CUT LOSS, Antara Perlu dan Tidak

CUT LOSS, Antara Perlu dan Tidak

CUT LOSS adalah bagian yang sangat sangat penting dalam aktivitas trading Anda, baik itu trading saham maupun trading forex. Sesuai namanya, definisi cut loss berarti membatasi kerugian dengan cara menjual saham tersebut rugi. Cut loss ternyata menjadi bahan perdebatan di kalangan trader.

Belakangan ini, saya mendapat PM dari facebook maupun rekan2 yang email ke saya mengenai cut loss. "Kenapa kita harus lakukan cut loss dalam trading, kok sahamnya nggak di-hold saja sampai kita cuan?" 

Memang benar, dan saya sudah pernah mengalami sendiri, bahwa saham2 yang harganya turun dan tidak saya jual, saya hold saja sampai harga sahamnya naik lagi. Harganya malah balik naik lagi dan pas saya jual ternyata CUAN. Coba kalau saya cut loss waktu itu, saya nggak akan dapat cuan malahan saya rugi.

So, kalau dapat saya katakan sebenarnya Anda boleh hold saham2 Anda yang turun, nggak perlu cut loss. Toh, harga sahamnya cepat atau lama kebanyakan akan balik lagi ke harga semula, TERUTAMA kalau kondisi pasar saham dalam keadaan sedang dihujani oleh berita-berita postif yang menyebabkan strong bullish, biasanya saham2 yang harganya jatuh / terdiskon bisa naik lagi ke harga semula pada waktu Anda membeli bahkan bisa naik lebih kencang lagi.  

"Lho, tapi bukannya Pak Heze selalu menekankan untuk selalu melakukan CUT LOSS, CUT LOSS dan CUT LOSS kalau harga saham terus turun melebihi batas harga yang sudah kita tetapkan?"  

Dalam beberapa (sedikit) kasus, saya memang menyarankan Anda untuk hold saham2 tertentu ketika harganya turun dan tidak perlu terburu melakukan cut loss. Toh, kalau Anda mau sedikit menunggu harga saham rebound, Anda nggak perlu rugi kan? 

"Berarti Pak Heze, cut loss itu tidak diperlukan ya dalam trading?"

Kalau Anda membaca pos saya ini, jangan terburu menyimpulkan kalau cut loss itu nggak diperlukan dalam trading. Cut loss tetap diperlukan dan bahkan HARUS. Mengapa? Karena cut loss adalah salah satu bentuk kedisiplinan trader untuk mengelola risiko dalam portofolio investasinya. Kalau Anda pengunjung setia web saya dan menemukan pos ini: Penyebab saham 'Nyantol', Trader Tidak Mau Cut Loss. Maka, itulah alasan kenapa cut loss itu sangat sangat diperlukan.

Sudah banyak sekali trader yang tidak disiplin menetapkan batasan cut loss dan akhirnya sahamnya nyantol bertahun-tahun. Katakanlah Anda pegang saham BUMI di harga Rp7.000 dan Anda tidak menetapkan batasan cut loss, tiba2 sekarang harganya tinggal Rp50. Atau Anda pegang saham HRUM di harga Rp5.000, dan Anda tidak menetapkan batasan cut loss tiba2 sekarang harganya tinggal Rp700. Kalau saham Anda sudah nyantol, ya sama saja Anda punya uang tapi nggak bisa Anda ambil.   

Nah, di paragraf atas tadi saya memberi kata2 tebal: "Dalam beberapa kasus, saya memang menyarankan Anda untuk hold saham2 tertentu ketika harganya turun dan tidak perlu terburu melakukan cut loss." Dalam beberapa kasus disini maksudnya adalah berdasarkan penilaian subjektif Anda sendiri yang didapatkan dari hasil analisis Anda pribadi, biasanya dilakukan dengan menentukan garis support dan garis resistance. Selain itu, bisa Anda lihat dari likuid tidaknya saham tersebut, maupun dari sektor perusahaan. 

Sebagai contoh, saya suka trading di saham PWON dan saham ini memang likuid, support dan resisten yang sering dilalui cukup jelas. Saya membeli saham PWON di harga Rp454, saya lihat ada support di 445, seharusnya kalau turun dibawah 445, saya cut loss. Harga saham PWON turun ke 442, tapi saya yakin bahwa koreksi PWON hanya sesaat karena tipikal saham PWON adalah naik cepat dan turun cepat, saham ini konsisten masuk LQ45. Maka, saya tidak lakukan cut loss. Dan benar saja, harganya perlahan naik sampai Rp483. Kalau saya cut loss, tentu saya akan mengalami kerugian. 

Penilaian mengenai perlu cut loss atau tidak memang sangat subjektif dan kalau Anda tanya sama saya rumusnya gimana, maka saya jawab tidak ada rumusnya. Anda memang harus punya saham pilihan untuk trading yang Anda anggap nyaman bagi Anda. Baca: Menetapkan Saham Pilihan untuk Trading (Part I). Baca juga: Trader Harus Punya Saham Pilihan (Part II).

Tapi sekali lagi saya tekankan disini, cut loss tetap perlu Anda terapkan dalam sistem trading Anda. Saya kasih satu gambaran pada saat apa cut loss itu penting. Sebagai contoh, sektor pertambangan batu bara mulai lesu, dan Anda pegang saham HRUM di harga Rp5.000 dan pada saat itu juga harganya mulai jatuh, maka tidak bijak kalau Anda berharap terus harganya naik, padahal jelas sektornya lesu. Jadi, perlu Anda amankan dahulu portofolio Anda mengingat saham sektor yang Anda pegang beritanya sedang tidak bagus. Caranya: CUT LOSS, bisa dilakukan jual sebagian dulu.   

Pentingnya cut loss supaya meminimalkan risiko saham Anda nyantol dan memnimilkan kerugian yang lebih besar lagi. Dan untuk bisa menentukan kapan Anda harus langsung cut loss atau hold dulu, tunggu sampai harga sahamnya naik, Anda perlu jam terbang yang tinggi. Anda perlu banyak belajar menganalisa. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Penyebab Saham 'Nyantol': Trader Tidak Mau Cut Loss

Penyebab Saham 'Nyantol': Trader Tidak Mau Cut Loss

Banyak rekan2 trader yang sahamnya 'nyantol' (beli saham di harga tinggi, terus harganya turun banyak dan nggak berani / nggak bisa jual, karena kalau dijual minus nya bisa sampai 100% lebih). Tidak jarang rekan2 di Facebook, bertanya: "Apakah saham BKSL saya jual atau dibiarkan, karena saham saya 'nyangkut'? 

Mungkin dari Anda juga pernah mengalami hal seperti demikian? Yang jadi pertanyaan: "Kenapa kok bisa sahamnya nyantol?" Jawabannya simpel saja: "Trader ketika membeli tidak menetapkan batasan cut loss sama sekali, dan hanya menetapkan batasan take profitnya saja". Jadi, kata kunci di postingan ini adalah: CUT LOSS. Definisi cut loss dan take profit silahkan baca di postingan ini: Cut Loss dan Take Profit.

Cut loss adalah masalah paling besar bagi trader, karena cut loss adalah hal yang berat. Gimana nggak berat, cut loss berarti Anda harus rela rugi. Logikanya, mana ada orang yang mau rugi? Itulah kenapa trader banyak yang tidak mau cut loss.

Dua anggapan bahwa cut loss itu tidak penting karena: Pertama, saham kalau tidak dijual, maka uang kita tidak hilang. Anda benar. Saham adalah tanda bukti kepemilikian. Selama Anda tidak menjual saham tersebut, maka kepemilikan dan modal yang Anda tanamkan tetap ada di tangan Anda. Kedua, kalau sudah cut loss, kemudian harganya  malah berbalik naik, maka menyesallah saya melakukan cut loss.

"Berarti cut loss itu nggak perlu donk Pak?"

Saya jawab: "Perlu". Bahkan Anda harus disiplin untuk itu. Saya akan mendebat 2 anggapan utama bahwa cut loss itu tidak penting.

Anggapan pertama, saham kalau tidak dijual, maka uang saya tidak hilang. Akan tetapi, meskipun uang Anda tidak hilang, Anda tetap saja tidak bisa melakukan aktivitas trading. Kalau harga saham sudah nyangkut dan harganya sekarang Rp50, maka Anda nggak bisa apa2, bahkan nggak bisa jual. Berarti sama saja: punya kepemilikan 100 juta, tapi nggak bisa diputar (untuk trading). Jadinya, ya sama saja dana Anda nyangkut. Kalau Anda punya kebutuhan dan mau ambil dana Anda Rp100 juta tadi, sudah pasti tidak bisa Anda cairkan. 

Anggapan kedua, kalau sudah cut loss, kemudian harganya malah berbalik naik, maka menyesallah saya melakukan cut loss. Akan tetapi, apakah Anda mau bertaruh bahwa harga akan berbalik naik? Sudah banyak trader yang mempertaruhkan untuk tidak cut loss, eh harganya malah jatuh terus dan nggak pernah balik. Banyak trader yang karir tradingnya hancur karena terlalu banyak saham mereka yang nyantol, dan nggak bisa jual atau nekat jual, sehingga dananya langsung habis, akhinya mereka berhenti trading. Saya kasih beberapa contoh saham2 yang jatuh, yang seringkali trader nyangkut juga di saham2 tersebut: APOL, BUMI, BKSL, TRAM, BWPT, HRUM.

Ingat, cut loss juga menjadi bagian dari analisis. Selain analisis, cut loss juga menyangkut psikologi trading. Kalau Anda sudah baca postingan saya: Fakta-fakta Psikologi Trading di Pasar Saham, maka pos ini bertujuan menjawab fakta nomor 1. 

Lalu Anda bertanya kembali: "Terus gimana kalau saya cut loss, harganya malah berbalik naik?"

Dengan cut loss setidaknya Anda sudah melakukan hal yang BENAR. Kalau Anda ingin meng-cover kerugian Anda, silahkan Anda bisa buy lagi saham tersebut di harga yang lebih rendah, ketika harganya sudah turun, dan jual di harga yang tinggi (buy low, sell high). Dengan cut loss, setidaknya Anda tidak perlu gambling, dengan menebak-nebak apakah harganya akan naik lagi. Buktinya, banyak trader yang sahamnya nyantol karena tidak melakukan cut loss sama sekali, dan hal tersebut sangat berpengaruh pada aktivitas trading para trader. Portofolio mereka jadinya dipenuhi saham2 nyangkut, yang tidak direncanakan sebelumnya. 

Tanya Anda lagi: "Pak, bagaimana kalau saya melakukan cut loss terus-menerus?"

Jika Anda terus melakukan cut loss, berarti ada yang salah dengan sistem trading Anda. Silahkan ubah sistem Anda, atau pertajam kembali analisis teknikal Anda. 

Jadi, dengan penjelasan saya diatas, apakah Anda masih berpikir untuk tidak disiplin melakukan cut loss? Menentukan batasan cut loss memang sangat subjektif. Tidak ada rumus. Cut loss bisa ditentukan dengan menarik titik support, support kuat dari sebuah saham. Penentuan cut loss pada harga berapa, tentunya juga harus disesuaikan dengan karakteristik setiap saham. So, semua membutuhkan jam terbang dan proses, jika Anda ingin menjadi trader handal.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Untung Besar di Saham, Risiko Juga Besar

Untung Besar di Saham, Risiko Juga Besar

Dapat untung besar di saham adalah tujuan utama semua para pebisnis saham, baik trader maupun investor. Banyaknya pebisnis saham yang ingin dapat untung besar dari saham, seringkali membuat trader cenderung mengincar saham2 yang bisa naik banyak dalam jangka waktu

Di dalam investasi, ada prinsip yang kita kenal dengan HIGH RISK HIGH RETURN. Anda bisa baca lagi tulisan saya disini: "High Risk High Return" dalam Investasi. Artinya, kalau anda ingin dapat untung yang gedeee banget di saham, maka anda juga harus siap dengan risiko yang besar. 

Sebagai contoh, anda mengincar trading di saham2 gorengan. Memang, saham gorengan memiliki potensi kenaikan yang lebih cepat dibandingkan saham2 lapis satu dan dua. Saham gorengan bisa naik 15% dalam sehari. 

Tetapi di satu sisi, kalau anda punya peluang memiliki saham yang bisa naik 15% dalam waktu cepat, itu artinya anda juga harus siap dengan risiko saham anda turun 15% dalam sehari. 

Kalau anda hanya mengincar saham yang punya kemungkinan naik 3-5% dalam sehari atau beberapa hari, maka risiko yang anda terima juga akan lebih kecil, di mana kemungkinan saham anda turun juga sekitar 3-5%. 

Banyak trader yang melupakan konsep high risk high return ini. Trader seringkali lupa kalau saham2 yang mudah naik sangat tinggi dalam jangka waktu singkat, risiko turunnya juga sama besarnya. Trader yang gegabah ini akhirnya cenderung gegabah dan melupakan unsur2 risiko yang ada. 

Saya sering menemukan trader yang ketika rugi di saham2 gorengan atau nyangkut besar di saham2 yang tidak likuid, menyalahkan pasar saham sebagai penyebab kerugiannya. Padahal trader sendirilah yang belum memahami dan menimbang setiap perbandingan return dan risiko dalam trading. 

Membaca pos ini, anda mungkin berpikir: "Berarti kita tidak dianjurkan mencetak profit besar di pasar saham, karena kalau incar saham yang bisa naik tinggi, risiko turunnya juga sama besarnya".

Tentu saja tidak. Kalau anda tahu caranya dapat untung besar di saham, why notKalau anda sudah ada di level trader kawakan, mampu memprediksi saham2 yang bisa naik dan anda sudah bisa memperkirakan perbandingan return dan risiko, maka nggak ada salahnya kan anda dapat untung besar? 

Namun untung besar di saham ini bisa anda raih apabila anda terus menganalisa, dan praktik trading. Dengan cara itulah, anda lama-kelamaan akan mendapatkan profit yang besar. Profit yang besar ini bisa anda dapatkan dalam berbagai macam cara. Entah karena modal anda yang semakin besar, entah karena anda semakin mahir menganalisa atau keduanya. 

Saya pribadi sebenarnya lebih suka mendapatkan profit yang bertahap, daripada profit besar dalam sekejap mata, karena dengan mendapatkan profit yang bertahap tapi konsisten, profit yang kita dapatkan lama kelamaan akan semakin besar plus mental dan psikologis kita akan terbentuk dengan baik. 

Hal ini beda kalau tiba2 anda yang baru pengalaman di dunia saham, tiba2 dapat 'durian runtuh'. Secara psikologis, mungkin anda belum siap menerimanya, sehingga anda sudah kelewat senang, dan akhirnya anda termotivasi terus untuk mencari saham2 yang bisa naik puluhan persen sehari, dan anda melupakan konsep high risk high return tersebut. 

So, jangan lupakan konsep high risk high return di saham. Sekilas mungkin ini hanya terdengar seperti teori. Tetapi dalam praktikknya, banyak trader yang rugi besar karena mereka tidak mampu menerapkan dan mengaplikasikan konsep tersebut dalam trading. 

Sebelum beli saham, ketahuilah saham apa yang anda beli. Baik dari segi potensi kenaikan sahamnya maupun segi risiko di saham tersebut. Jangan asal membeli saham hanya karena anda ingin untung besar di saham. Baca juga: Belajar Analisa Teknikal Saham Full PDF.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham: Pegang Banyak Saham atau Banyak Cash?

Trading Saham: Pegang Banyak Saham atau Banyak Cash?

Pada saat harga saham pada naik tinggi, anda yang memiliki saham kemungkinan besar saham anda naik. Anda senang, anda untung. Anda tidak ragu untuk membelanjakan duit anda di saham. Anda punya peluang yang besar untuk mendapatkan profit.  

Tapi bagaimana kalau hal sebaliknya yang terjadi? IHSG sedang turun. Banyak saham yang merah. Saham-saham andalan yang anda biasanya super power, kini harganya terjun bebas. 

Suka tidak suka, anda pasti akan menghadapi kondisi market seperti ini. Yap, karena tidak mungkin harga saham terus naik tanpa turun. Biasanya saham-saham yang naik tinggi, akan ada koreksi besar (aksi jual / profit taking). Namun bisa jadi, market turun bukan karena koreksi sehat, tetapi karena ada berita2 negatif, sehingga IHSG turun tidak seperti biasanya. 

Pada kondisi market lagi turun tajam ini, apa yang akan anda lakukan? Anda lebih memilih pegang banyak saham atau pegang banyak cash? 

Sebagian besar trader banyak yang suka terburu-buru membeli saham dalam jumlah besar ketika market sedang turun, atau saat market memulai tren turunnya dalam jangka pendek. Trader beranggapan bahwa dengan pegang banyak saham saat market turun, maka trader bisa berksempatan menjual saham di harga tinggi. 

Pandangan seperti ini tidak saya katakan salah. Hanya saja, anda harus mengetahui kapan momentum yang tepat untuk memborong saham. Biasanya trader yang terburu membeli banyak saham ketika market lagi koreksi menunjukkan bahwa trader sebenarnya takut 'ketinggalan kereta'.  Trader takut kalau saham tiba-tiba naik lagi, di satu sisi anda belum sempat beli sahamnya. 

Padahal, di saat2 market lagi turun tajam, sangat mungkin penurunan IHSG dan sebagian besar saham masih akan berlanjut. Sehingga, kalau anda langsung borong saham ketika market baru saja koreksi besar, kemungkinan saham anda nyangkut. Coba anda perhatikan grafik IHSG dibawah ini: 



Bisa anda perhatikan bahwa ketika IHSG koreksi terutama setelah naik berhari-hari, pada umumnya koreksi IHSG akan berlanjut lebih dari satu hari (perhatikan lingkaran hijau). Hal ini menunjukkan ketika IHSG berada dalam awal tren turun jangka pendek, maka kalau anda ngotot membeli saham dalam jumlah besar, keesokan hari saham anda bisa turun lagi lebih banyak (jika anda beli saham2 yang berkorelasi dengan pergerakan IHSG, seperti mayoritas LQ45 misalnya).

Jadi kesimpulannya, prinsipnya ketika market lagi koreksi, memegang banyak cash lebih baik ketimbang memegang saham dalam jumlah besar. Lebih baik anda memegang banyak cash daripada memegang banyak saham, tapi nyangkut. 

Jadi ketika harga saham nanti sudah mulai rebound, anda punya banyak amunisi (modal) untuk membeli saham di harga yang jauh lebih murah. Baca juga: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun. 

Anda yang kritis membaca pos ini kemudian bertanya kembali: "Bung Heze, tapi kan memang kita tidak pernah mengetahui dengan pasti harga saham akan turun sampai ke support berapa. Gimana kalau harga saham turun beberapa poin terus naik lagi?"

Anda benar, saya setuju. Kita memang tidak akan bisa memastikan harga saham akan turun sampai ke level berapa. Demikian juga, kita tidak akan tahu saham akan naik ke harga berapa. Karena pergerakan harga saham keesokan hari adalah pergerakan harga masa depan. Siapa yang bisa menegtahui apa yang terjadi besok?

Maka dari itu, kalau anda ingin membeli saham ketika market koreksi, belilah secara bertahap. Gunakan sedikit modal anda untuk membeli saham. Jadi,ketika saham anda turun, anda masih punya amunisi yang banyak untuk beli lagi. 

Dan satu hal lagi, kalau anda mau pakai strategi ini, belilah saham yang anda yakin bahwa saham tersebut adalah saham yang bagus untuk anda, bukan saham2 jelek / saham2 yang tidak likuid. Maka, anda harus paham cara memilih saham. Baca juga: Memilih Saham yang Bagus untuk Trading. 

Semakin pengalaman anda, anda akan lebih paham kapan waktu yang tepat untuk membeli saham ketika market turun. Tapi intinya, saat market lagi bearish, terutama ketika market memulai tren bearishnya dalam jangka pendek (bukan jangka panjang ya) entah karena hanya koreksi normal, atau sentimen2 negatif sesaat, maka anda tidak dianjurkan untuk bernafsu membeli saham dalam jumlah besar. 

Belilah saham secara bertahap. Atau kalau anda belum yakin sama sekali dengan kondisi market yang masih strong bearish, maka keputusan terbaiknya adalah wait and see. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham: Pegang Banyak Saham atau Banyak Cash?

Trading Saham: Pegang Banyak Saham atau Banyak Cash?

Pada saat harga saham pada naik tinggi, anda yang memiliki saham kemungkinan besar saham anda naik. Anda senang, anda untung. Anda tidak ragu untuk membelanjakan duit anda di saham. Anda punya peluang yang besar untuk mendapatkan profit.  

Tapi bagaimana kalau hal sebaliknya yang terjadi? IHSG sedang turun. Banyak saham yang merah. Saham-saham andalan yang anda biasanya super power, kini harganya terjun bebas. 

Suka tidak suka, anda pasti akan menghadapi kondisi market seperti ini. Yap, karena tidak mungkin harga saham terus naik tanpa turun. Biasanya saham-saham yang naik tinggi, akan ada koreksi besar (aksi jual / profit taking). Namun bisa jadi, market turun bukan karena koreksi sehat, tetapi karena ada berita2 negatif, sehingga IHSG turun tidak seperti biasanya. 

Pada kondisi market lagi turun tajam ini, apa yang akan anda lakukan? Anda lebih memilih pegang banyak saham atau pegang banyak cash? 

Sebagian besar trader banyak yang suka terburu-buru membeli saham dalam jumlah besar ketika market sedang turun, atau saat market memulai tren turunnya dalam jangka pendek. Trader beranggapan bahwa dengan pegang banyak saham saat market turun, maka trader bisa berksempatan menjual saham di harga tinggi. 

Pandangan seperti ini tidak saya katakan salah. Hanya saja, anda harus mengetahui kapan momentum yang tepat untuk memborong saham. Biasanya trader yang terburu membeli banyak saham ketika market lagi koreksi menunjukkan bahwa trader sebenarnya takut 'ketinggalan kereta'.  Trader takut kalau saham tiba-tiba naik lagi, di satu sisi anda belum sempat beli sahamnya. 

Padahal, di saat2 market lagi turun tajam, sangat mungkin penurunan IHSG dan sebagian besar saham masih akan berlanjut. Sehingga, kalau anda langsung borong saham ketika market baru saja koreksi besar, kemungkinan saham anda nyangkut. Coba anda perhatikan grafik IHSG dibawah ini: 



Bisa anda perhatikan bahwa ketika IHSG koreksi terutama setelah naik berhari-hari, pada umumnya koreksi IHSG akan berlanjut lebih dari satu hari (perhatikan lingkaran hijau). Hal ini menunjukkan ketika IHSG berada dalam awal tren turun jangka pendek, maka kalau anda ngotot membeli saham dalam jumlah besar, keesokan hari saham anda bisa turun lagi lebih banyak (jika anda beli saham2 yang berkorelasi dengan pergerakan IHSG, seperti mayoritas LQ45 misalnya).

Jadi kesimpulannya, prinsipnya ketika market lagi koreksi, memegang banyak cash lebih baik ketimbang memegang saham dalam jumlah besar. Lebih baik anda memegang banyak cash daripada memegang banyak saham, tapi nyangkut. 

Jadi ketika harga saham nanti sudah mulai rebound, anda punya banyak amunisi (modal) untuk membeli saham di harga yang jauh lebih murah. Baca juga: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun. 

Anda yang kritis membaca pos ini kemudian bertanya kembali: "Bung Heze, tapi kan memang kita tidak pernah mengetahui dengan pasti harga saham akan turun sampai ke support berapa. Gimana kalau harga saham turun beberapa poin terus naik lagi?"

Anda benar, saya setuju. Kita memang tidak akan bisa memastikan harga saham akan turun sampai ke level berapa. Demikian juga, kita tidak akan tahu saham akan naik ke harga berapa. Karena pergerakan harga saham keesokan hari adalah pergerakan harga masa depan. Siapa yang bisa menegtahui apa yang terjadi besok?

Maka dari itu, kalau anda ingin membeli saham ketika market koreksi, belilah secara bertahap. Gunakan sedikit modal anda untuk membeli saham. Jadi,ketika saham anda turun, anda masih punya amunisi yang banyak untuk beli lagi. 

Dan satu hal lagi, kalau anda mau pakai strategi ini, belilah saham yang anda yakin bahwa saham tersebut adalah saham yang bagus untuk anda, bukan saham2 jelek / saham2 yang tidak likuid. Maka, anda harus paham cara memilih saham. Baca juga: Memilih Saham yang Bagus untuk Trading. 

Semakin pengalaman anda, anda akan lebih paham kapan waktu yang tepat untuk membeli saham ketika market turun. Tapi intinya, saat market lagi bearish, terutama ketika market memulai tren bearishnya dalam jangka pendek (bukan jangka panjang ya) entah karena hanya koreksi normal, atau sentimen2 negatif sesaat, maka anda tidak dianjurkan untuk bernafsu membeli saham dalam jumlah besar. 

Belilah saham secara bertahap. Atau kalau anda belum yakin sama sekali dengan kondisi market yang masih strong bearish, maka keputusan terbaiknya adalah wait and see. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Target Take Profit Saham Ideal

Target Take Profit Saham Ideal

Beberapa waktu lalu, saya sempat menulis pos tentang strategi merubah target take profit saham. Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Merubah Target take Profit dan Cut Loss Saham. Memang dalam trading anda harus memiliki target yang jelas. Salah satunya, setelah anda membeli saham, anda harus tahu anda mau jual di harga berapa. Itulah pentingnya trading plan dalam trading. 

Setelah saya menulis pos tersebut, ada rekan trader yang bertanya melalui email: "Bung Heze, berapa target take profit ideal yang hendaknya kita tetapkan? Apakah saya harus menjual saham saat naik 5%. Atau saya menetapkan target ideal saat saham sudah naik 10%, atau berapa target take profit ideal menurut Bung Heze?"  

Saya tidak pernah bosan mengatakan pada anda bahwa dalam trading saham, anda harus menjadi trader yang fleksibel yang bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan dan dinamika harga saham.

Jadi sebenarnya (karena anda harus fleksibel), maka boleh saya katakan bahwa target take profit yang ideal ditentukan oleh anda sendiri. Tidak ada ukuran take profit yang absolut. 

Secara umum, memang target take profit untuk tiap-tiap jenis trader adalah sebagai berikut: 

Scalping trader. Target take profit adalah sekitar 5-10% dalam beberapa menit. Hal ini karena scalper cenderung mengincar profit yang besar dalam jangka pendek, maka trader disarankan untuk mencari saham-saham yang bisa naik cepat dalam menitan (biasanya adalah saham2 lapis tiga).  

Intraday trader. Target take profit intraday trader adalah 1-3% dalam jangka waktu harian- dua hari. Intraday trader hendaknya mengincar saham-saham yang risikonya rendah dengan membeli saham2 yang likuid dan mudah naik dalam 1 hari. Baca juga: Strategi Mencari Saham Bagus untuk Trading Harian. 

Trader dibawah satu minggu. Trader ini bisa mengincar profit hingga 5% dari trading jangka pendek. Target profit ini bisa anda tetapkan lebih tinggi dibandingkan intraday trader. 

Swing trader. Swing trader bisa menetapkan target take profit 5-20% dalam jangka waktu mingguan sampai sebulan. 

Pada umumnya, target-target profit ini sering menjadi patokan trader. Sebagai contoh, saya sering menemukan banyak swing trader yang mengincar keuntungan 10% untuk jangka waktu sebulan. Jadi kalau saham belum naik 10%, maka trader tidak menjual sahamnya. Boleh saja.

Namun target-target seperti ini bukan berarti adalah target take profit yang absout untuk anda. Menentukan target take profit ideal harus ergantung dari sudut pandang anda sebagai seorang analis untuk anda sendiri. 

Anda boleh saja menetapkan take profit untuk scalping trading "hanya" 2-3% dari harga beli anda. Atau anda bisa menetapkan profit 4% untuk intraday trading. Anda bisa menetapkan profit diatas 20% untuk swing trading. 

Target take profit yang ideal hanya anda yang menentukannya sendiri, karena semua itu bergantung dari pengalaman trading yang anda jalankandi pasar saham. 

Jadi kalau ada trader yang bertanya: "Pak Heze kenapa terkadang menemukan swing trader cuma incar untung 4%? Swing trader kan harusnya incar untung yang lebih besar?"

Maka saya pribadi tidak bisa menyalahkan target tersebut, karena setiap trader memiliki pertimbangan kenapa menjual saham dengan target 4%, atau bahkan lebih tinggi dari itu. 

Kalau ada trader yang mengatakan bahwa anda harus take profit sebanyak 5% dari harga jual anda. Anda harus tunggu saham anda naik 10%, maka cara ini bukanlah cara yang benar dalam trading. Hal ini hanya akan membuat anda terpaku pada suatu target, di mana target tersebut belum tentu sesuai dengan karakter trading anda. 

Mulai sekarang, ciptakanlah target take profit yang ideal untuk anda sendiri. Anda tidak perlu menetapkan target yang terlalu kaku, terlalu baku dan absolut. Dengan mengalami trading dan belajar saham secara terus-menerus, anda akan tahu sendiri target take profit yang ideal untuk anda. 

Anda tidak perlu memaksakan melakukan take profit di harga yang terlalu tinggi (yang menjadi anggapan ideal kebanyakan orang), kalau memang anda belum bisa melakukannya dan anda masih dalam tahap belajar. 

Belajar saham harus dilakukan dengan perlahan, dan anda harus menikmati setiap proses dari trading yang anda lakukan. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Logis dan Rasionalitas Membeli Saham

Cara Logis dan Rasionalitas Membeli Saham

Dalam trading saham, anda pasti akan menghadapi berbagai macam pergerakan harga di saham yang sangat fluktuatif. Maka dari itu, dalam membeli saham anda harus mampu menggunakan akal sehat (logis) dan rasionalitas. Disamping analisa teknikal, sifat rasionalitas inilah yang bisa mengarahkan anda untuk mendapat profit di pasar saham. 

Pertanyaannya: Bagaimana cara agar trader bisa logis dan rasional dalam mengambil keputusan trading?

Cara logis dan rasionalitas dalam membeli saham dilakukan dengan FOKUS pada portofolio anda. Apa maksudnya fokus? Fokus yang saya maksud adalah jangan mudah terpengaruh dengan saham2 yang sedang naik, bahkan yang sudah naik drastis. 

Anda boleh mengamati dan mencari tahu kenapa saham2 di sektor tertentu harganya sedang naik banyak pada saat itu, tetapi anda tetap harus fokus pada apa yang sudah anda rencanakan sebelumnya (baca: Fokus pada trading plan). Untuk memudahkannya, saya kasih contoh: 

Setelah melakukan analisis teknikal, Pak Untung memutuskan membeli saham  BBCA, DOID, ADRO, SSIA. Saham2 tersebut setelah dibeli ternyata masih belum naik. Di saat yang hampir bersamaan, saham ELSA dan ASRI naik sangat kencang. 

Kemudian Pak Untung langsung menjual saham-sahamnya dan memindahkan modalnya ke ELSA dan ASRI. Sesaat kemudian, ternyata ELSA dan ASRI harganya mulai bergerak turun dan tidak naik lagi sesuai dengan harapan Pak Untung. Dengan kata lain, Pak Untung membeli saham ASRI dan ELSA di harga tertinggi, dan langsung turun setelah sahamnya dibeli. 

Akhirnya alih-alih mendapat profit besar dalam waktu yang lebih singkat, saham Pak Untung justru nyangkut di harga atas. 

Hal ini seringkali terjadi. Trader tidak menggunakan faktor rasionalitas dalam membeli saham dan cenderung mudah terpengaruh dengan saham2 yang sedang naik. 

Keinginan membeli saham-saham yang sudah naik tersebut tidak lepas dari keinginan trader untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu mendapat profit. Semua trader tentu trading dengan tujuan profit. Tetapi, setiap trader harus memiliki perencanaan trading yang baik. 

Kalau anda mudah terpengaruh membeli saham yang sudah naik, justru akan membahayakan anda. Saya juga sudah pernah menuliskannya disini: Waspadai Saham-saham yang Sedang Naik Drastis. 

Jadi, cara logis dan rasionalitas membeli saham adalah: Fokuslah pada saham yang sudah anda beli. Ketika anda membeli saham, pantau saham tersebut, dan tentukan batas take profit dan cut loss. Anda tidak perlu bingung dengan saham lain yang sedang naik. 

Toh, kalau di Bursa Efek ada 10 saham yang sedang naik kencang, anda nggak mungkin beli semuanya kan? Itulah yang dinamakan dengan faktor rasionalitas. Pilihlah saham yang ada dalam radar analisis anda, bukan membeli semua saham yang sudah naik. 

Sekali lagi, saya tidak mengatakan kalau anda tidak boleh memindahkan saham anda ke saham lain yang lebih potensial untuk naik. Tapi dalam trading ada yang namanya trading plan. Jadi, ketika merencanakan sesuatu anda harus berpatok pada analisis, dan bukan pada kondisi emosi. 

Pos ini tidak hanya membahas tentang bagaimana cara melakukan analisis teknikal, tetapi juga faktor psikologis. Saya juga membahas psikologis trading secara lengkap disini: Buku Saham.   


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Kenapa Trader Sering Terjebak Cut Loss?

Kenapa Trader Sering Terjebak Cut Loss?

Dalam dunia trading saham, cut loss bisa diartikan sebagai tindakan trader menjual sahamnya secara rugi, karena saham yang dibeli tidak bergerak sesuai harapan alias turun. Nah, tujuan trader cut loss adalah sebagai bentuk proteksi modal, agar saham tidak turun terus dan berpotensi menggerus modal, maka trader melakukan cut loss lebih awal. 

Tapi apapun alasannya, terlalu banyak melakukan cut loss dalam trading, menunjukkan bahwa trading anda belum berjalan dengan efektif. 

Nah sekarang anda perlu mengetahui penyebab kenapa trader seringkali terjebak dalam cut loss berkali-kali. Ada dua alasan trader sulit keluar dari "lingkaran cut loss" 

1. Belum mampu mempraktikkan analisis teknikal 

Di web Saham Gain ini saya sudah berkali-kali menekankan pada anda tentang pentingnya analisis teknikal. Apabila anda tidak bisa menerapkan analisis teknikal dengan benar, maka hal ini bisa menjadi penyebab utama anda sering mengalami cut loss. 

Praktik analisa teknikal pemula - expert bisa anda lihat disini: Praktik Analisis Teknikal Saham. Maka dari itu, sebelum anda memutuskan untuk terjun ke dunia trading saham, anda harus mendalami praktik2 analisa teknikal. 

Mulailah dahulu dengan mempelajari basic2 analisis teknikal, dan mulailah dengan modal sekecil mungkin. Analisa2 sederhana ini nantinya bisa terus anda kembangkan secara bertahap, sehingga anda nantinya bisa menemukan pola trading yang cocok untuk anda. Baca juga: Cara Menganalisa Saham yang Baik (Tingkat Lanjut). Dengan cara ini, anda bisa meminimalkan risiko cut loss. 

2. Trader tidak mau mengakui kesalahannya sendiri 

Penyebab trader yang selalu berakhir dengan cut loss ternyata sering sekali dikarenakan mereka tidak mau mengakui kesalahannya sendiri. 

"Apa nih maksudnya Bung Heze?" Tanya anda 

Saya banyak menemukan trader yang ketika mereka rugi, mereka langsung menyalahkan pasar saham, menyalahkan broker, menyalahkan analis saham, menyalahkan grup saham dan sebagainya. Banyak sekali trader yang tidak berani mengakui kesalahannya ketika mereka cut loss. 

Banyak trader yang belum berani mengatakan: "Oh iya memang saya yang salah dalam analisis. Harusnya lain kali saya jangan beli saham yang seperti ini."

Kebanyakan trader masih sering mencari kambing hitam yang membuat mereka cut loss. Sekarang coba anda bayangkan. Yang trading anda sendiri. Yang pencet tombol buy dan sell anda sendiri. Trading juga pakai duit anda sendiri. Maka harusnya seluruh keputusan trading 100% ada di tangan anda, dan bukan tanggung jawab orang lain. 

Pada saat anda mencari kambing hitam ketika rugi, anda tidak akan bisa fokus dan mencari celah-celah kesalahan trading anda. 

Sehingga trader yang tidak berani mengakui kesalahannya sendiri dan melakukan evaluasi, akan kerap mengulangi kesalahan2 yang sama. Pada akhirnya trader akan terus jatuh di lubang yang sama (cut loss berkali-kali). 

Kalau anda mengalami hal ini, mulai sekarang lakukanlah evaluasi dalam trading anda. Anda boleh-boleh saja mengikuti rekomendasi dari analis. Namun seluruh keputusan tetap ada di tangan anda. Ini artinya seluruh keputusan trading harus dilakukan oleh analisa subjektif dari anda sendiri. 

Dan kalau ternyata anda cut loss, maka anda harus akui dan evaluasi. Karena sesungguhnya trading saham itu adalah sebuah SENI untuk mendapatkan profit. Seni bisa tercipta apabila anda mau mencoba, anda mau menganalisa. Dengan menganalisa, cepat atau lama anda akan menciptakan pola trading yang nyaman untuk anda. 

Oleh karena itu, di web ini, saya selalu memberikan praktik2 trading pada anda yang bertujuan untuk mengarahkan anda pada trading mandiri, bukan menggantungkan analis, grup dan lain-lain. Baca juga: Belajar Saham Pemula - Expert. 

Itulah dua penyebab utama yang sering saya temukan mengapa trader cut loss mulu. Terutama poin nomor dua ini benar-benar harus anda renungkan dan jadikan bahan evaluasi, karena ketidaksiapan trader untuk mengakui kesalahannya sendiri biasanya tidak disadari secara langsung. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham: Profit Besar atau Profit Konsisten?

Trading Saham: Profit Besar atau Profit Konsisten?

Tujuan anda dan saya trading adalah untuk mendapatkan profit. Profit ini bukan hanya sekedar profit jangka pendek, tapi kita semua ingin mendapatkan profit yang bisa terus berkelanjutan alias profit konsisten. 

Jadi kalau misalnya anda dapat profit 50% dalam satu bulan, tapi bulan-bulan berikutnya anda cenderung rugi, maka ini bukan profit konsisten. Anda bisa dapat untung cepat dan besar, namun tidak konsisten. 

Maka dari itu, saya tidak bosan sharing pada trader, terutama trader pemula: Kalau anda dapat jackpot, anda jangan langsung merasa jago, trader paling hebat, bisa profit terus. Karena jackpot yang anda dapatkan ini belum tentu bisa konsisten anda dapatkan di bulan2 berikutnya, tahun2 berikutnya. 

Fokus pada analisis adalah kunci utama dalam trading. Sebaliknya sikap euforia yang berlebih, bisa berpotensi menghancurkan bisnis trading anda. 

Trader seringkali berfokus untuk mendapatkan profit yang besar. Hal ini tidaklah salah. Tetapi sebaiknya anda lebih berfokus untuk menemukan metode2 trading yang bisa membuat anda profit konsisten, bukan hanya sekedar profit besar. Karena seperti yang tuliskan sebelumnya, bahwa profit besar tidak menjamin anda dalam mendapatkan profit kosnsisten. 

Mendapatkan profit konsisten di saham, berarti anda harus bisa memahami cara memilih saham yang tepat untuk anda anda. Anda bisa baca praktik tradingnya disini: Panduan Menemukan Saham Bagus & Screening Saham. 

Sekalipun profit anda tidak terlalu besar tapi kalau anda bisa mendapatkannya secara konsisten, maka profit konsisten sesungguhnya menunjukkan bahwa anda: 

- Sudah memiliki ketenangan dan psikologis yang bagus dalam trading
- Sudah mengetahui cara memilih saham
- Sudah memiliki pola trading sendiri (tidak tergantung pada analis, broker dan lain2)
- Sudah bisa membaca pergerakan market 

Sedangkan kalau anda bisa dapat untung besar tapi tidak konsisten, maka itu artinya anda masih perlu memperdalam cara membaca pergerakan market, melatih skill trading, menemukan metode trading yang cocok untuk anda. Jika anda ingin tahu cara mengukur profit konsisten, anda bisa baca pos saya disini: Cara Mengukur Profit Konsisten Saham.

Anda yang ingin sekali dapat profit besar dari saham, sebenarnya anda tidak perlu memikirkan bagaimana caranya bisa profit besar dan cepat, karena hal ini justru akan membuat anda tidak bisa konsentrasi pada analisis teknikal, yang menjadi bagian utama dalam trading.  

Ya pokoknya trading saham itu mengalir saja, dan anda harus tetap fokus melakukan analisa trading. Berapapun profit yang anda dapatkan sebenarnya nggak masalah, mau profitnya jumbo atau kecil.

Anda juga nggak perlu memikirkan atau mematok target berapa lama anda harus bisa dapat profit yang konsisten. Kalau anda baca pengalaman trading saya disini: Pengalaman Trading Saham:  Berapa Lama Trader Bisa Dapat Profit Konsisten? Anda akan tahu bahwa profit konsisten itu tidak bisa kita target dengan ukuran kuantitatif, namun dengan pengalaman yang anda jalankan di pasar saham. 

Kemudian anda bertanya lagi: "Bung Heze, gimana kalau kita dapat profit besar dan juga sekaligus konsisten. Apakah bisa?"

Bisa. Tetapi hal pertama yang harus anda dapatkan bukanlah profit besar, namun profit konsisisten. Itu artinya anda harus tahu pola trading apa yang cocok untuk anda, anda harus bisa baca pergerakan market, anda harus bisa mengatur psikologis anda dengan benar. Baca juga: Kombinasi Analisis Teknikal dan Psikologis Trading Saham.  

Karena sesungguhnya kalau anda sudah bisa dapat profit kecil tapi konsisten, seiring berjalannya waktu seni trading anda pasti akan berkembang, baik dari segi skill maupun modal, sehingga profit kecil ini nantinya bisa anda kembangkan menjadi profit yang lebih besar dan konsisten. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Konsep Trading Saham yang Harus Anda Jauhi

Konsep Trading Saham yang Harus Anda Jauhi

Anda yang baca judul pos diatas mungkin bertanya-tanya: Konsep trading yang harus dijauhi itu trading yang seperti apa Pak Heze? Silahkan baca tulisan ini sampai habis. 

Di pasar saham, para trader Indonesia rata-rata memiliki kebiasaan buruk: SERBA INSTAN dan GRATIS. Mengapa saya katakan demikian? 

Saya seringkali menemukan trader yang punya keinginan untuk bisa dapat profit yang besar dalam waktu singkat. Padahal pengalaman trading masih sangat minim.

"Saya nggak mau profit 1%. Saya mau profit ratusan persen." (Padahal profit kecil adalah langkah awal dan proses yang bagus untuk mendapatkan profit besar). 

"Pak saya baru buka akun di sekuritas. Apa bisa untuk Rp20 juta per bulan, saya mau jadi full time trader." (Padahal trader baru saja buka rekening saham. Tentu tidak mungkin jika anda langsung mau untung gede tiap saat dan langsung jadi full time trader).  

"Apakah ada metode trading yang bisa untung terus tanpa rugi?" (Setiap trader punya metode trading terbaik. Tidak ada metode trading absolut yang bisa diterapkan tanpa ada risiko sama sekali). 

Inilah yang dinamakan dengan mindset serba instan (ingin langsung untung besar tanpa mau belajar dan berproses) dan gratis (Tidak ingin mengeluarkan tenaga dan waktu untuk bisa mendapat profit). 

Banyak trader yang punya pemikiran2 seperti ini di pasar saham. Tidak heran banyak sekali promosi-promosi yang menjanjikan profit cepat dari saham, hanya dengan seminar sehari dua hari seolah anda sudah bisa langsung jadi trader pro yang nggak pernah rugi, modal balik 10 kali lipat. Dan tidak sedikit para trader yang terjebak dalam edukasi yang salah ini. 

Kenyataannya ternyata trading saham tidak seindah itu. Jika anda merasa termasuk salah satu yang punya pikiran yang sama, maka anda harus mulai menghilangkan mindset seperti ini. 

Sangat mungkin anda mendapatkan untung besar dari saham meskipun anda masih pemula. Namun harus anda ingat, kalau anda baru lampu hijau di dunia saham dan anda tiba-tiba dapat profit jumbo dalam waktu singkat, anda jangan cepat puas. Anda harus lihat pergerakan profit anda kedepan.

Kalau transkasi trading anda berikutnya, profit anda jauh lebih kecil daripada sebelumnya, atau bahkan anda rugi, maka kemungkinan besar anda hanya beruntung / hoki saat itu.

Jadi untuk bisa sukses di saham, anda harus memulainya dari nol. Yap, tentu saja tidak ada sukses yang didapatkan secara instan. 

Konsep trading serba instan dan mindset gratisan harus anda buang jauh-jauh dari trading anda. Ini adalah konsep trading yang sangat berbahaya, bahkan bisa membuat trader bangkrut. Sayang sekali jika modal anda habis sia-sia hanya karena anda mencari keuntungan serba instan di pasar saham. 

Padahal di pasar saham, anda butuh sabar, butuh analisis, butuh telaten, butuh menjadi trader yang tenang. Baca juga: Belajar Psikologis Saham. 

Di artikel ini, saya juga ingin memberikan fakta yang ada dalam trading saham. Saya menulis ini karena saya sudah menjalani manis pahitnya trading saham. Ada saatnya pasar saham memberikan kesempatan besar untuk profit. 

Tapi ada saatnya pasar saham bergerak turun terus, transaksi mendadak sepi, saham2 yang biasanya bagus tiba-tiba tidak banyak bergerak. 

Nah, kalau anda ada dalam posisi seperti ini, apa yang anda lakukan? Sementara di luar sana banyak yang memberikan edukasi yang salah, yang seolah mengatakan bahwa dapat profit dari saham itu sangat mudah, tiap saat, dan tidak mungkin rugi, tidak ada risikonya. 

Kebanyakan trader yang mau instan, akan cenderung 'menerjang badai', yaitu ketika momentum belum tepat, trader ngotot untuk beli saham terus, karena sudah didoktrin bahwa saham itu bisa dapat untung cepat. 

Ubahlah "konsep trading" serba instan menjadi konsep trading yang mengacu pada rasionalitas. Dengan demikian, anda akan lebih mampu membaca momentum2 trading yang bagus, termasuk saat2 kapan anda harus berhenti trading. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.