarenakan EUFORIA PASAR, dan euforia pasar itu biasanya hanya terjadi dalam jangka pendek. 

Karena berita buyback ini, pasar saham jadi lebih optimis dan punya harapan tinggi bahwa perusahaan2 akan buyback, sehingga harga saham bisa mulai naik dan saham2 mulai bisa dimanfaatkan untuk trading.

Nah, kalau nanti banyak emiten benar2 melakukan buyback, hal ini bisa menekan harga saham agar tidak turun terlalu banyak. 

Tapi lebih penting dari itu semua adalah, kita harus tetap mencermati sentimen2 negatif yang sedang terjadi saat itu, karena berita buyback itu hanyalah 'hiburan' sesaat. 

Kalau pasar saham memang masih lesu, tidak ada sentimen positif, kenaikan harga saham biasanya tidak akan bertahan lama.

Artinya, dalam kondisi seperti itu, anda sebaiknya tidak terburu membeli saham dalam jumlah besar hanya karena IHSG naik sebentar. Kalau anda ingin trading, belilah saham dalam jumlah kecil dan tradinglah di saham2 yang mudah rebound yang harganya sudah murah. 

Dan di dalam kondisi pasar saham turun, anda bisa mempertimbangkan untuk trading jangka pendek atau biasa saya sebut 'hit and run'. Pelajari juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah. 

Tapi kalau anda adalah tipikal trader yang tidak suka trading jangka pendek, dan ragu-ragu untuk trading di saat pasar saham masih belum pulih, wait and see adalah strategi terbaik untuk anda. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pasar Saham Turun, Siapkah Anda?

Pasar Saham Turun, Siapkah Anda?

Pada saat harga saham naik, banyak trader yang mendapatkan profit. Namun jika kondisinya adalah sebaliknya: IHSG turun, bagaimana strategi trading yang tepat? 

Ada banyak penyebab mengapa IHSG turun. Biasanya ada 2 penyebab utama. Pertama, IHSG turun karena koreksi normal. Kedua, IHSG turun karena sentimen negatif dan berita-berita jelek yang melanda pasar saham dunia, sehingga IHSG turut terkena imbasnya. Baca juga: Analisis Saham: 2 Penyebab IHSG Turun

Ketika IHSG koreksi normal, kita bisa menggunakan strategi trading yang umum, yaitu membeli saham-saham bagus di harga diskon yang mudah naik jangka pendek. Saya pernah membahas cara-cara menemukan saham murah secara teknikal disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah. 

Namun jika IHSG sedang dalam kondisi strong bearish, membeli saham yang turun tentu akan berisiko, karena saham2 yang kelihatannya turun, masih berpotensi untuk turun lagi. 

Oleh karena itu, dalam kondisi pasar saham yang strong bearish, anda harus memiliki strategi trading dan persiapan yang matang. Anda harus memiliki seni bagaimana menghadapi pasar saham yang sesungguhnya, karena ketika berhadapan dengan market, kita tidak hanya menghadapi hal-hal yang bagus, namun kita juga menghadapi kondisi di mana pasar saham bakalan bearish, bahkan strong bearish. 

Ada strategi2 yang harus anda lakukan agar anda bisa menghadapi pasar saham bearish dan tidak terjebak dalam kerugian yang besar.  

Di web Saham Gain ini, anda bisa mendapatkan praktik, strategi dan seni trading bagaimana cara menghadapi pasar saham ketika strong bearish melalui Ebook Panduan Memilih Saham Bagus. 

Dan beberapa waktu lalu, materinya sudah saya update disini dengan materi strategi & seni trading saat pasar saham bearish. Anda bisa mendapatkannya disini: 
Ebook Saham New Edition: Strategi Trading Saat IHSG Bearish

Jadi pada ebook panduan memilih saham bagus NEW EDITION ini anda akan mempraktikkan langsung strategi dan seni menghadapi pasar saham bearish terutama pada hal-hal berikut: 
  • Cara menganalisa IHSG yang berpotensi turun tajam / strong bearish.
  • Strategi trading & screening saham saat market saham sedang turun.
  • Strategi menemukan peluang trading di tengah market bearish.
  • Keputusan trading saat market bearish: Cut loss, hold atau averaging? 
  • Seni-seni trading untuk menghadapi market yang bearish. 
  • Disertai studi kasus dan pengalaman pribadi penulis dalam trading.
Seluruh studi kasus ini sudah disertai pengalaman penulis pribadi dalam menghadapi beberapa kali kondisi market strong bearish. 

Ilmu dan seni menghadapi pasar saham strong bearish ini bisa anda terapkan terus sampai kapanpun. Jika suatu saat pasar saham mengalami strong bearish lagi, anda sudah tahu apa yang harus dilakukan. 

Kalau anda selama ini sering menghadapi pasar saham bearish, namun anda tidak tahu cara menghadapinya. Anda shock karena pasar saham terkadang tidak sesuai dengan apa yang digembar-gemborkan diluar.  

Kalau anda sering dianjurkan untuk membeli software puluhan juta, mengikuti grup premium saham yang "pasti cuan", namun ternyata kenyataannya tidak seindah itu.... 

Kini saatnya anda harus bisa melihat realita pasar saham yang sesungguhnya, dan anda harus bisa menghadapi DENGAN CARA YANG BENAR. 

Pasar saham Indonesia beberapa kali menghadapi market strong bearish yaitu di tahun 1998 (krisis moneter), 2008 (subprime mortgage), 2015, 2020 (wabah virus Corona), di mana tahun 1998 dan 2008 kita menghadapi crash market. 

Chart IHSG saat wabah virus Corona 

Memang secara historis, kita tidak terlalu menghadapi pasar saham strong bearish. Namun justru saat-saat seperti itulah, banyak trader saham yang modalnya habis (bangkrut) dan akhirnya berhenti total dari trading. 

Karena banyak trader yang termakan 'janji-janji surga' dapat profit di pasar saham itu gampang, hanya beli software, hanya ikut grup premium, akhirnya trader tidak memahami seni menganalisa saham sesungguhnya. Sayang sekali kan?   

Jadi pelajarilah dan praktikkan ilmu-ilmu untuk menghadapi market, supaya modal trading anda bisa berkembang dalam jangka panjang. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Dampak Virus Corona terhadap Pasar Saham

Dampak Virus Corona terhadap Pasar Saham

Wabah virus Corona yang melanda dunia pada awal tahun 2020, membuat pasar saham benar-benar jatuh. Virus Corona pertama kali terjadi di Wuhan, China. Namun penyebaran virus Corona ini terus meluas ke luar negeri dan Indonesia juga kena dampaknya. 

Sebenarnya dulu kita juga beberapa kali digemparkan dengan virus Ebola, virus Sars tahun 2002 dan virus Mers. Tapi harus saya akui, virus Corona kali ini 'berbeda', dan benar-benar membuat masyarakat dan dunia panik, sehingga pengaruhnya ke pasar saham sangatlah besar. 

Yup, karena kita tahu bahwa penyebaran virus Corona ini sangat mudah dan cepat melalui kontak dengan orang lain yang terinfeksi virus tersebut. Inilah yang membuat masyarakat semakin waspada terhadap wabah tersebut. 


Penurunan IHSG saat wabah Virus Corona

Nah, saya sering mendapatkan pertanyaan seperti ini: "Pak Heze, kenapa virus Corona membuat IHSG jatuh? Apa dampaknya virus Corona ke IHSG? Bukankah dulu juga ada wabah virus-virus lain, tapi dampaknya ke IHSG tidak terlalu besar?" 

Pertama, wabah virus Corona dapat mengguncang dunia usaha (perekonomian dunia), sehingga kalau perekonomian negara-negara turun alias melambat, para investor saham akan berpikir lagi untuk berinvestasi saham. Investor pasti akan menunggu situasi ekonomi membaik, baru kemudian berani berinvestasi. 

Kedua, wabah virus Corona membuat negara-negara menghentikan / mengurangi impor barang-barang dari Tiongkok. Dan Indonesia sudah menerapkan hal tersebut. Menurut data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Indonesia, impor Indonesia ke Tiongkok berkurang sekitar 51% satu bulan sejak wabah virus Corona. 

Padahal, tidak sedikit perusahaan di Indonesia yang bahan bakunya berasal dari Tiongkok. Kalau impor dari Tiongkok dikurangi secara drastis, hal ini akan sangat mempengaruhi operasi dan omzet perusahaan. . 

Ketiga, kegiatan bisnis terhambat. Ada banyak contoh yang bisa kita lihat sehari-hari. Anda bisa perhatikan perusahaan2 penerbangan, perusahaan jasa (menyediakan tiket pesawat) yang sudah mulai mengalami penurunan omzet karena untuk sementara waktu banyak orang yang mengurangi mobilitas. 

Di sekitar anda, mungkin anda banyak menemukan perusahaan yang omzetnya turun, PHK karena dampak virus Corona membuat perusahaan tidak bisa beroperasi secara maksimal

Selain itu, kegiatan bisnis antar negara juga pasti akan terhambat. Karena dengan wabah virus Corona ini, mobilitas masyarakat (untuk menjalankan bisnis ke antar negara) juga akan terhalang. 

Dampak virus Corona ini juga diperkirakan akan menggerus pertumbuhan ekonomi Tiongkok, dan tentu saja hal ini juga akan mempengaruhi hubungan bisnis dengan negara lain. 

Jadi sebenarnya dunia bisnis, dunia ekonomi antar negara itu saling berhubungan satu dengan yang lain 

Itulah kenapa kalau perekonomian suatu negara (terutama negara-negara besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat) sedang goncang, maka hal ini akan turut mempengaruhi ekonomi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Dan pada akhirnya hal tersebut akan berdampak pada pasar saham. 

Yup, jadi Indonesia dengan negara-negara lain memiliki hubungan mutualisme (saling menguntungkan) dalam bidang kerja sama ekonomi, investasi dan perdagangan. Kita banyak melakukan kegiatan impor dari Tiongkok, misalnya impor baja, impor aluminium, barang2 mesin dan lain2. 

Barang impor Indonesia dari Tiongkok - Klik gambar untuk memperbesar. Sumber: Cnbcindonesia.com
Dan semua ini kembali lagi.... Kalau perekonomian negara terganggu, maka Indonesia akan terkena dampaknya. Akibatnya, banyak perusahaan yang tidak bisa membukukan laba bersih dan omzet seperti yang diharapkan, sehingga investor saham akan berpikir untuk membeli saham2 di Indonesia. 

Jadi melalui pos ini, kita semua sudah paham dampak virus Corona terhadap pasar saham. Dampaknya sangat besar dan tidak main-main. Kita sudah lihat bagaimana IHSG turun tajam akibat wabah Virus Corona. 

Tapi tentu saja, kita pasti akan melalui ujian tersebut. Ada masanya IHSG jatuh, ada masanya IHSG dan perekonomian berjaya kembali. 

Kalau kita menghadapi sentimen dan berita-berita negatif yang sangat mempengaruhi pasar saham, maka ada baiknya anda harus mengurangi porsi trading dan beli saham. Kita sudah membahasnya di tulisan berikut: Strategi Trading Saham Saat Turun. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Strategi Trading Saat Saham Turun

Strategi Trading Saat Saham Turun

Untuk rekan-rekan yang ingin mempelajari lebih banyak strategi2 menghadapi market saat strong bearish, beberapa waktu lalu, saya juga update ebook saham yang saya isi dengan strategi2 bagaimana cara menghadapi market saham yang sedang strong bearish dan strategi tradingnya. Anda bisa dapatkan disini: Ebook Saham New Edition: Strategi Trading Saat IHSG Bearish.

Kalau rekan-rekan sudah memiliki ebooknya (Ebook Panduan Memilih Saham Bagus), anda bisa mendapatkan free updatenya (langsung saya kirimkan via email). Rekan trader yang sudah mempraktikkan strategi2 trading & screening saham saat IHSG bearish: 

Terima kasih Pak Heze untuk materi updatenya, sangat membantu terutama ketika menghadapi kondisi "strong bearish" sebagaimana saat ini dan kemungkinan besar akan bertemu lagi di lain waktu dengan faktor pemicu lain.

Jadi di update ebook tersebut, anda akan mempraktikkan lebih banyak: 
  • Cara menganalisa IHSG yang berpotensi turun tajam / strong bearish.
  • Strategi trading & screening saham saat market saham sedang turun.
  • Strategi menemukan peluang trading di tengah market bearish.
  • Keputusan trading saat market bearish: Cut loss, hold atau averaging? 
  • Seni-seni trading untuk menghadapi market yang bearish. 
  • Disertai studi kasus dan pengalaman pribadi penulis dalam trading.
Sehingga anda bisa memiliki seni yang sebenarnya dalam menghadapi pasar saham, karena banyak trader yang bangkrut, modalnya habis akibat gegabah dalam mengambil keputusan trading saat pasar saham bearish. 

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Di pasar saham kita tidak hanya menghadapi hal-hal yang bagus. Ajakan-ajakan yang memberikan anda iming2 "pasti untung di saham" tidak seindah kenyataannya, karena kita pasti juga menghadapi market yang bearish. 

Jadi, anda harus bisa menerapkan seni trading yang benar, supaya anda bisa mengambil keputusan yang baik dan memetik profit di saat IHSG sudah bullish nantinya. 

Harga saham turun merupakan kesempatan dan peluang anda untuk membeli saham-saham di harga murah dan diskon. Pada saat saham turun, anda bisa mendapatkan saham2 dengan jumlah lot lebih banyak dan menjualnya di harga lebih tinggi. Ibarat anda membeli barang dengan harga diskon. 

Namun bagaimana kalau penurunan harga saham ini terjadi secara drastis? Dan yang turun bukan hanya beberapa saham, tetapi IHSG anjlok, mayoritas saham jatuh. Intinya, IHSG mengalami kondisi STRONG BEARISH. 

Apakah strategi tradingnya sama dengan ketika saham-saham sedang koreksi normal biasa? Well, i don't think so. Berdasarkan pengalaman saya pribadi, jika kita terburu membeli saham saat IHSG strong bearish, maka mayoritas saham bakalan turun terus. Pelajari juga tulisan saya disini: 2 Penyebab IHSG Turun

Jadi strategi trading kita saat IHSG koreksi biasa dengan IHSG strong bearish tentu saja berbeda. Untuk kondisi IHSG turun tajam, ada baiknya anda pertimbangkan beberapa hal berikut: 

1. Kurangi porsi trading 

Saat pasar saham strong bearish, ada baiknya anda mempertimbangkan untuk kurangi porsi trading. Semakin banyak anda trading, maka risikonya semakin besar. 

Hal ini karena saham2 saat strong bearish masih berpotensi untuk turun lebih banyak, walaupun kelihatannya saham-saham sudah banyak yang turun dan terlihat murah. Porsi trading harus anda kurangi dan jika anda memutuskan trading, tradinglah dengan modal kecil untuk meminimalkan risiko.  

2. Manfaatkan trading cepat & analisa momentum

Trading di saat IHSG strong bearish bisa anda lakukan dengan memanfaatkan momentum rebound. Karena sebanyak apapun turunnya saham, tidak setiap hari IHSG akan turun. 

Ada saat-saat di mana IHSG mengalami rebound. Inilah yang bisa anda manfaatkan untuk trading. Dan di saat kondisi market belum mendukung  untuk trading, ada baiknya anda memanfaaktna momen trading cepat / intraday trading. 

Yup, yang saya maksud adalah buy and sell di hari yang sama atau 1-2 hari trading. Pelajari juga: Teknik Beli Saham Pagi Jual Sore - Trading Harian

Hal ini karena dalam kondisi IHSG bearish, kenaikan saham tidak bertahan lama dan penurunan harga saham akan lebih tajam dibandingkan technical rebound, sehingga strategi buy and hold kurang tepat diterapkan dalam kondisi market yang bearish. 

Selain itu, untuk anda yang punya tipikal trading menitan, anda bisa menerapkan strategi scalping trading saat market bearish. Pelajari juga: Cara Trading Cepat 15 Menit - Scalping Trading. 

Namun strategi scalping cukup berisiko, sehingga ada baiknya anda menggunakan modal kecil (maksimal 10% modal) dan disiplin dalam take profit. 

3. Wait and see

Jika IHSG sedang turun dan belum ada sinyal kenaikan saham-saham pilihan anda, ada baiknya anda wait and see dan tidak perlu memaksakan trading saham. 

Trading saham tidak harus dilakukan setiap hari, setiap saat. Setiap market buka, pasti ada kesempatan untum meraih profit. Anda tidak perlu menyesal jika tidak trading di hari tersebut. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Analisis Teknikal Sektor Saham

Analisis Teknikal Sektor Saham

Beberapa waktu lalu ada rekan trader yang bertanya melalui email. Pertanyaanya sebagai berikut: 

"Selamat sore pak Heze. Pak apakah kita bisa mengetahui analisis teknikal sektor-sektor saham? Kalau saham kita bisa melihat analisis teknikalnya. Apakah sektor, misalnya sektor finance, apakah ada analisis teknikalnya karena tidak ada kodenya?"

Banyak rekan-rekan yang ingin mengamati analisa teknikal dari satu sektor saham tertentu namun belum memahami caranya. Sebenarnya melalui software online trading, anda bisa melihat analisa teknikal seluruh sektor saham. 

Untuk bisa melihat analisis teknikal sektor saham, pertama-tama anda harus memahami kode setiap sektor saham. Di pasar saham Indonesia, ada 10 sektor saham utama.  

Saya sudah pernah menuliskan kode sektoral saham lengkap (10 sektor utama di Bursa Efek Indonesia) pada pos berikut ini: 10 Sektor Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Jadi kalau anda ingin melihat analisis teknikal seluruh perusahaan di sektor keuangan, anda tinggal ketikkan kode saham sektoralnya yaitu FINANCE. Kalau anda ingin melihat analisis teknikal di sektor manufaktur, ketikkan kode sektoralnya yaitu MANUFACTUR. Lalu akan muncul analisis grafiknya. Contohnya seperti berikut ini: 

Grafik saham sektor Finance

Grafik saham sektor manufaktur
PENTINGNYA ANALISIS TEKNIKAL SEKTOR SAHAM 

Tidak semua trader melihat analisa teknikal sektor saham. Biasanya kalau kita trading, kita akan melihat langsung saham-saham spesifik yang akan kita incar.

Namun sebagian trader / investor mungkin membutuhkan analisis sektor saham. Analisis sektor saham berguna untuk MELIHAT ANALISA TREN SEKTOR SAHAM TERTENTU. 

Sektor saham yang sedang lesu, biasanya memiliki tren turun yang tajam dan diikuti dengan saham2 di sektor tersebut yang downtrend dalam jangka pendek-menengah. Hal ini pernah terjadi pada sektor pertambangan (Kode saham sektoralnya: MINING). 

Sehingga kalau anda ingin melihat lesu tidaknya suatu sektor saham melalui analisis teknikalnya, sebagai dasar untuk membeli saham di sektor tersebut (untuk disimpan selama 1 bulan lebih), anda bisa melihatnya melalui cara-cara yang sudah saya sebutkan diatas tadi.  

Selain itu, kalau mayoritas saham di sektor tertentu harganya pada turun terus, atau pergerakannya tidak seperti biasanya, maka ada baiknya anda lihat tren sektoralnya seperti apa dan berita-berita yang ada di sektor tersebut, sehingga anda bisa memutuskan apakah modal trading anda, akan anda tradingkan lebih banyak di sektor tersebut atau tidak. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Belajar Saham: Beli Saham Berdasarkan IHSG

Belajar Saham: Beli Saham Berdasarkan IHSG

Kalau anda ingin trading saham, anda mungkin sering mendengar anjuran seperti ini: "Trading saham itu nggak perlu lihat IHSG. Yang perlu dilihat adalah analisa teknikalnya. Kalau IHSG turun, tapi analisa teknikal saham mendukung, itulah saham yang bagus untuk dibeli".

Saya setuju dengan pendapat tersebut (banyak juga trader yang mengatakan hal tersebut). Logikanya, kalau anda ingin membeli saham PGAS misalnya, maka ya anda harus analisa saham PGAS (chart / analisa teknikal), bukan menganalisa IHSG. IHSG kan gabungan pergerakan semua saham di Bursa Efek, bukan hanya saham PGAS saja. 

Saya pribadi juga sering menemukan saham2 yang bisa naik saat IHSG turun, demikian juga dengan rekan-rekan trader lainnya. 

Tapi tentu saja anggapan "trading tidak perlu lihat IHSG" itu tidak selamanya benar. Karena berdasarkan pengalaman saya pribadi, menganalisa pergerakan IHSG itu sangat perlu, terutama kalau anda mengincar saham-saham yang pergerakannya cenderung mengikuti IHSG. 

Saham-saham apakah itu? Jawabannya adalah saham2 blue chip, saham2 LQ45 dan saham2 indeks IDX80. Yup, saham2 tersebut naik-turunnya cenderung searah dengan IHSG. Dan saham2 yang pergerakannya searah dengan IHSG, umumnya adalah saham2 yang likuid. 

Artinya, kalau IHSG sedang naik, saham2 tersebut akan cenderung naik juga. Sebaliknya, kalau IHSG turun sangat banyak, saham2 tersebut juga berpotensi jatuh. 

IHSG

Saham ASII

Contoh saham ASII yang chartnya kurang lebih sama dengan pergerakan IHSG. Jadi kalau memang prioritas anda adalah mengincar saham2 likuid, banyak ditradingkan, maka anda perlu menganalisa juga pergerakan IHSG. 

Ada banyak penyebab naik turunnya IHSG. Kalau anda mempelajari pergerakan IHSG, berarti anda harus mempelajari sentimen2 apa saja yang saat itu berada di pasar saham, yang bisa mempengaruhi pergerakan mayoritas harga saham. Baca juga: 2 Penyebab Turunnya IHSG. 

Kalau saat itu banyak sentimen negatif, IHSG cenderung downtrend, pasar saham sehari naik, turunnya bisa sampai 3-4 hari, maka bisa pertimbangkan untuk wait and see atau membeli saham lebih sedikit (kalau memang anda mengincar saham2 yang cenderung searah dengan IHSG). 

Karena kalau IHSG sedang merah padam, dan anda memaksakan beli saham banyak dengan asumsi saham-saham sudah murah, kemungkinan besar saham yang anda beli akan turun lagi. 

Disini: Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal, saya juga sudah menjelaskan momentum2 terbaik untuk trading berdasarkan analisis teknikal dan IHSG / analisa market. Anda bisa pelajari dan terapkan. 

Itulah kenapa di web Saham Gain ini, terutama di halaman: Rekomendasi Saham, saya sering memberikan saran pada anda untuk selalu mencermati kondisi market (IHSG) termasuk indeks luar negeri terutama Dow Jones ketika anda ingin trading. 

"Oke, lalu sampai sebatas mana IHSG turun kita tetap boleh trading Pak Heze?" Tanya anda 

Nah ini pertanyaan bagus. Anda bisa tetap pertimbangkan trading kalau IHSG hanya koreksi normal, dalam arti sedang tidak banyak sentimen negatif yang membuat IHSG lesu (turun terus) dan transaksi saham jadi sepi. 

Untuk mengetahui hal ini, anda harus sering mengamati market, dan pelajari chart / teknikal IHSG itu sendiri. Dengan cara tersebut, anda akan mengetahui kondisi-kondisi IHSG yang turun karena koreksi dan IHSG turun karena sentimen2 jelek yang menyebabkan transaksi di pasar saham jadi cenderung sepi. 

Selain itu, tentu saja anda juga harus perhatikan analisa teknikal saham-saham pilihan anda secara spesifik, dan manfaatkan technical rebound. Anda bisa pelajari disini: Technical Rebound Saham. 

Tidak selamanya IHSG bagus untuk menjadi patokan dan analisa sebelum trading. Kalau anda adalah tipikal trader yang suka membeli saham yang pergerakannya cenderung berlawanan dengan arah IHSG... 

Contohnya seperti saham-saham gorengan / saham lapis tiga, maka anda sama sekali tidak perlu memperhatikan IHSG.. Mau IHSG naik atau turun, tetap ada saham-saham gorengan yang bisa naik puluhan persen. Tapi ingatlah juga bahwa saham2 gorengan risikonya besar (high risk). 

Kesimpulannya, di dalam trading anda harus tetap perhatikan dan pelajari kondisi pasar saham / IHSG (terutama untuk anda yang membeli saham yang punya korelasi positif dengan IHSG). Pergerakan lesu tidaknya IHSG juga menentukan reaksi market untuk membeli saham.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.