Tahapan Menyusun Trading Plan Saham

Tahapan Menyusun Trading Plan Saham

Trading plan (perencanaan trading) adalah bagian penting yang tidak bisa anda pisahkan dari aktivitas trading yang anda lakukan sehari-hari. Secara umum, trading plan artinya adalah perencanaan beli jual saham (trading) yang anda lakukan. Anda mau beli saham apa. Anda mau beli saham di harga berapa. Anda mau jual di harga berapa. Kalau saham anda turun, apa yang harus anda lakukan. 

Anda harus bisa mengetahui apa yang anda lakukan dengan saham anda, baik sebelum membeli maupun setelah membeli saham. Namun dalam praktikknya, tentu saja trading plan tidak hanya berbicara soal saham apa yang akan anda beli dan jual. Perencanaan trading berarti anda harus bisa menguasai trading secara lebih luas. 

Karena trading plan ini sangatlah penting, saya bisa jamin bahwa jika anda sama sekali tidak memiliki / menjalankan trading plan saat trading, anda pasti tidak akan bisa memperoleh profit yang maksimal dan konsisten dalam trading / investasi. 

Anda mungkin sering menemukan trader yang bisa untung besar dalam waktu singkat. Tetapi di bulan-bulan berikutnya, trader justru mengalami kerugian yang lebih besar daripada profit yang diperoleh sebelumnya. 

Nah, ini adalah contoh trader yang belum mampu menyusun dan menginterpretasikan trading plan saham dengan benar. 

Oke, jadi dalam menyusun trading plan, anda harus memperhatikan tahapan-tahapan berikut ini (Anda perlu baca baik-baik, dan terapkan dalam trading anda):

1. Menyeleksi saham dan menentukan diversifikasi saham

Tahap pertama dalam menyusun trading plan adalah SELEKSI SAHAM. Kenapa seleksi saham? Karena tanpa melakukan seleksi saham, anda tidak akan bisa memutuskan saham apa yang akan anda beli. 

Dalam trading, sangat tidak dianjurkan anda membeli saham secara mendadak. Contohnya, anda melihat saham A kelihatannya naik, kemudian langsung anda beli tanpa melakukan analisa teknikal lebih lanjut. Hal ini bisa berakibat pada pemilihan saham-saham yang salah. 

Setelah menyeleksi saham, anda bisa tentukan strategi diversifikasi saham (berapa saham yang mau anda beli, berapa alokasi modal untuk setiap saham, dan lain-lain). 

Bagaimana cara menyeleksi saham yang tepat berdasarkan analisa teknikal, dan strategi diversifikasi saham yang tepat? Anda bisa baca pembahasan tentang trading plan dan analisa teknikal disini: Belajar Saham Pemula - Expert. 

2. Manajemen modal 

Tahapan kedua, lakukanlah manajemen modal untuk trading yang anda jalankan. Berapa modal yang akan anda gunakan untuk trading. Berapa modal yang anda sisakan di cash balance? Berapa kali sebaiknya anda 'suntik modal' ke rekening saham anda? Bagaimana menjaga modal anda supaya trading anda tetap berkelanjutan. 

Manajemen modal sering dilupakan oleh trader, padahal kalau bicara trading, maka modal menjadi hal yang krusial. Modal ini ibarat nyawa dalam trading. Walaupun anda rugi, kalau modal anda masih ada, anda bisa trading. Anda bisa mengganti kerugian yang anda alami selama anda masih memiliki modal. 

Tapi kalau anda sudah tidak punya modal, maka tidak ada yang bisa anda tradingkan lagi. Maka, tahapan manajemen modal adalah tahapan yang penting setelah seleksi saham. Baca juga: Materi Manajemen Modal Saham. 

3. Menyusun target beli dan jual saham 

Setelah itu, anda harus menyusun target-target dalam trading anda. Jika anda katakanlah beli saham ADHI di harga 1.500. Anda harus mengetahui anda mau jual di harga berapa. Anda proteksi kerugian di harga berapa. Atau anda mau averaging down kalau turun? Berapa time frame trading anda?

Banyak trader yang tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah beli saham, sehingga hal ini berakibat pada penetapan target yang salah. 

4. Melakukan screening saham lanjutan    

Tahapan terakhir dalam trading plan, anda perlu melakukan screening saham lanjutan. Apa maksudnya screening saham lanjutan? 

Screening lanjutan berarti anda harus mulai memilah-milah saham mana yang cocok untuk anda tradingkan, saham mana yang tidak cocok untuk anda, saham mana yang polanya bagus, saham mana yang sering menjebak anda. 

Dari sini, anda bisa membuat stock pick saham-saham pilihan anda, sehingga nantinya trading saham yang anda lakukan akan jadi lebih terarah. 

Screening saham lanjutan ini ibarat kompas. Dengan adanya kompas, anda tidak akan mudah tersesat, dan mengetahui arah yang benar saat menghadapi market, dan fluktuatif saham. Baca juga: Panduan Simpel dan Efektif Menemukan Saham Bagus. 

Dibalik trading plan, anda juga perlu memiliki psikologi dan mindset trading yang benar. Jika kedua hal ini bisa berjalan beriringan, maka trading anda sudah dapat dikatakan naik level. Disinilah anda punya kesempatan untuk mendapatkan profit yang konsisten.

Tahapan menyusun trading plan ini harus anda lakukan secara perlahan, terutama untuk anda yang masih pemula di dunia saham. Dalam trading, pengetahuan-pengetahuan tentang analisa teknikal dan trading plan yang benar, akan membawa anda pada profit. 

Yap, untuk menyusun trading plan yang 'sempurna' seperti langkah2 diatas, anda juga harus berproses, dan mengalami sendiri bagaimana trading saham yang sesungguhnya. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Target Take Profit Saham Ideal

Target Take Profit Saham Ideal

Beberapa waktu lalu, saya sempat menulis pos tentang strategi merubah target take profit saham. Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Merubah Target take Profit dan Cut Loss Saham. Memang dalam trading anda harus memiliki target yang jelas. Salah satunya, setelah anda membeli saham, anda harus tahu anda mau jual di harga berapa. Itulah pentingnya trading plan dalam trading. 

Setelah saya menulis pos tersebut, ada rekan trader yang bertanya melalui email: "Bung Heze, berapa target take profit ideal yang hendaknya kita tetapkan? Apakah saya harus menjual saham saat naik 5%. Atau saya menetapkan target ideal saat saham sudah naik 10%, atau berapa target take profit ideal menurut Bung Heze?"  

Saya tidak pernah bosan mengatakan pada anda bahwa dalam trading saham, anda harus menjadi trader yang fleksibel yang bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan dan dinamika harga saham.

Jadi sebenarnya (karena anda harus fleksibel), maka boleh saya katakan bahwa target take profit yang ideal ditentukan oleh anda sendiri. Tidak ada ukuran take profit yang absolut. 

Secara umum, memang target take profit untuk tiap-tiap jenis trader adalah sebagai berikut: 

Scalping trader. Target take profit adalah sekitar 5-10% dalam beberapa menit. Hal ini karena scalper cenderung mengincar profit yang besar dalam jangka pendek, maka trader disarankan untuk mencari saham-saham yang bisa naik cepat dalam menitan (biasanya adalah saham2 lapis tiga).  

Intraday trader. Target take profit intraday trader adalah 1-3% dalam jangka waktu harian- dua hari. Intraday trader hendaknya mengincar saham-saham yang risikonya rendah dengan membeli saham2 yang likuid dan mudah naik dalam 1 hari. Baca juga: Strategi Mencari Saham Bagus untuk Trading Harian. 

Trader dibawah satu minggu. Trader ini bisa mengincar profit hingga 5% dari trading jangka pendek. Target profit ini bisa anda tetapkan lebih tinggi dibandingkan intraday trader. 

Swing trader. Swing trader bisa menetapkan target take profit 5-20% dalam jangka waktu mingguan sampai sebulan. 

Pada umumnya, target-target profit ini sering menjadi patokan trader. Sebagai contoh, saya sering menemukan banyak swing trader yang mengincar keuntungan 10% untuk jangka waktu sebulan. Jadi kalau saham belum naik 10%, maka trader tidak menjual sahamnya. Boleh saja.

Namun target-target seperti ini bukan berarti adalah target take profit yang absout untuk anda. Menentukan target take profit ideal harus ergantung dari sudut pandang anda sebagai seorang analis untuk anda sendiri. 

Anda boleh saja menetapkan take profit untuk scalping trading "hanya" 2-3% dari harga beli anda. Atau anda bisa menetapkan profit 4% untuk intraday trading. Anda bisa menetapkan profit diatas 20% untuk swing trading. 

Target take profit yang ideal hanya anda yang menentukannya sendiri, karena semua itu bergantung dari pengalaman trading yang anda jalankandi pasar saham. 

Jadi kalau ada trader yang bertanya: "Pak Heze kenapa terkadang menemukan swing trader cuma incar untung 4%? Swing trader kan harusnya incar untung yang lebih besar?"

Maka saya pribadi tidak bisa menyalahkan target tersebut, karena setiap trader memiliki pertimbangan kenapa menjual saham dengan target 4%, atau bahkan lebih tinggi dari itu. 

Kalau ada trader yang mengatakan bahwa anda harus take profit sebanyak 5% dari harga jual anda. Anda harus tunggu saham anda naik 10%, maka cara ini bukanlah cara yang benar dalam trading. Hal ini hanya akan membuat anda terpaku pada suatu target, di mana target tersebut belum tentu sesuai dengan karakter trading anda. 

Mulai sekarang, ciptakanlah target take profit yang ideal untuk anda sendiri. Anda tidak perlu menetapkan target yang terlalu kaku, terlalu baku dan absolut. Dengan mengalami trading dan belajar saham secara terus-menerus, anda akan tahu sendiri target take profit yang ideal untuk anda. 

Anda tidak perlu memaksakan melakukan take profit di harga yang terlalu tinggi (yang menjadi anggapan ideal kebanyakan orang), kalau memang anda belum bisa melakukannya dan anda masih dalam tahap belajar. 

Belajar saham harus dilakukan dengan perlahan, dan anda harus menikmati setiap proses dari trading yang anda lakukan. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Merubah Target Take Profit dan Cut Loss Trading

Merubah Target Take Profit dan Cut Loss Trading

Pada saat membeli saham, anda harus menentukan anda mau jual saham di harga berapa alias take profit. Selain itu, menentukan titik cut loss juga diperlukan dalam beberapa kasus tertentu. Saya pernah ulas tulisannya disini: Saham Turun: Pilih Hold atau Cut Loss? 

Jadi katakanlah anda beli saham MYOR di harga 2.500. Setelah beli MYOR anda menentukan take profit (TP) di harga 2.600. Namun beberapa saat kemudian, setelah anda melihat pergerakan MYOR yang naiknya cukup tinggi, anda memutuskan untuk menjual MYOR di 2.650. Ini artinya anda sudah merubah target take profit yang anda tetapkan sebelumnya.  

Dalam trading anda harus punya target mau jual saham di harga berapa setelah anda beli. Jangan sampai anda tidak punya target jual, dan akhirnya anda menjual saham anda di harga random. Ini berbahaya untuk trading anda. 

Sekali dua kali, mungkin bisa memperoleh profit dari jual saham di harga random ini. Tapi kalau market sedang bergejolak, anda mungkin akan bingung memutuskan jual saham di harga tertentu, apalagi kalau saham anda tiba-tiba mengalami penurunan drastis (karena market lagi jelek), dan anda nggak punya plan apapun. 

Pertanyaan selanjutnya: Bolehkah trader mengubah target take profit (TP) dan cut loss (CL) yang sudah ditetapkan sebelumnya? Apakah hal ini berarti trader melanggar trading plan yang sudah ditetapkannya sendiri? 

Beberapa trader pernah bertanya pada saya tentang merubah target take profit dan cut loss ini. Maka dari itu, saya akan membahasnya di pos ini. 

Apakah boleh merubah target TP dan CL? Saya jawab: Boleh-boleh saja anda merubah target take profit maupun cut loss yang sudah anda tetapkan sebelumnya. Alasannya? 

Dalam trading saham, anda harus memiliki tingkat fleksibilitas. Anda tidak boleh kaku atau terpaku pada satu target tertentu. Karena harga saham terus bergerak, sehingga anda juga harus luwes dalam melihat setiap pergerakan dan peluang trading yang ada. 

Kondisi IHSG terus bergerak, dan anda tidak akan tahu apa yang terjadi pada IHSG keesokan harinya. Misalnya anda membeli saham BMRI di harga 7.000. Lalu anda menetapkan jual BMRI di 7.300. Setelah itu, benar saja BMRI naik sampai ke 7.200. 

Namun tidak lama kemudian, ada sentimen negatif yang membuat mayoritas saham jatuh. BMRI yang awalnya sudah naik ke 7.200, mengalami perubahan tren yang signifikan, dan harganya turun ke 7.100. Anda kemudian berpikir untuk menjual dahulu di 7.100 (anda sudah profit), untuk membeli lagi di harga bottom. Boleh saja anda melakukan hal tersebut. 

Dari sini kita bisa simpulkan bahwa merubah target take profit dan cut loss diperbolehkan apabila.... Anda sudah melakukan analisa dan anda memiliki pertimbangan / alasan yang kuat mengapa anda mau merubah target-target trading yang sudah anda tetapkan sebelumnya. 

Anda harus tahu alasan mengapa anda merubah target take profit maupun cut loss yang sudah anda tetapkan sebelumnya dalam trading plan. Nah, semakin pengalaman anda dalam trading, anda akan semakin mengetahui kapan anda harus merubah / merevisi target anda, atau kapan anda tidak perlu merubah target. Baca juga: Panduan Cara Menyusun Trading Plan Saham.   

Banyak trader yang merubah target tradingnya hanya karena mereka terbawa 'arus' emosional, dan mengikuti saran-saran dari luar yang belum tentu benar.  

Cara inilah yang tidak saya sarankan. Setiap keputusan trading yang anda lakukan baik menentukan maupun merubah target yang sudah anda tetapkan sebelumnya dalam trading plan, harus didasarkan atas 100% analisa subjektif yang anda lakukan sendiri. 

Beberapa dari anda yang kritis kemudian bertanya lagi: "Tapi kan Pak Heze, di saham ada prinsip let your profit run, buat apa tentukan jual saham di harga berapa kalau sahamnya masih naik terus?" 

Prinsip trading plan adalah: Anda harus punya target mau jual saham di harga berapa. Artinya, setelah anda beli saham, anda harus tahu apa yang anda lakukan dengan saham anda. Jangan sampai (seperti yang saya tuliskan sebelumnya), anda menjual saham di harga random. Masalah anda mau menaikkan target take profit anda, itu adalah keputusan anda dan hasil analisa anda.

Pergerakan dan dinamika market yang cenderung berubah dengan cepat membuat cara trading anda harus fleksibel. Walaupun merubah target dalam trading bukanlah syarat yang mutlak, namun terkadang justru anda perlu merubah target2 yang sudah anda tetapkan sebelumnya berdasarkan pada perubahan kondisi market dan saham yang anda beli.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Logis dan Rasionalitas Membeli Saham

Cara Logis dan Rasionalitas Membeli Saham

Dalam trading saham, anda pasti akan menghadapi berbagai macam pergerakan harga di saham yang sangat fluktuatif. Maka dari itu, dalam membeli saham anda harus mampu menggunakan akal sehat (logis) dan rasionalitas. Disamping analisa teknikal, sifat rasionalitas inilah yang bisa mengarahkan anda untuk mendapat profit di pasar saham. 

Pertanyaannya: Bagaimana cara agar trader bisa logis dan rasional dalam mengambil keputusan trading?

Cara logis dan rasionalitas dalam membeli saham dilakukan dengan FOKUS pada portofolio anda. Apa maksudnya fokus? Fokus yang saya maksud adalah jangan mudah terpengaruh dengan saham2 yang sedang naik, bahkan yang sudah naik drastis. 

Anda boleh mengamati dan mencari tahu kenapa saham2 di sektor tertentu harganya sedang naik banyak pada saat itu, tetapi anda tetap harus fokus pada apa yang sudah anda rencanakan sebelumnya (baca: Fokus pada trading plan). Untuk memudahkannya, saya kasih contoh: 

Setelah melakukan analisis teknikal, Pak Untung memutuskan membeli saham  BBCA, DOID, ADRO, SSIA. Saham2 tersebut setelah dibeli ternyata masih belum naik. Di saat yang hampir bersamaan, saham ELSA dan ASRI naik sangat kencang. 

Kemudian Pak Untung langsung menjual saham-sahamnya dan memindahkan modalnya ke ELSA dan ASRI. Sesaat kemudian, ternyata ELSA dan ASRI harganya mulai bergerak turun dan tidak naik lagi sesuai dengan harapan Pak Untung. Dengan kata lain, Pak Untung membeli saham ASRI dan ELSA di harga tertinggi, dan langsung turun setelah sahamnya dibeli. 

Akhirnya alih-alih mendapat profit besar dalam waktu yang lebih singkat, saham Pak Untung justru nyangkut di harga atas. 

Hal ini seringkali terjadi. Trader tidak menggunakan faktor rasionalitas dalam membeli saham dan cenderung mudah terpengaruh dengan saham2 yang sedang naik. 

Keinginan membeli saham-saham yang sudah naik tersebut tidak lepas dari keinginan trader untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu mendapat profit. Semua trader tentu trading dengan tujuan profit. Tetapi, setiap trader harus memiliki perencanaan trading yang baik. 

Kalau anda mudah terpengaruh membeli saham yang sudah naik, justru akan membahayakan anda. Saya juga sudah pernah menuliskannya disini: Waspadai Saham-saham yang Sedang Naik Drastis. 

Jadi, cara logis dan rasionalitas membeli saham adalah: Fokuslah pada saham yang sudah anda beli. Ketika anda membeli saham, pantau saham tersebut, dan tentukan batas take profit dan cut loss. Anda tidak perlu bingung dengan saham lain yang sedang naik. 

Toh, kalau di Bursa Efek ada 10 saham yang sedang naik kencang, anda nggak mungkin beli semuanya kan? Itulah yang dinamakan dengan faktor rasionalitas. Pilihlah saham yang ada dalam radar analisis anda, bukan membeli semua saham yang sudah naik. 

Sekali lagi, saya tidak mengatakan kalau anda tidak boleh memindahkan saham anda ke saham lain yang lebih potensial untuk naik. Tapi dalam trading ada yang namanya trading plan. Jadi, ketika merencanakan sesuatu anda harus berpatok pada analisis, dan bukan pada kondisi emosi. 

Pos ini tidak hanya membahas tentang bagaimana cara melakukan analisis teknikal, tetapi juga faktor psikologis. Saya juga membahas psikologis trading secara lengkap disini: Buku Saham.   


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Mengalokasikan Modal Trading yang Efektif

Cara Mengalokasikan Modal Trading yang Efektif

Di dalam trading, modal adalah hal utama yang harus bisa anda kelola dengan baik. Artinya, modal trading (uang) yang anda miliki akan menentukan seberapa besar anda mampu bertahan di pasar saham. 

Dalam trading modal ibarat nyawa. Kalau modal anda habis, anda tidak akan bisa membeli saham apapun. Selama ada modal, anda bisa bertahan di pasar saham. Oleh karena itu, modal adalah objek yang harus anda kelola dengan baik dan benar. 

"Terus, gimana caranya agar saya bisa menggunakan modal trading dengan bijaksana?" Tanya anda semakin penasaran. 

Mengalokasikan modal trading hendaknya dilakukan dengan mengalokasikan modal paling besar untuk jenis saham yang risikonya paling kecil. Sedangkan alokasi modal trading yang paling kecil adalah untuk jenis saham yang risikonya paling besar. 

Saham2 yang mengandung unsur risiko paling besar adalah saham2 gorengan. Sebaliknya, saham2 yang risikonya paling kecil umumnya adalah saham2 lapis satu (blue chip) dan dan saham yang risikonya lebih besar daripada saham lapis satu adalah saham2 lapis dua. Baca juga: Perbedaan Saham Lapis Satu, Dua dan Tiga. 

Contoh cara mengalokasikan modal trading: 

Anda memiliki modal sebesar Rp20 juta di rekening saham. Dari Rp20 juta tersebut, 40% anda alokasikan pada saham blue chip. 35% anda alokasikan pada saham-saham lapis dua. 10% anda alokasikan untuk trading di saham lapis tiga, dan 15% anda tetap simpan sebagai kas. 

Itulah contoh cara mengaloasikan modal trading dengan efektif dan benar. Ingat, cara ini bukanlah cara yang absolut. Ini hanya merupakan saran / gambaran pada anda mengenai bagaimana cara mengalokasikan modal untuk trading. 

Tapi kalau anda baca lagi baik2, saya menuliskan alokasi modal yang paling besar adalah untuk saham2 yang risikonya cenderung kecil (blue chip dan diikuti dengan saham lapis dua, kemudian saham lapis tiga sangat kecil). 

Ini artinya, saya menyarankan pada pembaca agar anda lebih memprioritaskan untuk mengalokasikan modal trading yang besar pada saham2 yang tingkat risikonya lebih kecil. 

Sekali lagi, cara ini bukanlah cara yang absolut. Namun saya sering menemukan trader yang mengalami kerugian2 yang besar karena mereka nekad membeli saham2 lapis tiga dengan modal besar. 

Maka dari itu, agar anda bisa terus bertahan di pasar saham (modal anda tidak habis), ada baiknya anda PRIORITASKAN trading di saham2 yang risikonya lebih / paling rendah. Dengan cara seperti ini pula, anda berpotensi meraih profit yang lebih konsisten

Bagaimana cara melihat saham2 yang memiliki potensi risiko lebih rendah dan lebih tinggi?

Anda bisa mempelajarinya disini: Panduan Menemukan Saham BagusPada ebook praktik tersebut, saya juga memaparkan tipikal grafik saham yang layak untuk trading dan saham-saham yang polanya harus anda hindari, walaupun secara grafik kelihatannya saham2 tersebut berpotensi rebound. Saham2 seperti ini yang berpotensi menjebak trader.

Salam profit... Selamat praktik


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Analisis Saham: Beli Saham Apa?

Analisis Saham: Beli Saham Apa?

Kalau saya mau trading, saham apa yang sebaiknya saya beli? Saya ingin investasi, saham apa yang bagus buat jangka panjang? Saham apa yang bagus dibeli buat hari ini? 

Di dalam trading ataupun investasi, anda harus bisa menjawab pertanyaan2 diatas itu tadi, yang kalau kita rangkum pertanyaan adalah: BELI SAHAM APA. Karena tujuan anda dan saya membeli saham adalah untuk mendapatkan profit, maka anda harus bisa menjawab pertanyaan tersebut.  

Hal ini juga merupakan bagian dari trading plan, di mana trading plan adalah salah satu analisa paling penting dalam bisnis saham. Baca juga: Panduan Menyusun dan Menjalankan Trading Plan Saham.   

Nah, untuk menjawab pertanyaan beli saham apa, anda harus bisa menjawab berdasarkan analisa2 berikut: 

1. Beli saham berdasarkan analisa teknikal 

Untuk mengetahui saham apa yang mau anda beli, anda harus paham dengan ANALISA TEKNIKALNYA (terutama buat trader saham). Analisa teknikal berarti anda harus paham bagaimana pergerakan grafiknya, support-resisten, apakah momentumnya sudah bagus atau belum untuk dibeli. 

Anda bisa melengkapi skill trading untuk memilih saham bagus dengan mempelajari analisa-analisa teknikal untuk trading disini: Ebook Belajar Saham 

Mengapa anda harus paham analisa teknikal? 

Pergerakan naik-turunnya saham dalam jangka pendek sangat bergantung dari analisa teknikal, yaitu titik-titik harga yang terbentuk, yang menjadi acuan trader dan 'pemain besar'. 

Oleh karena itu, setiap grafik saham pasti memiliki pola, support-resisten yang bisa anda jadikan acuan momentum untuk trading.  

Memahami grafik saham juga perlu karena tidak semua saham punya grafik dan likuiditas volume yang bagus. Oleh karena itu, kalau anda tidak memahami analisa teknikal, anda sangat rentan terjebak membeli saham2 yang berisiko. 

2. Beli saham berdasarkan analisa fundamental 

Membeli saham artinya anda harus paham: Apa produk perusahaan (saham) tersebut? Bagaimana kinerjanya? Bagaimana prospeknya? Bagaimana tren labanya? 

Artinya, anda harus mempelajari analisa fundamental saham: Membaca laporan keuangan, memahami produk2 perusahaan, memahami valuasi saham, prospek perusahaan, kinerja perusahaan di sektornya. Baca juga: Analisis Fundamental Saham. Hal ini sangat diperlukan terutama kalau anda adalah seorang investor. 

Jangan sampai anda membeli saham untuk investasi, tetapi anda tidak paham kinerja keuangan perusahaan tersebut. Anda tidak paham perusahaannya bergerak di bidang apa. 

3. Analisis teknikal + fundamental  

Menggabungkan analisa teknikal dan fundamental juga merupakan bagian dari trading plan untuk menjawab pertanyaan: Beli saham apa. 

Walaupun anda seorang trader saham, anda juga perlu memahami analisa fundamental, meskipun mungkin analisa fundamental "hanya" sebagai pelengkap. Di pos ini: Perlukah Analisis Fundamental untuk Seorang Trader? Saya juga sudah menjelaskannya. 

Sekarang coba anda bayangkan: Anda membeli saham, dan saham tersebut sudah masuk di portofolio anda. Tapi anda tidak tahu produk dari perusahaan tersebut. Anda juga tidak paham dengan pola dan pergerakan grafik sahamnya. Anda tidak paham secara analisa kenapa saham tersebut harus anda beli. 

Maka ini ibarat anda membeli sebuah barang tapi anda tidak tahu kenapa anda membeli barang. Anda tidak tahu kegunaan barang tersebut. Dan tentu saja, anda tidak akan mendapat manfaat dari barang yang anda beli. Justru anda hanya akan membuang duit saja.
Membeli saham itu sama seperti ketika anda membeli barang. Anda harus tahu barang apa yang anda beli. Apa manfaat barang tersebut untuk anda. Kenapa anda membeli? Kenapa anda butuh? 
Jadi kalau anda mengerti kenapa anda membeli barang tersebut, barang yang anda beli akan memberikan manfaat untuk anda. Demikian juga dengan saham. Kalau anda tahu saham apa yang anda beli, anda akan mendapatkan manfaat dari saham anda (capital gain, dividen). 

Di pasar saham, ada buanyaak sekali saham yang bisa anda beli. Tapi anda harus tahu saham apa yang anda beli. Bukan hanya sekedar tahu kode sahamnya saja. 

Nah, untuk mengetahui saham yang anda beli, maka gunakanlah analisa teknikal (chart, momentum) terutama untuk seorang trader, dan analisa fundamental (kinerja, laporan keuangan, produk) untuk seorang investor dan trader (sebagai pelengkap). 

Dengan demikian, anda pasti bisa menjawab pertanyaan: Beli saham apa? Di mana anda bisa menjawabnya berdasarkan analisa-analisa saham, bukan hanya sekedar spekulasi.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham Dijual, Lalu Naik Lagi?

Saham Dijual, Lalu Naik Lagi?

Take profit alias ambil keuntungan adalah hal yang harus anda lakukan setelah anda membeli saham. Berapa lamapun jangka waktu take profit anda, sebagai trader, cepat atau lama anda tentu pasti ingin menjual saham anda pada saat harga saham anda sudah mengalami kenaikan. 

Karena tidak ada harga saham yang naik terus. Pada titik tertentu setelah harga saham naik, harga saham pasti akan koreksi lagi. 

Pada praktikknya, pernahkah ketika saham anda naik, dan anda menjual saham, namun harga saham yang anda jual ternyata masih naik lagi? 

"Wah saya pernah mengalami ini, lalu bagaimana solusinya supaya profit kita lebih besar lagi?" Kata anda 

Semua trader pernah mengalami hal ini, termasuk saya sendiri. Tapi anda harus tahu beberapa penyebab kenapa saham yang anda jual harganya cenderung masih naik lagi, dengan demikian anda tidak perlu menyesal, jengkel, merasa salah, merasa tidak berbakat, merasa kehilangan profit dan lain-lain. 

Baca juga: Cara Menentukan Target Profit dan Cut Loss yang Tepat. Dari pengalaman trading saya, ada tiga penyebab utama kenapa saham yang anda jual bisa naik lagi: 

1. Anda terburu menjual saham anda 

Kalau anda sering terburu menjual saham, padahal saham yang anda beli masih potensial untuk naik, IHSG juga lagi bagus, saham anda sudah di harga bottom, itu artinya, anda perlu membenahi: Analisa teknikal yang anda gunakan atau anda perlu mendalami psikologis trading lebih baik. 

Baca juga:  Cara Menentukan Target Profit dan Cut Loss yang Tepat dan 2 Faktor Keberhasilan Trading Saham. 

Karena di pasar saham itu sangat dibutuhkan kesabaran. Jika saham yang anda beli baru naik sedikit, lalu anda sudah panik dan langsung jual, maka kemungkinan besar anda harus banyak berlatih lagi bagaimana cara menentukan take profit, melihat kondisi pasar saham secara lebih luas, dan terutama membentuk mindset trading anda.

Seberapa banyak dari anda yang masih sering panik, dan belum bisa tenang dalam menganalisis saham? Hanya anda yang mengetahuinya. Setelah membaca tulisan ini, anda harus melakukan evaluasi pada trading anda. 

2. Anda sudah menetapkan target jual anda 

Nah poin kedua inilah yang ingin saya tekankan pada anda. Jika anda membeli saham di harga 800, lalu setelah membeli saham, anda sudah menetapkan jual di harga 850, setelah harga 850 anda langsung menjualnya. Tapi tidak lama kemudian harga saham naik lagi sampai 920. 

Kalau anda mengalami hal ini, apa yang anda lakukan sudah benar. Lho kok?

Pada saat anda menetapkan harga jual anda setelah beli saham, it means anda sudah menerapkan trading plan dan mematuhi trading plan anda sendiri. 

Harus anda ketahui, dalam trading saham, anda bukan hanya bertugas untuk melakukan analisa, tapi anda harus bisa menyusun trading plan. Trading plan salah satunya poin pentingnya adalah menetapkan anda mau jual saham di harga berapa setelah anda beli. Materi lengkap menyusun trading plan, pernah saya bahas disini: Buku Saham.  

Anda tidak akan bisa tahu harga saham akan naik sampai ke harga berapa. Oleh karena itu, anda harus menetapkan anda mau jual di harga berapa, bukan menunggu harga naik sampai ke level tertinggi, karena sekali lagi, kita semua tidak bisa mengetahui titik resisten paling tinggi dari harga suatu saham, pada kurun waktu tertentu. Dan apakah titik resisten tersebut akan tersentuh dalam waktu dekat, anda juga tidak akan tahu pasti. 

Kalau semua trader bisa mengetahui saham akan naik sampai ke level tertentu, maka tentu semua trader bisa mendapatkan profit di harga yang paling tinggi.  

Satu hal lagi, sebesar banyak profit yang anda dapatkan di hari itu, anda tetap harus bersyukur, karena belum tentu trader lain bisa mendapatkan profit sebesar anda. Banyak trader yang masih harus jatuh bangun untuk belajar dan menekan kerugiannya.  

Tapi sayangnya banyak sekali trader yang menyesal dengan target yang sudah ditetapkan sendiri. Banyak trader yang menyesal kenapa nggak jual saja di harga lebih tinggi. Banyak trader yang berpikir: "Seharusnya saya beli saham lain yang naiknya lebih cepat". 

Sikap2 inilah yang salah, yang pada akhirnya membuat trader sering menjadi latah dan akhirnya sering tidak bergerak sesuai trading plannya lagi. 

Kuncinya, selama anda tetap berada di jalur trading plan anda, dan anda selalu menyusun trading plan beli dan jual saham anda, maka apa yang anda lakukan sudah benar. 

3. Anda langsung menjual saham anda ketika sudah naik 

Kasus ketiga, anda memang belum menetapkan mau jual di harga berapa setelah beli saham. Jadi katakanlah anda beli saham di harga 1.000. Kemudian saat harganya naik ke 1.030, tanpa ancang-ancang dan analisa anda langsung menjual. Tidak lama kemudian harga saham masih  naik sampai 1.100.

Istilahnya, anda asal menjual saham saat saham sudah naik dan anda sudah profit. Kalau anda mengalami hal ini, maka anda harus mulai menetapkan trading plan anda dari awal. Kalau anda tidak menganalisa grafiknya, darimana anda bisa memprediksi harga saham akan naik sampai ke level tertentu?

Trader yang seringkali menjual saham secara spontan, bisa menjadi penyebab kenapa saham yang dijual harganya naik lagi. Penting bagi anda untuk mengetahui titik2 resisten saham, dan posisi IHSG saat itu, sebagai dasar untuk menentukan target jual yang lebih akurat. 

Dari tiga hal ini, anda termasuk tipikal yang mana? Well, kalau anda baca pos ini dan anda resapi baik-baik, maka anda yang berada di tipikal poin kedua, harusnya anda sekarang sudah lebih tenang kalau saham yang anda jual naik lagi. Anda tidak perlu menyesal atau merasa bersalah. Trading must go on. Life must go on.

Namun kalau anda masih masuk pada tipikal trader nomor satu atau tiga, anda perlu melakukan kembali evaluasi trading dan analisa anda. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham Dijual, Lalu Naik Lagi?

Saham Dijual, Lalu Naik Lagi?

Take profit alias ambil keuntungan adalah hal yang harus anda lakukan setelah anda membeli saham. Berapa lamapun jangka waktu take profit anda, sebagai trader, cepat atau lama anda tentu pasti ingin menjual saham anda pada saat harga saham anda sudah mengalami kenaikan. 

Karena tidak ada harga saham yang naik terus. Pada titik tertentu setelah harga saham naik, harga saham pasti akan koreksi lagi. 

Pada praktikknya, pernahkah ketika saham anda naik, dan anda menjual saham, namun harga saham yang anda jual ternyata masih naik lagi? 

"Wah saya pernah mengalami ini, lalu bagaimana solusinya supaya profit kita lebih besar lagi?" Kata anda 

Semua trader pernah mengalami hal ini, termasuk saya sendiri. Tapi anda harus tahu beberapa penyebab kenapa saham yang anda jual harganya cenderung masih naik lagi, dengan demikian anda tidak perlu menyesal, jengkel, merasa salah, merasa tidak berbakat, merasa kehilangan profit dan lain-lain. 

Baca juga: Cara Menentukan Target Profit dan Cut Loss yang Tepat. Dari pengalaman trading saya, ada tiga penyebab utama kenapa saham yang anda jual bisa naik lagi: 

1. Anda terburu menjual saham anda 

Kalau anda sering terburu menjual saham, padahal saham yang anda beli masih potensial untuk naik, IHSG juga lagi bagus, saham anda sudah di harga bottom, itu artinya, anda perlu membenahi: Analisa teknikal yang anda gunakan atau anda perlu mendalami psikologis trading lebih baik. 

Baca juga:  Cara Menentukan Target Profit dan Cut Loss yang Tepat dan 2 Faktor Keberhasilan Trading Saham. 

Karena di pasar saham itu sangat dibutuhkan kesabaran. Jika saham yang anda beli baru naik sedikit, lalu anda sudah panik dan langsung jual, maka kemungkinan besar anda harus banyak berlatih lagi bagaimana cara menentukan take profit, melihat kondisi pasar saham secara lebih luas, dan terutama membentuk mindset trading anda.

Seberapa banyak dari anda yang masih sering panik, dan belum bisa tenang dalam menganalisis saham? Hanya anda yang mengetahuinya. Setelah membaca tulisan ini, anda harus melakukan evaluasi pada trading anda. 

2. Anda sudah menetapkan target jual anda 

Nah poin kedua inilah yang ingin saya tekankan pada anda. Jika anda membeli saham di harga 800, lalu setelah membeli saham, anda sudah menetapkan jual di harga 850, setelah harga 850 anda langsung menjualnya. Tapi tidak lama kemudian harga saham naik lagi sampai 920. 

Kalau anda mengalami hal ini, apa yang anda lakukan sudah benar. Lho kok?

Pada saat anda menetapkan harga jual anda setelah beli saham, it means anda sudah menerapkan trading plan dan mematuhi trading plan anda sendiri. 

Harus anda ketahui, dalam trading saham, anda bukan hanya bertugas untuk melakukan analisa, tapi anda harus bisa menyusun trading plan. Trading plan salah satunya poin pentingnya adalah menetapkan anda mau jual saham di harga berapa setelah anda beli. Materi lengkap menyusun trading plan, pernah saya bahas disini: Buku Saham.  

Anda tidak akan bisa tahu harga saham akan naik sampai ke harga berapa. Oleh karena itu, anda harus menetapkan anda mau jual di harga berapa, bukan menunggu harga naik sampai ke level tertinggi, karena sekali lagi, kita semua tidak bisa mengetahui titik resisten paling tinggi dari harga suatu saham, pada kurun waktu tertentu. Dan apakah titik resisten tersebut akan tersentuh dalam waktu dekat, anda juga tidak akan tahu pasti. 

Kalau semua trader bisa mengetahui saham akan naik sampai ke level tertentu, maka tentu semua trader bisa mendapatkan profit di harga yang paling tinggi.  

Satu hal lagi, sebesar banyak profit yang anda dapatkan di hari itu, anda tetap harus bersyukur, karena belum tentu trader lain bisa mendapatkan profit sebesar anda. Banyak trader yang masih harus jatuh bangun untuk belajar dan menekan kerugiannya.  

Tapi sayangnya banyak sekali trader yang menyesal dengan target yang sudah ditetapkan sendiri. Banyak trader yang menyesal kenapa nggak jual saja di harga lebih tinggi. Banyak trader yang berpikir: "Seharusnya saya beli saham lain yang naiknya lebih cepat". 

Sikap2 inilah yang salah, yang pada akhirnya membuat trader sering menjadi latah dan akhirnya sering tidak bergerak sesuai trading plannya lagi. 

Kuncinya, selama anda tetap berada di jalur trading plan anda, dan anda selalu menyusun trading plan beli dan jual saham anda, maka apa yang anda lakukan sudah benar. 

3. Anda langsung menjual saham anda ketika sudah naik 

Kasus ketiga, anda memang belum menetapkan mau jual di harga berapa setelah beli saham. Jadi katakanlah anda beli saham di harga 1.000. Kemudian saat harganya naik ke 1.030, tanpa ancang-ancang dan analisa anda langsung menjual. Tidak lama kemudian harga saham masih  naik sampai 1.100.

Istilahnya, anda asal menjual saham saat saham sudah naik dan anda sudah profit. Kalau anda mengalami hal ini, maka anda harus mulai menetapkan trading plan anda dari awal. Kalau anda tidak menganalisa grafiknya, darimana anda bisa memprediksi harga saham akan naik sampai ke level tertentu?

Trader yang seringkali menjual saham secara spontan, bisa menjadi penyebab kenapa saham yang dijual harganya naik lagi. Penting bagi anda untuk mengetahui titik2 resisten saham, dan posisi IHSG saat itu, sebagai dasar untuk menentukan target jual yang lebih akurat. 

Dari tiga hal ini, anda termasuk tipikal yang mana? Well, kalau anda baca pos ini dan anda resapi baik-baik, maka anda yang berada di tipikal poin kedua, harusnya anda sekarang sudah lebih tenang kalau saham yang anda jual naik lagi. Anda tidak perlu menyesal atau merasa bersalah. Trading must go on. Life must go on.

Namun kalau anda masih masuk pada tipikal trader nomor satu atau tiga, anda perlu melakukan kembali evaluasi trading dan analisa anda. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Strategi Mengembangkan Sistem Trading Saham

Strategi Mengembangkan Sistem Trading Saham

Setiap kali anda trading, anda harus memiliki panduan trading yang berupa sistem trading atau biasa disebut sebagai trading plan. Trading plan berkaitan dengan penggunaan analisa teknikal yang konsisten, screening saham, manajemen modal. Pelajari juga: Membuat Trading Plan Saham. 

Untuk menghasilkan profit dalam trading, anda harus bisa mengembangkan sistem trading anda. Pada saat anda pertama kali trading (pemula), dan ketika anda sudah dua tahun trading, tentu saja level trading anda harus berbeda. Sistem trading anda yang sekarang harus lebih berkembang. 

Di pos ini, saya ingin sedikit banyak berbagi strategi mengembangkan sistem trading saham, agar anda bisa mengalami perkembangan trading yang lebih baik (profit lebih konsisten, anda lebih tenang menghadapi market).  

Ada beberapa poin penting yang harus anda lakukan agar anda bisa mengembangkan sistem trading anda: 

1. Fokus hanya ke saham-saham tertentu saja

Pada saat pertama kali trading, trader biasanya cenderung mencoba mentradingkan bermacam-macam saham. Trader mencoba mengikuti saran, pakar analis sebagai referensi saham yang mau ditradingkan. 

Hal ini wajar, dan saya dahulu juga mengalaminya, karena pemula masih berada dalam tahap mencari dan mengembangkan analisa trading, sehingga pilihan saham bisa jadi sangat banyak. 

Tetapi semakin anda pengalaman dalam trading, anda harus lebih bisa menyaring, menyeleksi dan fokus ke beberapa saham saja untuk trading. Anda harus fokus untuk memilih saham2 yang benar2 sesuai dengan karakter trading anda. 

Untuk memilih saham yang benar / layak trading, anda harus melakukan SCREENING SAHAM. Praktik2 screening saham untuk menemukan stock pick yang layak trading bisa anda pelajari disini: Panduan Memilih (Screening) Saham Bagus. 

Catatan: Saham2 yang ada di BEI jumlahnya cukup banyak, tetapi mayoritas saham2 di BEI banyak yang tidak layak trading (sebagai contoh, mayoritas saham2 di BEI banyak saham gorengan). 

Dalam trading, anda harus bisa mulai fokus untuk memilih beberapa saham yang layak trading. Dengan demikian, sistem trading anda bisa berjalan lebih teratur dan konsisten.

2. Mengatur manajemen modal

Di dalam trading, anda harus menganalisa manajemen modal anda. Anda harus bisa membatasi trading anda (jangan overtrading), dan membedakan kapan harus beli, kapan harus wait and see. 

Banyak melakukan trading bukan berarti anda pasti lebih banyak untung. Sebaliknya, wait and see bukan berarti anda kehilangan kesempatan. 

Meskipun anda saat itu sedang punya modal yang banyak atau bahkan mungkin portofolio anda full cash, bukan berarti anda harus mentradingkan semuanya. 

Kedua lakukan diversifikasi. Diversifikasi yang berlebihan justru membuat anda tidak bisa mengembangkan sistem trading lebih baik, karena anda tidak akan bisa fokus untuk memantau saham terlalu banyak. 

Kedua, diversifikasi terlalu banyak akan membuat profit anda tidak maksimal. Ketiga, terlalu banyak saham yang anda beli akan membuat anda bingung menyimpulkan, saham mana yang seharusnya lebih layak untuk anda tradingkan.

Jadi, di dalam menerapkan manajemen modal, gunakan diversifikasi 2-4 saham saja, dan lakukan momentum trading yang tepat (trading tidak harus setiap saat). 

3. Jangan merubah total sistem trading (analisa teknikal) 

Banyak yang salah mengartikan bahwa mengembangkan sistem trading berarti anda harus sering merubah dan mencoba sistem trading yang baru, supaya anda tahu mana yang paling cocok untuk anda. 

Saya tidak menyarankan hal ini. Anda bisa bayangkan ada ratusan indikator dan analisa teknikal lain yang bisa anda pakai. Itu artinya, kalau anda melakukan kombinasi analisa teknikal, jumlah kombinasi analisa teknikal bisa sangat beragam. 

Tidak mungkin anda mencoba satu per satu kombinasi analisa teknikal. Kalau anda melakukan hal ini, anda hanya akan bingung dan anda bisa kehilangan arah dalam trading. 

Jika anda sudah memiliki sistem trading, ujilah apakah sistem trading anda bisa menghasilkan profit. Kalau sistem trading anda banyak loss-nya, barulah anda boleh mengganti total sistem trading anda. 

Untuk menciptakan sistem trading yang baik, anda harus memulai dengan praktik analisa teknikal yang simpel. Kita pernah membahasnya disini tentang praktik2 dan strategi analisis teknikal: Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal. 

Jika anda sudah memiliki sistem trading yang mulai menghasilkan profit, ada baiknya anda terus menggunakan dan mengasah analisa2 yang sudah anda miliki tersebut. Anda boleh memodifikasi sistem trading anda, misalnya menambahkan indikator pendukung, menambahkan analisa chart pattern. 

Namun jika anda sudah punya sistem trading, jangan pernah merubah total sistem yang sudah anda jalankan, yang sudah terbukti menghasilkan profit. Dengan cara ini, sistem analisa teknikal anda bisa terasah jauh lebih baik, ketimbang anda gonta-ganti sistem trading. 

Sistem trading yang bisa menghasilkan untung adalah sistem trading yang SIMPEL dan bisa dipraktikkan. Selama sistem trading anda bisa anda praktikkan walaupun sederhana, maka anda hanya perlu megasahnya. 

Jadi untuk mengembangkan sistem trading saham, anda harus bisa fokus mentradingkan saham2 yang bagus, manajemen modal lebih diatur dan konsisten dengan sistem trading anda. 

Intinya, sistem trading anda bisa berkembang jika anda tidak melakukan sesuatu yang sifatnya OVER alias BERLEBIHAN dalam trading. 

Berlebihan dalam diversifikasi. Berlebihan dalam trading (overtrading), mengganti sistem trading terus menerus (berlebihan dalam menggunakan analisa teknikal). 

Kalau anda saat ini merasa sistem trading anda belum bisa berkembang (menghasilkan profit yang lebih besar dibandingkan saat anda pertama trading), anda harus evaluasi kembali trading anda. Terapkan dan praktikkan poin2 diatas. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Strategi Menentukan Target Take Profit

Strategi Menentukan Target Take Profit

Dalam trading saham, take profit adalah salah satu bagian dari trading plan yang harus anda eksekusi dengan benar dan bijaksana. Strategi melakukan take profit inilah yang menentukan seberapa besar anda mendapatkan profit. Sebenarnya banyak trader yang sudah bisa mendapatkan profit. Namun karena target take profit yang ditetapkan salah, profit malah berubah jadi rugi.

Biasanya kesalahan trader menetapkan target take profit ada 2 hal: Ngarep harga saham masih akan naik lagi dan menetapkan take profit terlalu tinggi. Jadi, sebenarnya trader sudah bisa mendapatkan profit. Tetapi karena sifat greed dan kurangnya analisa pasar, maka profit yang sudah didapatkan akhirnya hilang. 

Kalau anda sering mengalaminya, anda harus mulai mengubah strategi trading anda (terutama menentukan take profit). Kesalahan pertama dalam take profit: Ngarep harga saham masih akan naik lagi. 

Ini biasanya terkait dengan psikologi trader. Trader harus bisa mematuhi rule target take profitnya sendiri. Apabila target anda sudah tersentuh, anda harus jual sahamnya. Kalau anda terus berharap harga saham naik, bukan tidak mungkin harga saham justru malah berbalik turun. 

Dalam hal ini anda harus memiliki trading plan yang baik, psikologi dan manajemen modal yang baik. Saya pernah membuat ebook lengkap materi2 tersebut disini: Buku Saham. 

Kedua, trader sering menetapkan take profit terlalu tinggi. Sebenarnya tidak ada salahnya anda menetapkan target take profit yang tinggi, terutama kalau anda adalah tipikal swing trader. Namun, anda harus melihat kondisi pasar saham saat itu. 

Saat kondisi pasar saham kurang bagus, dalam arti banyak saham yang dijual asing (sehingga IHSG cenderung turun terus). Kemudian posisi sebagian besar tidak banyak yang bergerak uptrend secara signifikan, maka strategi menetapkan take profit di harga tinggi cukup sulit dilakukan. Mengapa?

Saya beri contoh. Ketika kondisi IHSG sedang cenderung turun dan tidak banyak saham yang sedang uptrend kuat, biasanya harga saham bergerak di harga itu-itu saja. Bahkan ada saham2 yang awalnya terlihat naik, tetapi tidak lama kemudian langsung turun dengan cepat. Hal ini wajar. 

Hal ini sering terjadi terutama setelah IHSG break all time high, seperti yang terjadi sejak awal Juli 2017 sampai 2 bulan lebih kedepan. Di mana setelah IHSG break all time high, IHSG selalu saja cenderung koreksi. 

Kalau anda melihat situasi seperti ini, ada baiknya anda mengincar profit dengan range harga yang tidak terlalu besar.  Misalnya: Anda membeli saham BNGA di harga 1.350 kemudian menjualnya di harga 1.400. Walaupun mungkin BNGA ada harga tertinggi di 1.500, tetapi karena kondisi pasar yang kurang bagus, saham tersebut mungkin belum sempat menyentuh 1.450 sudah berbalik turun lagi. 

Jadi kesimpulannya, menentukan target take profit dalam trading saham selain didukung trading plan yang baik, anda harus luwes dalam menganalisis saham. Bukan hanya saham saja yang anda analisis, tetapi anda harus melihat kondisi pasar saham secara global, apakah kondisi pasar saham bagus untuk menerapkan buy low sell highest atau tidak. Baca juga: Strategi Trading Saat Bursa Saham Indonesia Kurang Mendukung. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.