Investasi Saham Ala Lo Kheng Hong

Investasi Saham Ala Lo Kheng Hong

Lo Kheng Hong (LKH), salah satu investor saham paling sukses di Indonesia memiliki strategi2 investasi saham yang diterapkan. Di beberapa pos web ini saya juga pernah memaparkan mengenai LKH dan beberapa strategi investasinya. 

Anda bisa baca-baca kembali pos saya disini: Tiga Poin Emas dari Investor Saham Indonesia: Lo Kheng Hong dan Lo Kheng Hong dan Cara Profit dari Saham PTRO. 

Salah satu strategi investasi penting yang diterapkan beliau adalah: Beli dan tambah porsi saham SAAT HARGANYA SEDANG TURUN ATAU DISKON. Tetapi tentu saja, pesan yang ingin beliau sampaikan bukan hanya sekedar beli saham saat turun. 

LKH memberi saran bahwa belilah saham yang diskon, dengan catatan anda benar-benar paham dengan fundamental perusahaan, dalam arti fundamental perusahaan bagus, dan valuasi sahamnya murah alias lagi 'salah harga'. Bukan asal membeli.

"Lo Kheng Hong kan duitnya banyak. Gampang aja kalau mau averaging down. Kalau trader ritel mana bisa seperti itu?" Protes anda

Tenang... Pelajaran penting yang perlu anda ambil disini bukan berarti anda harus terus melakukan averaging down, dan menunggu duit anda sebanyak LKH dulu. 

Namun ada dua hal penting yang bisa anda pelajari dan bahkan anda terapkan dalam bisnis saham anda. Apa saja poin-poin penting tersebut? 

1. Belilah saham saat harganya lagi diskon

Pesan LKH adalah: Beli saham saat harganya diskon dan tambah porsi saham (averaging down) saat saham sedang murah. Artinya, kalaupun anda tidak berniat melakukan averaging down, anda bisa ambil pelajaran pertama, yaitu belilah saham saat harganya murah. 

Hal ini berlaku bukan hanya untuk investor, tapi juga untuk trader saham. Kemudian anda bertanya: 

"Pak Heze, bagaimana kita bisa tahu kalau suatu saham sudah diskon? Khususnya untuk trader saham? Karena kadang2 saham yang harganya sudah turun, masih bisa turun lagi dan patah tren"

Untuk memilih saham diskon yang sudah berpotensi rebound / naik, anda harus memperhatikan: Momentum (IHSG), pola pergerakan saham tersebut, analisis teknikal untuk membaca saham2 rebound dan tipikal saham tersebut. 

Karena tidak semua saham yang harganya sudah turun, akan mudah untuk rebound. Maka dari itu, tipikal saham2 yang mudah rebound dan kondisi market adalah penentu utama untuk melihat apakah saham2 yang sudah turun dapat dikatakan diskon dan punya potensi naik. 

Baca juga konsep saham diskon disini: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun. 

Pelajari juga praktik2 dan strategi memilih saham diskon disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.     

Kenapa poin pertama ini sangat penting? Karena dalam praktikknya, banyak sekali trader saham yang ingin mengejar saham2 yang sudah naik drastis, hanya karena takut ketinggalan kereta, karena nggak mau kalah dengan trader2 lain yang sudah profit di saham tersebut. 

Padahal trader tidak menyadari bahwa saham tersebut sudah mau koreksi. Sehingga saat saham berbalik dengan cepat, trader nyangkut di harga puncak. 

Investor saham yang berniat untuk nabung saham pun juga banyak yang menerapkan strategi yang masih kurang tepat. Misalnya, investor membeli saham setiap bulan tanpa memperhatikan momentum saham tersebut, apakah harganya sudah mahal atau murah. Sehingga, banyak investor yang nabung saham, harganya justru nyangkut di harga atas. 

Jadi kalau anda merasa sering salah membeli saham. Anda beli saham yang sudah naik, dan harganya selalu langsung turun setelah anda beli, maka anda bisa menerapkan strategi yang lebih aman, dengan cara membeli saham ketika harganya sedang turun /diskon.   

2. Anda boleh beli saham yang sedang turun, asalkan anda melakukan analisa dan riset 

Pesan kedua LKH, beliau mengatakan bahwa belilah saham yang lagi diskon asalkan anda memahami fundamentalnya. Kalau saya melengkapi statement beliau, anda boleh beli saham diskon, dengan catatan analisa fundamentalnya jika anda investor, dan analisa teknikalnya jika anda trader. 

Artinya, belilah saham diskon dengan cara menganalisa terlebih dahulu. Banyak trader saham yang membeli saham yang sedang turun tanpa menganalisa. Membeli saham hanya karena dapat info dari grup saham: 

"Saham ERAA sudah turun, akhir tren turunnya sudah tercapai. Waktunya dibeli". Atau trader membeli saham hanya karena harganya sedang turun, tanpa memperhatikan titik-titik support resisten, chart pattern dan indikator.

Tentu saja hal ini hanya akan membuat keputusan trader menjadi salah. Oleh karena itu, belilah saham dengan dasar analisa. Dan analisa dalam trading maupun investasi, harus anda lakukan secara otodidak.

Jadi investasi saham ala LKH ini bisa anda terapkan, baik untuk investor, trader, anda yang bermodal kecil, modal besar, trader kawakan bahkan trader / investor pemula sekalipun.  

Sekali lagi, anda tidak harus menjadi seperti LKH. Anda tidak harus sekaya beliau untuk menerapkan strategi investasi saham ala LKH. Anda tidak harus menjadi seorang master seperti LKH untuk bisa menerapkan strategi yang benar di saham. 

Kalau kita mau berpikir positif, maka sebenarnya banyak nilai-nilai dan pelajaran yang bisa anda ambil dan modifikasi untuk kebutuhan trading dan investasi saham masing2.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Apa yang Paling Profit?

Trading Apa yang Paling Profit?

Instrumen trading sekarang ada banyak sekali mulai trading saham, forex, derivatif  saham (produk2 turunan saham seperti waran, right), option, trading crypto dan lain2. Trading apa yang paling bisa menjanjikan profit paling besar dan konsisten? 

Saya pernah mendapat pertanyaan dari seorang rekan pembaca web Saham Gain ini yang ingin memulai trading: "Pak Heze, saya ingin trading, sebaiknya saya mulai dari trading saham atau forex? Crypto sekarang kayaknya juga lagi nge-trend ya? Saya harus pilih yang mana yang paling untung?" 

Saking banyaknya instrumen trading, terkadang mungkin bua anda yang baru pertama mau coba trading, anda bingung harus memilih yang mana.

Saran saya, kalau anda mau memulai trading, anda harus memilih instrumen trading yang menarik untuk anda dan sesuai dengan passion yang anda suka. Saya sudah pernah menuliskannya disini: Analisis Teknikal: Saham vs Forex

Nah, untuk menguji apakah anda cocok dengan instrumen trading tertentu, memang anda harus praktik langsung. Tetapi tentu anda nggak harus langsung suntik modal untuk praktik. 

Kalau anda belum yakin, anda bisa memulainya dengan demo / virtual trading. Kalau anda merasa cocok dengan instrumen trading tertentu, anda merasa 'sreg', disitulah anda bisa menekuninya pakai modal beneran. 

Seperti yang saya ceritakan di pos:  Analisis Teknikal: Saham vs Forexsaya menceritakan pengalaman saya bahwa saya sebelum fokus di trading saham, saya juga mencoba menekuni trading forex (demo trading). 

Namun karena saya merasa bahwa saya lebih memiliki passion di saham, dan profil risiko saya lebih cocok untuk trading dan investasi saham, maka saya memutuskan untuk lebih fokus menjalankan dan mengembangkan trading saham. 

Yang terpenting untuk menentukan trading apa yang cocok untuk anda, anda harus tentukan dulu passion anda ada di mana. Jangan sampai anda trading karena iming-iming 'cepat kaya dalam semalam', padahal untuk dapat profit besar, semua butuh proses.

Saran saya juga, kalau anda benar-benar bisa mendapatkan profit dalam trading dan menjadi trader mahir, maka anda harus FOKUS. 

Fokuskan pada satu maksimal dua instrumen trading saja. Misalnya, anda cocok dengan trading saham dan forex. Maka anda bisa menekuni dua trading secara bersamaan. Tapi jangan mencoba fokus di lebih banyak instrumen trading, karena hal ini akan membuat konsentrasi anda terpecah. 

Padahal, satu instrumen trading saja sudah membutuhkan banyak praktik, belajar, riset, analisa, meluangkan waktu agar anda bisa benar2 menjadikan trading tersebut sebagai ladang profit. Hal ini saya alami sendiri, karena saya menjalankan trading saham. 

Nah, kalau anda sudah menemukan instrumen trading yang cocok, tepat, sesuai passion anda, tekuni terus sampai bisa menghasilkan profit yang maksimal. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Saham Murah Dividen Besar, Pasti Untung?

Saham Murah Dividen Besar, Pasti Untung?

Apakah benar perusahaan yang membagi dividen besar dan harga sahamnya masih relatif terjangkau, saham-saham tersebut pasti menguntungkan? 

Saham2 yang membagi saham dengan nilai dividend per share (DPS) yang besar biasanya akan selalu menarik perhatian. Saya juga sering menerima pertanyaan2 dari trader: "Saham A bagi dividen besar, apakah sudah bisa dibeli sekarang?"  

Saham yang membagi dividen besar belum tentu memberikan keuntungan untuk pebisnis saham. Mengapa? Ada dua pertimbangan yang harus anda analisa: 

1. Analisa teknikal saham tersebut 

Saham yang dividennya besar belum tentu punya pergerakan saham yang bagus. Dalam arti sahamnya likuid (banya peminat) dan sahamnya uptrend dalam jangka panjang. 

Di pasar saham, ada cukup banyak saham2 dengan dividen besar namun pergerakan sahamnya kurang baik, jarang ditradingkan. Misalnya anda bisa perhatikan beberapa grafik saham seperti ABDA, BRAM, PLIN... 

Sehingga meskipun dividend per share besar, tapi nilai dividen yang anda dapatkan tetap saja sangat kecil, karena nggak bisa membeli sahamnya dalam jumlah banyak (mungkin anda cuma bisa beli beberapa lot karena likuiditas saham yang rendah). 

Contohnya seperti saham BRAM, di mana dividend per share yang dibagikan sebesar Rp300 per saham, tapi likuiditas (bid-offer) sahamnya seperti ini: 


Selain faktor analisa teknikal, ada faktor lain yang membuat dividen besar itu tidak pasti menguntungkan, yaitu dividend trap.   

2. Dividend trap 

Di Saham Gain ini, saya sudah membahas banyak tentang dividend trap. Anda bisa baca lagi analisanya disini: Dividend Trap Saham dan Cara Mengatasinya dan Dividend Trap Saham: Contoh dan Pola.

Dividen yang besar juga dapat meningkatkan risiko dividend trap. Kalau anda mau tahu contohnya, kita bisa lihat saham MPMX, di mana saham ini sempat ramai karena MPMX akan bagi dividen besar. 

Tetapi di satu sisi, MPMX ini baru ramai saat harga sahamnya sudah naik duluan beberapa minggu sebelum pengumuman dividen. Sehingga, banyak pemain besar (bandar) yang sengaja akumulasi saham dalam jumlah besar untuk menjebak ritel. 

Dan pada tanggal ex date dividen, MPMX langsung anjlok dan terkena auto reject bawah (dividend trap). Anda bisa baca lagi tulisan saya disini: Analisa Saham MPMX dan Dividend Trap.

Kalau anda terjebak dengan dividennya yang besar, dan membeli di dekat tanggal cu date dan ex datenya, anda akan terkena dividend trap ini secara telak.  

Memang dividen besar itu jauh lebih menguntungkan dibandingkan dividen kecil. Faktanya, banyak trader saham jangka pendek yang mengincar dividen besar. Saya pun juga demikian. 

Tetapi sebagai trader, kita harus menganalisa lebih lanjut apakah saham tersebut layak dibeli atau tidak. 

Jangan hanya "dibutakan" dengan nilai dividen yang besar dan harga saham yang murah. Tapi anda harus menganalisa faktor-faktor lainnya juga, agar anda tidak kehilangan modal anda.

Saran saya, kalau anda tipe trader / semi investor / investor yang suka mencari dividen besar, anda bisa lebih memilih saham-saham blue chip, karena saham2 blue chip selain membagi dividen besar, saham2 blue chip cenderung mudah naik / rebound setelah harganya turun di tanggal ex date. Baca juga: Daftar Saham Blue Chip di Indonesia

Kesimpulannya, dividen besar itu menguntungkan, tapi tidak semua dividen besar itu sahamnya baik. Buat anda yang incar dividen besar, pilihlah saham2 yang sehat secara teknikal maupun fundamentalnya.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Memanfaatkan Dividen Saham

Cara Memanfaatkan Dividen Saham

Keuntungan trading / investasi saham yang anda dapatkan selain dari kenaikan harga saham itu sendiri adalah dividen tunai. Yup, jadi kalau anda membeli saham, di mana perusahaannya membagikan dividen, maka anda bisa mendapatkan keuntungan dari dividen tersebut, dengan catatan anda menyimpan sahamnya sampai tanggal cum date. 

Kalau anda belum tahu mengenai pembagian dividen anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Arti Ilustrasi Pembagian Dividen. Dibawah ini adalah contoh dividen HMSP yang pernah saya terima: 

Dividen saham
Nah, kalau anda sendiri mendapatkan duit dari dividen, duit tersebut akan anda pakai untuk apa? Reinvestasi? Withdraw untuk kebutuhan konsumtif? Anda pakai untuk liburan? Untuk jalan-jalan? Atau anda withdraw hanya sekedar untuk disimpan di ATM?

Jumlah / nominal dividen yang anda terima setiap orang tentu nggak sama, tergantung dari besar kecilnya modal yang anda miliki dan saham apa yang anda beli. Memang harus diakui bahwa untuk mendapatkan dividen yang jumbo, modal anda juga harus besar. 

Kalau modal anda "hanya" Rp5 juta misalnya, maka dividen yang anda terima kemungkinan besar sekitar puluhan ribu sampai ratusan ribu, itupun dengan catatan anda membeli saham2 yang bagi dividen besar seperti saham2 blue chip (BBRI, BBNI, TLKM dan sebagainya). 

Jika anda dapat dividen dari saham, anda bisa memanfaatkannya untuk hal-hal berikut: 

1. Investasikan lagi 

Dividen yang anda dapatkan bisa anda investasikan lagi buat beli saham. Ini dinamakan dengan strategi compounding. Singkatnya adalah strategi untuk membeli saham tanpa harus menambah modal. Modal dari dividen anda bisa anda gunakan untuk beli saham lagi. 

Jika anda dapat dividen dengan nominal yang kecil, misalnya "hanya" Rp50 ribu, maka ada baiknya anda gunakan modal tersebut untuk menambah modal anda di portofolio. 

2. Gunakan untuk kebutuhan / keinginan anda

Dividen bisa anda gunakan untuk membeli kebutuhan, keinginan anda atau buat liburan. Namun anda juga harus menganalisa apakah anda benar2 butuh uang dari dividen yang anda terima untuk anda pakai kebutuhan konsumtif. 

Kalau anda tidak terlalu membutuhkan pengeluaran2 tersebut, ada baiknya anda menginvestasikan kembali dividen anda.

Anda juga bisa menggunakan dividen yang anda terima untuk investasi di aset riil, atau bahkan investasi untuk mendirikan bisnis anda sendiri. Seperti dibawah ini contohnya: 


Itu adalah salah satu rekan trader / investor saham yang menceritakan pengalaman pribadi di Facebook Belajar Saham, di mana rekan trader tersebut dapat dividen dari saham INDY, dan dividen yang didapatkan diinvestasikan kembali untuk membeli tanah. 

3. Bagi dividen untuk investasi dan kebutuhan 

Anda bisa mamanajemen modal dari dividen yang anda terima, yaitu membagi dividen untuk investasi kembali dan dividen untuk kebutuhan anda. Anda bisa membagi misalnya 50% dividen yang anda terima anda investasikan lagi dan sisanya anda gunakan. 

Banyak trader yang sering saya temui mengatakan bahwa dividen itu nilainya kecil. "Ngapain ngincar dividen, nilainya kecil. Kalau mau dividen besar modal harus gede juga."  

Begitu komentar yang sering saya temui. Memang benar kalau anda ingin dapat dividen yang sangat besar, maka modal anda harus sangat besar juga. Hal ini juga sudah saya tuliskan di paragraf awal tadi, di mana dividen itu sebenarnya nilainya nggak terlalu besar, sehingga kalau modal anda cuma beberapa juta, dividen yang anda terima juga hanya puluhan ribu saja. 

Itupun dengan catatan anda beli saham2 blue chip yang mayoritas bagi dividend per share yang tinggi. Kalau beli saham2 diluar itu, rata2 mereka bagi dividen yang kecil.

Tapi untuk anda yang sekarang modalnya masih kecil, atau anda yang baru memulai trading saham dengan modal sedikit, anda nggak perlu berkecil hati.  

Soalnya penulis sendiri waktu pertama kali trading juga dapet dividen dengan nominal kecil. Tetapi seiring berjalannya waktu, terus menganalisa, memanajemen modal dengan benar, maka modal trading terus bertambah. Dan disinilah penulis akhirnya bisa merasakan dividen yang besar juga.

Dividen memang bukan merupakan kewajiban anda untuk mendapatkannya. Tapi berdasarkan pengalaman pribadi saya, dividen ini sangat berdampak besar dalam meningkatkan / menambah nilai aset di saham.

Dan tentunya kalau anda dapat dividen, anda harus memanfaatkannya dengan benar sesuai tujuan anda masing2. Cara memanfaatkan dividen yang anda dapatkan yaitu seperti cara-cara yang saya jelaskan diatas.      


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Investor Saham: Kapan Sebaiknya Menjual Saham?

Investor Saham: Kapan Sebaiknya Menjual Saham?

Di pos ini: Strategi Jual Saham di Harga Bagus, saya menulis tentang cara menjual saham di harga dan time frame yang bagus. Dari tulisan tersebut, kemudian ada seorang trader yang bertanya ke saya: Pak Heze kalau dasarnya analisa fundamentalnya bagaimana ya? Kapan sebaiknya menjual saham? Apakah jual di harga target tertentu? 

Well, pos tersebut memang lebih banyak saya bahas tentang strategi menjual saham untuk trader. Lalu, bagaimana untuk investor? 

Kalau anda seorang investor saham, kapan sebaiknya anda menjual saham? Apakah harus jual saham anda minimal 1 tahun? Apa harus hold saham terus dalam jangka waktu yang sangat puanjaanngg seperti Warren Buffet? 

Kapan (time frame) dan di harga berapa sebaiknya anda menjual saham anda, jika anda adalah seorang investor jangka panjang? Untuk investor saham, ada dua hal utama yang harus anda perhatikan kalau anda mau menjual saham, yaitu:   

1. Valuasi saham 

Investor saham hendaknya menjual saham ketika valuasi sahamnya sudah mahal / tinggi. Valuasi saham bisa anda ukur menggunakan analisa PER dan PBV. Kalau anda belum tahu cara bacanya, anda bisa baca pos saya disini: Analisis Fundamental: Price Earning Ratio dan Analisis Fundamental: Price Book Value. 

PER dikatakan tinggi kalau PER tersebut berada diatas rata-rata industri. Itu artinya valuasi saham sudah mahal. Jadi dalam hal ini, walapun anda investor saham yang sifatnya lebih pasif dari trader, sesekali anda memang harus cek dan menganalisa valuasi saham anda. 

Jadi kalau saham anda sudah naik sangat tinggi selama berbulan-bulan dari hari beli anda, dan anda melihat valuasi saham anda sudah mahal, anda bisa mempertimbangkan untuk jual saham anda. 

Terkait apakah harus jual sebagian atau seluruhnya itu terserah anda. Tapi kalau anda merasa valuasi sudah mahal, ada baiknya anda realisasi semua profit anda, dan pilih saham2 lain yang valuasi masih murah dan fundamentalnya bagus. 

Catatan dari saya, walaupun valuasi saham mahal, memang bukan jaminan bahwa saham tersebut nggak akan naik lagi. Terkadang kita menemukan saham2 yang valuasinya mahal tapi harga masih bisa naik. Biasanya kita temukan ini di saham2 blue chip sekelas UNVR, BBRI.. 

Karena saham2 tersebut peminatnya banyak, jadi saham2 blue chip ini terkadang harganya bisa naik terus walaupun valuasinya sudah mahal. Tapi suka nggak suka, saham2 yang valuasinya sudah tinggi banget, cepat atau lama bakalan koreksi. 

Nah analisa (mahal murahnya) valuasi saham ini biasanya sangat efektif diterapkan pada saham2 growth company yang valuasinya masih sangat murah. Saham2 yang kinerjanya lagi booming ini umumnya saham akan naik cepat dalam beberapa bulan sampai setahunan, namun saat valuasinya sudah mahal, saham2 ini bakalan stagnan, bahkan akan turun dengan cepat.  

Saya juga sudah pernah menginvestasikan beberapa saham seperti KBLI, PPRO dan lain2. Anda bisa baca2 tulisan saya disini: Saham Prospek Jangka Panjang: Ulasan Sektor Kabel. Saya jual saham2 tersebut karena valuasinya sudah mahal. 

Walaupun setelah saya jual, sahamnya masih naik, tapi nggak lama kemudian saat valuasi saham sudah tinggi, sahamnya nggak bisa naik setinggi saat valuasinya masih murah. 

2. Fundamental perusahaan 

Sebagai investor, anda bisa menjual saham kalau fundamental perusahaannya sudah nggak sebagus dulu lagi. Misalnya, kinerja perusahaan sudah stagnan (pertumbuhan tidak sebagus dulu). Atau perusahaan tiba2 mengalami kondisi force majeur seperti kebakaran, bencana alam yang menyebabkan kondisi fundamental berubah.

JANGKA WAKTU JUAL SAHAM UNTUK INVESTOR 

Pertanyaan selanjutnya yang nggak kalah penting adalah: Jadi harus berapa lama jangka waktu ideal investor untuk jual saham? Investor (jangka panjang) umumnya akan menginvestasikan duitnya di saham dengan jangka waktu minimal 1 tahun. 

Tetapi dalam praktikknya, dunia saham nggak se-hitam putih itu. Seringkali terjadi ketika kita beli saham untuk investasi (dan rencananya di-hold untuk setahun lebih), ternyata harga saham sudah naik tinggi sebelum 1 tahun, katakanlah saham udah naik tinggi selama 8 bulan, dan valuasinya sudah mahal.

Maka, kalau anda mempertimbangkan bahwa saham tersebut udah bakalan mau turun / stagnan, nggak ada salahnya juga anda jual saham anda sebelum satu tahun. 

Demikian juga kalau setelah anda investasi, saham anda sudah naik selama 3 bulan, dan ternyata kondis fundamental perusahaan sudah menurun kinerjanya, maka boleh-boleh saja anda jual sahamnya. 

Namun sebaliknya, jika saham2 yang anda miliki tersebut fundamental masih bagus, valuasi masih murah selama lebih dari setahun, anda bisa hold lebih lama. 

Buat analisis fundamental ini, anda nggak perlu terlalu menetapkan target mau jual saham di harga berapa. Hal ini mungkin berbeda dengan trader saham, di mana kalau anda trader, saya selalu menyarankan untuk menetapkan target jual setelah anda beli sahamya. 

Intinya, sebagai investor anda menjual saham kalau terjadi dua kondisi yang saya sebutkan tadi. Atau anda bisa menjual saham kalau anda merasa profit anda sudah cukup besar, dan anda menemukan "mutiara terpendam" lain yang sudah anda incar.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Investasi Saham Seumur Hidup

Investasi Saham Seumur Hidup

Beberapa waktu lalu saya pernah mendapat pertanyaan dari seorang pebisnis saham. Pertanyaannya sebagai berikut:

"Bung Heze, saya mau tanya... Kalau misalnya saya mau beli saham buat disimpan / investasi seumur hidup apakah bisa? Dan sebaiknya saham-saham apa yang Bung Heze anjurkan untuk diinvestasikan?" 

Investasi saham buat disimpan seumur hidup? Bisa-bisa saja. Intinya, lama tidaknya anda menjual saham anda itu tergantung dari keinginan anda pribadi. Anda mau jual saham anda besok, tahun depan atau bahkan nggak dijual sama sekali boleh2 saja. 

Terkait saham2 apa yang bagus untuk disimpan seumur hidup, menurut saya sih nggak banyak. Tapi memang saya akui, ada beberapa saham (terutama saham2 blue chip), di mana saham-sahamnya layak disimpan untuk seumur hidup. Yap, saya pernah menuliskannya disini: 7 Saham yang Layak Investasi Seumur Hidup. Anda bisa baca-baca kembali. 

Sebenarnya nggak masalah anda mau investasi saham buat seumur hidup. Tapi apa motif yang mendasari anda untuk menyimpan saham seumur hidup? Itu yang harus bisa anda jawab. 

Kita semua trading maupun investasi saham tujuannya adalah untuk mendapatkan PROFIT. Entah mengambil profit jangka pendek maupun jangka yang lebih panjang.

Kalau anda menyimpan saham seumur hidup, itu artinya anda tidak mendapatkan profit, karena anda tidak menjual saham anda sama sekali. 

Jadi kalau anda mau simpan saham untuk seumur hidup, hendaknya anda memang memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Anda mau mewariskan saham anda

Jika anda sudah punya tujuan jangka panjang untuk mewariskan saham anda pada anak cucu anda, maka tidak ada salahnya anda menyimpan saham pilihan anda seumur hidup, dan tidak anda jual.

Memang ada beberapa investor saham yang memiliki tujuan ini. Kalau anda mau mewariskan saham anda nantinya, maka anda harus membeli saham2 yang bertumbuh terus dalam jangka panjang, membagi dividen, cari emiten yang ROE-nya diatas 15 kali setiap tahun, dan bisa menjadi pemimpin di sektor industrinya (baik dari segi aset, ekuitas dan laba). Contohnya bisa anda lihat saham2 blue chip seperti UNVR, BBRI, ASII, TLKM.. 

2. Anda ingin mendapatkan pasif income dari dividen

Ini adalah alasan yang banyak saya jumpai mengapa investor memilih untuk menyimpan saham seumur hidup, yaitu dapat pasif income dari dividen. Ingin dapat bisa hidup hanya dari dividen saham (dividend for living). 

Namun perlu anda ingat juga, bahwa untuk dapat pasif income dari dividen, apalagi kalau anda mau dividend for living, maka anda harus punya saham dalam jumlah yang sangat besar. Artinya, modal anda harus sangat besar juga. 

Karena dividen akan anda terima setiap tahun (beberapa perusahaan bagi dividen 2 kali setahun). Kalau dibagi untuk setiap bulan (dibagi 12 bulan), maka nilai dividen akan anda terima bakalan kecil, jika modal anda tidak jumbo. 

So katakanlah ada perusahaan blue chip yang bagi dividen sebesar Rp400 per saham. Anda punya sahamnya sebanyak 100 lot. Jadi dividen yang anda terima per tahun adalah Rp400 x 100 lot x 100 lembar = Rp4.000.000.

Jika dibagi 12 bulan, maka dividen per bulan yang anda terima "hanya" sekitar Rp330.000 per bulan. Apakah uang Rp330.000 ini cukup untuk dividend for living? 

Kemudian anda nyeletuk: "Tapi kan modal bisa ditambah tiap bulan, jadi lama kelamaan modalnya akan semakin besar di kemudian hari".

Betul, saya setuju.. Tapi kalau anda setor modal tiap bulan secara rutin, dengan tujuan investasi saham seumur hidup, maka saya menyarankan agar anda membagi modal anda. 

Misalnya, anda suntik modal Rp1 juta tiap bulan. Maka bagilah modal anda Rp500 ribu untuk saham yang mau anda investasikan seumur hidup, dan sisanya buat trading (sehingga anda juga menghasilkan profit dan mendayagunakan modal menganggur yang anda miliki). 

Karena kalau usia anda masih muda, dan seluruh modal anda masukkan di saham untuk investasi seumur hidup, maka jujur saja, sebenarnya itu sayang sekali. 

Harusnya buat anda yang masih usia produktif, anda juga menggunakan sebagian modal anda untuk trading / investasi (tapi bukan untuk disimpan seumur hidup). 

Nah, jika anda punya rencana untuk investasi seumur hidup, maka ya itu tadi strategi yang saya sarankan, masukkan 50% atau 60% modal anda untuk itu, sisanya anda dayagunakan buat trading, mengingat anda masih produktif dan punya kesempatan belajar saham serta meraih profit. 

Tapi kalau modal anda cuma Rp1 juta, dan anda belum ada rencana buat suntik modal tiap bulan, lebih baik modal segitu anda tradingkan saja, supaya anda bisa mendayagunakan modal kecil untuk mendapatkan profit jangka pendek yang lebih sering. Karena modal kecil justru tidak efektif untuk investasi seumur hidup.

Untuk planning investasi saham seumur hidup, hendaknya anda pertimbangkan dahulu dengan matang. Terutama pertimbangkan kemampuan modal anda.

Actually banyak pebisnis saham yang mau mencoba menerapkan strategi investasi saham seumur hidup karena hanya ikut-ikutan investor2 kawakan sekelas Warren Buffet (kita tahu bahwa WB bisa menyimpan saham dalam jangka waktu yang sangat panjaaaanng).. 

Tetapi WB memang punya modal yang super besar, sehingga mau sahamnya naik atau turun, beliau tetap aja jadi horang kaya karena WB akan dapat dividen yang nominalnya jumbo setiap tahun. 

Jika anda merasa lebih cocok trading dan mendapatkan profit jangka pendek, atau anda lebih cocok untuk investasi 1-2 tahun, maka anda tidak perlu memaksakan strategi beli saham untuk seumur hidup.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Harga Saham Turun, Kapan Waktu Terbaik untuk Beli?

Harga Saham Turun, Kapan Waktu Terbaik untuk Beli?

Pada saat harga saham naik, ada banyak trader yang berhasil mencetak profit spektakuler. Disitulah kemudian mulai terjadi euforia pasar, di mana trader2 yang senang mendapat profit besar, akan terus mulai mengincar saham2 yang sudah naik. 

Tetapi sesuai prinsip analisis teknikal, tidak ada harga saham yang naik terus tanpa turun, dan sebaliknya. Setelah harga saham naik, sangat mungkin sebagian besar harga saham mulai koreksi. 

Nah, bagaimana jika kemudian harga saham turun terus dan rebound hanya beberapa saat? Bagaimana jika sebagian besar saham blue chip turun tajam hanya dalam beberapa hari? 

Dalam kondisi market yang turun, maka keadaannya pasti nggak akan sama ketika market sedang bullish. Saat market turun tajam, anda akan sering mendengar anjuran-anjuran untuk membeli saham di harga bawah. 

Anjuran beli saham2 yang udah murah. Anjuran menggunakan strategi buy on weakness (BOW). Anjuran untuk beli di harga support psikologis, dan buanyaak anjuran2 lain.  

Faktanya teori2 seperti ini tidak mudah diterapkan, karena ketika market bearish dan harga saham sudah tampak murah, sangat mungkin harga saham turun lagi. Sebagai contoh, let say anda beli saham TLKM di 3.800, namun TLKM ternyata masih turun lagi sampai 3.700. Ini artinya, tetap aja anda masih beli saham di harga tinggi, bukan? Karena faktanya harga saham masih turun lagi lho. 

Jadi persoalan utamanya sebenarnya bukan beli saham di harga murah, buy on weakness, beli di support, tetapi pertanyaannya adalah: When we should buy?

Karena kita juga tidak tahu pasti apakah IHSG yang turun ini akan langsung naik atau malah turun lagi. 

Saya pribadi sudah berkali-kali mengalami IHSG turun drastis dengan cepat, termasuk menghadapi beberapa kali crash market, salah satunya tahun 2015. Sepengalaman saya, waktu terbaik untuk membeli saham adalah dua kondisi berikut: 

Pertama, ketika sentimen2 negatif yang  berpotensi menjatuhkan IHSG sudah habis atau setidaknya berkurang. 

Kedua, IHSG sudah terjerembab cukup dalam dan mulai sideways alias sudah susah untuk turun lagi. Jadi, kalau biasanya sehari IHSG anjloknya bisa sampai -2%, -2,8% terus, maka ketika IHSG sudah mulai turun terbatas, atau bahkan naik sedikit, maka itu sudah merupakan waktu yang bagus untuk beli.  

Apa artinya? Artinya saat sentimen negatif sudah mulai hilang, dan IHSG sudah sulit untuk turun lebih dalam, itu menandakan bahwa 'amunisi' investor asing dan lokal untuk jualan udah habis. 

Nah, kalau saham sudah jenuh jual dan tidak banyak lagi berita2 jelek terkait IHSG, maka TIDAK ADA ALASAN UNTUK TIDAK MASUK KE PASAR SAHAM lagi. Hanya mungkin, kita tidak tahu pasti kapan IHSG akan benar-benar kembali rebound dengan meyakinkan 

Karena kalau anda ngarep IHSG langsung rebound kenceng, maka itu juga dibutuhkan waktu, dan dibutuhkan sentimen positif yang bisa mengerek kembali IHSG. 

Tapi intinya disini, anda sebagai smart trader atau smart investor, anda harusnya bisa curi start, sebelum IHSG mulai naik beneran dan trader2 lain baru masuk saat IHSG sudah naik kencang. Jadi, keuntungan yang anda dapatkan nantinya akan lebih besar.  

Saya kasih satu contoh. Akhir April 2016, IHSG sempat terkoreksi terus, karena memang IHSG sebelumnya sudah naik tinggi. Saat itu, IHSG sedang dilanda banyak sentimen negatif, seperti isu the FED, efek Brexit dan lain sebagainya. 

Lambat laun, saat IHSG sudah tidak banyak sentimen2 negatif, efek Brexit juga sudah hilang, IHSG sudah mulai sulit turun lagi, lalu kemudian munculah tax amnesty yang jadi sentimen positif IHSG, maka disitulah IHSG kemudian naik sangat kencang hanya dalam waktu 1-2 bulan saja. 

Walaupun penulis menilai saat itu IHSG naiknya terlalu tinggi dan terlalu euforia. Tapi faktanya kalau anda sudah bisa curi start, anda pasti sudah dapat profit yang jauh lebih besar daripada trader yang baru masuk saat IHSG sudah naik beneran. 

Namun kalau ternyata IHSG masih turun, dan pasar saham masih banyak dilanda sentimen2 negatif ini itu, kemudian tiba2 besok IHSG rebound kencang, maka bisa jadi itu hanyalah 'tipuan', karena faktanya IHSG besok2 hari bakalan turun lebih dalam lagi.

So kesimpulannya dua poin itu tadi yang bisa menjelaskan pertanyaan:  When we should buy when the stock market still bearish? 


Jadi jawabannya bukan beli saat saham turun, saat saham murah, saat saham sudah di harga support because everybody knows that. Yang anda dan saya butuhkan adalah, kapan momentum terbaik untuk beli saat market masih turun. Dan di pos ini, saya sudah mengulasnya cukup panjang..

Anda yang teliti baca pos ini kemudian bertanya lagi: "Pak Heze, kalau kondisinya seperti itu apa berarti kita sudah bisa beli saham yang banyak?" 

Kadang anda mungkin masih ragu untuk masuk pasar dengan modal besar, kecuali anda yang memang sudah trader / investor kawakan, yang memang udah incar saham2 blue chip yang murah. Kalau trader pemula, mungkin trader masih takut untuk masuk. 

Maka, dalam kondisi ini, ada beberapa tips yang bisa anda gunakan untuk membeli saham saat market turun: 

1. Membeli saham secara bertahap / nggak full power 

Sekali lagi, kita tidak akan tahu persis kapan IHSG akan beneran naik, atau mungkin IHSG akan turun sedikit sebelum naik lagi (meskipun sentimen2 negatifnya udah pada hilang dan sudah jenuh jual), who knows?

Untuk membuat psikologis tenang, anda bisa membeli saham secara bertahap alias tidak full modal / full power. Misalnya anda sudah incar saham BBRI dan anda sudah menyiapkan cash Rp100 juta. 

Kalau anda belum yakin betul, anda bisa beli BBRI dengan modal Rp6 juta dulu. Jika BBRI turun sedikit, anda bisa nyicil beli lagi. Kira-kira seperti itu gambaran membeli saham secara bertahap. Baca juga: Strategi Averaging Down Saham yang Benar. 

Strategi ini terbukti memberikan rasa aman di tengah kondisi market yang masih bearish. Di satu sisi, trader juga sudah senang karena bisa mulai dapat saham2 bagus di harga murah. Hanya perlu tinggal tunggu waktunya panen.. 

2. Manfaatkan momentum pendek 

Dalam kondisi market yang masih turun, IHSG pasti tetap ada reboundnya walau hanya sesaat alias "rebound tipuan" (baca lagi paragraf2 sebelumnya). Disini anda bisa memanfaatkan momentum pendek untuk membeli saham2 yang likuid yang cenderung agak volatil. Contohnya seperti ADRO, JPFA, ELSA dan lain2. 

Sebagai contoh, saat IHSG pernah ditutup turun -2,55%, saham ADRO yang sedang jeblok ke 1.600, ternyata ADRO naik sedikit sampai 1.660, walaupun akhirnya ditutup turun lagi ke 1.640. 

Anda yang bisa memanfaatkan momentum beli ADRO di 1.605 dan jual di 1.650 misalnya, maka anda sudah bisa mendapatkan profit walaupun IHSG saat itu lagi kepayahan.  

Namun kalau anda bukanlah tipe trader seperti ini, anda tidak perlu memaksakan momentum pendek tersebut. Yang perlu anda lakukan, anda bisa mulai beli saham secara bertahap, nggak peduli IHSG mau rebound sehari-dua hari, anda tetap pada trading plan yang sudah dijalankan.  

Happy profit.... 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Harga Saham Turun, Kapan Waktu Terbaik untuk Beli?

Harga Saham Turun, Kapan Waktu Terbaik untuk Beli?

Pada saat harga saham naik, ada banyak trader yang berhasil mencetak profit spektakuler. Disitulah kemudian mulai terjadi euforia pasar, di mana trader2 yang senang mendapat profit besar, akan terus mulai mengincar saham2 yang sudah naik. 

Tetapi sesuai prinsip analisis teknikal, tidak ada harga saham yang naik terus tanpa turun, dan sebaliknya. Setelah harga saham naik, sangat mungkin sebagian besar harga saham mulai koreksi. 

Nah, bagaimana jika kemudian harga saham turun terus dan rebound hanya beberapa saat? Bagaimana jika sebagian besar saham blue chip turun tajam hanya dalam beberapa hari? 

Dalam kondisi market yang turun, maka keadaannya pasti nggak akan sama ketika market sedang bullish. Saat market turun tajam, anda akan sering mendengar anjuran-anjuran untuk membeli saham di harga bawah. 

Anjuran beli saham2 yang udah murah. Anjuran menggunakan strategi buy on weakness (BOW). Anjuran untuk beli di harga support psikologis, dan buanyaak anjuran2 lain.  

Faktanya teori2 seperti ini tidak mudah diterapkan, karena ketika market bearish dan harga saham sudah tampak murah, sangat mungkin harga saham turun lagi. Sebagai contoh, let say anda beli saham TLKM di 3.800, namun TLKM ternyata masih turun lagi sampai 3.700. Ini artinya, tetap aja anda masih beli saham di harga tinggi, bukan? Karena faktanya harga saham masih turun lagi lho. 

Jadi persoalan utamanya sebenarnya bukan beli saham di harga murah, buy on weakness, beli di support, tetapi pertanyaannya adalah: When we should buy?

Karena kita juga tidak tahu pasti apakah IHSG yang turun ini akan langsung naik atau malah turun lagi. 

Saya pribadi sudah berkali-kali mengalami IHSG turun drastis dengan cepat, termasuk menghadapi beberapa kali crash market, salah satunya tahun 2015. Sepengalaman saya, waktu terbaik untuk membeli saham adalah dua kondisi berikut: 

Pertama, ketika sentimen2 negatif yang  berpotensi menjatuhkan IHSG sudah habis atau setidaknya berkurang. 

Kedua, IHSG sudah terjerembab cukup dalam dan mulai sideways alias sudah susah untuk turun lagi. Jadi, kalau biasanya sehari IHSG anjloknya bisa sampai -2%, -2,8% terus, maka ketika IHSG sudah mulai turun terbatas, atau bahkan naik sedikit, maka itu sudah merupakan waktu yang bagus untuk beli.  

Apa artinya? Artinya saat sentimen negatif sudah mulai hilang, dan IHSG sudah sulit untuk turun lebih dalam, itu menandakan bahwa 'amunisi' investor asing dan lokal untuk jualan udah habis. 

Nah, kalau saham sudah jenuh jual dan tidak banyak lagi berita2 jelek terkait IHSG, maka TIDAK ADA ALASAN UNTUK TIDAK MASUK KE PASAR SAHAM lagi. Hanya mungkin, kita tidak tahu pasti kapan IHSG akan benar-benar kembali rebound dengan meyakinkan 

Karena kalau anda ngarep IHSG langsung rebound kenceng, maka itu juga dibutuhkan waktu, dan dibutuhkan sentimen positif yang bisa mengerek kembali IHSG. 

Tapi intinya disini, anda sebagai smart trader atau smart investor, anda harusnya bisa curi start, sebelum IHSG mulai naik beneran dan trader2 lain baru masuk saat IHSG sudah naik kencang. Jadi, keuntungan yang anda dapatkan nantinya akan lebih besar.  

Saya kasih satu contoh. Akhir April 2016, IHSG sempat terkoreksi terus, karena memang IHSG sebelumnya sudah naik tinggi. Saat itu, IHSG sedang dilanda banyak sentimen negatif, seperti isu the FED, efek Brexit dan lain sebagainya. 

Lambat laun, saat IHSG sudah tidak banyak sentimen2 negatif, efek Brexit juga sudah hilang, IHSG sudah mulai sulit turun lagi, lalu kemudian munculah tax amnesty yang jadi sentimen positif IHSG, maka disitulah IHSG kemudian naik sangat kencang hanya dalam waktu 1-2 bulan saja. 

Walaupun penulis menilai saat itu IHSG naiknya terlalu tinggi dan terlalu euforia. Tapi faktanya kalau anda sudah bisa curi start, anda pasti sudah dapat profit yang jauh lebih besar daripada trader yang baru masuk saat IHSG sudah naik beneran. 

Namun kalau ternyata IHSG masih turun, dan pasar saham masih banyak dilanda sentimen2 negatif ini itu, kemudian tiba2 besok IHSG rebound kencang, maka bisa jadi itu hanyalah 'tipuan', karena faktanya IHSG besok2 hari bakalan turun lebih dalam lagi.

So kesimpulannya dua poin itu tadi yang bisa menjelaskan pertanyaan:  When we should buy when the stock market still bearish? 


Jadi jawabannya bukan beli saat saham turun, saat saham murah, saat saham sudah di harga support because everybody knows that. Yang anda dan saya butuhkan adalah, kapan momentum terbaik untuk beli saat market masih turun. Dan di pos ini, saya sudah mengulasnya cukup panjang..

Anda yang teliti baca pos ini kemudian bertanya lagi: "Pak Heze, kalau kondisinya seperti itu apa berarti kita sudah bisa beli saham yang banyak?" 

Kadang anda mungkin masih ragu untuk masuk pasar dengan modal besar, kecuali anda yang memang sudah trader / investor kawakan, yang memang udah incar saham2 blue chip yang murah. Kalau trader pemula, mungkin trader masih takut untuk masuk. 

Maka, dalam kondisi ini, ada beberapa tips yang bisa anda gunakan untuk membeli saham saat market turun: 

1. Membeli saham secara bertahap / nggak full power 

Sekali lagi, kita tidak akan tahu persis kapan IHSG akan beneran naik, atau mungkin IHSG akan turun sedikit sebelum naik lagi (meskipun sentimen2 negatifnya udah pada hilang dan sudah jenuh jual), who knows?

Untuk membuat psikologis tenang, anda bisa membeli saham secara bertahap alias tidak full modal / full power. Misalnya anda sudah incar saham BBRI dan anda sudah menyiapkan cash Rp100 juta. 

Kalau anda belum yakin betul, anda bisa beli BBRI dengan modal Rp6 juta dulu. Jika BBRI turun sedikit, anda bisa nyicil beli lagi. Kira-kira seperti itu gambaran membeli saham secara bertahap. Baca juga: Strategi Averaging Down Saham yang Benar. 

Strategi ini terbukti memberikan rasa aman di tengah kondisi market yang masih bearish. Di satu sisi, trader juga sudah senang karena bisa mulai dapat saham2 bagus di harga murah. Hanya perlu tinggal tunggu waktunya panen.. 

2. Manfaatkan momentum pendek 

Dalam kondisi market yang masih turun, IHSG pasti tetap ada reboundnya walau hanya sesaat alias "rebound tipuan" (baca lagi paragraf2 sebelumnya). Disini anda bisa memanfaatkan momentum pendek untuk membeli saham2 yang likuid yang cenderung agak volatil. Contohnya seperti ADRO, JPFA, ELSA dan lain2. 

Sebagai contoh, saat IHSG pernah ditutup turun -2,55%, saham ADRO yang sedang jeblok ke 1.600, ternyata ADRO naik sedikit sampai 1.660, walaupun akhirnya ditutup turun lagi ke 1.640. 

Anda yang bisa memanfaatkan momentum beli ADRO di 1.605 dan jual di 1.650 misalnya, maka anda sudah bisa mendapatkan profit walaupun IHSG saat itu lagi kepayahan.  

Namun kalau anda bukanlah tipe trader seperti ini, anda tidak perlu memaksakan momentum pendek tersebut. Yang perlu anda lakukan, anda bisa mulai beli saham secara bertahap, nggak peduli IHSG mau rebound sehari-dua hari, anda tetap pada trading plan yang sudah dijalankan.  

Happy profit.... 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Dividend Trap Saham dan Cara Mengatasinya

Dividend Trap Saham dan Cara Mengatasinya

Salah satu return yang dicari seorang trader selain capital gain adalah return dari dividen. Di Saham Gain ini, saya sudah membahas banyak tentang dividen.

Musim dividen terjadi antara bulan Maret-Mei, karena bersamaan dengan rilisnya laporan audited perusahaan, biasanya sebagian besar emiten juga menyelenggarakan RUPS untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan pada pemegang saham untuk tahun buku sebelumnya. 

Biasanya ketika perusahaan mengumumkan besarnya dividen per share (DPS) yang akan dibagikan, harga saham akan cenderung meningkat menjelang cum datenya. Jika anda belum tahu tentang tata cara mendapatkan dividen, anda bisa baca disini: Arti dan Ilustrasi Pembagian Dividen.

Memang tidak semua emiten yang membagikan dividen, harga sahamnya naik menjelang cum date. Untuk emiten2 lapis dua dan lapis tiga yang membagikan DPS dengan nominal kecil, sebagian besar sahamnya hampir tidak terpengaruh meskipun ada pengumuman dividen dari perusahaan.  

Sedangkan saham-saham blue chip yang notabene membagikan dividen besar, harga sahamnya akan cenderung naik menjelang cum date. Contohnya BBCA, BBRI, PTBA, ITMG, BBNI, BMRI, ASII, dan lain-lain. 

Banyak trader yang berpikiran membeli saham2 tersebut saat menjelang cum date dengan harapan mendapat profit besar. Namun ada 2 hal yang perlu anda perhatikan ketika mau mengincar dividen. 

Pertama, biasanya setelah harga saham naik menjelang cum date, harga saham akan langsung turun. "Lho kok bisa begitu? Kalau jual saat tanggal cum date-kan nggak dapet dividen?" Pikir anda. Tapi itulah faktanya.

Sebagian besar trader yang sudah merasa profit besar akan segera menjual sahamnya saat cum date. Memang trader tidak akan mendapat dividen, tetapi capital gain yang didapatkan
dari kenaikan harga sudah jauh melebihi nilai dividen yang didapatkan. 

Kedua, kalaupun harga sahamnya masih naik saat cum date (karena memang sebagian besar trader ingin mendapat dividen), biasanya harga sahamnya saat ex date akan langsung turun sebesar nilai dividennya. Contoh: Ketika ITMG membagikan dividen jumbo sebesar Rp1.840 per saham, harga saham ITMG naik terus saat cum date. 

ITMG yang masih berada di harga 28.275 saat cum date 2 April naik secara peralahan sampai 28.650 menjelang penutupan Bursa. Namun keesokan harinya (ex date), ITMG langsung dibuka anjlok ke 28.300 dan dalam hitungan menit turun sampai 26.500. Dan sehari setelah ex date, ITMG turun lagi sampai 26.000, walaupun hari berikutnya mampu naik lagi. Perhatikan grafik ITMG dibawah:



Terkait hal tersebut, saya juga pernah membahasnya disini: Bahayanya Jika Membeli Saham Saat Cum Date Dividen.  Biasanya saham-saham ini menjelang cum atau ex datenya akan turun sebesar nilai dividennya. Artinya, semakin besar nilai DPS, semakin banyak turunnya. 

Inilah yang dinamakan dengan dividend trap atau dalam bahasa Indonesianya jebakan dividen. Jadi, kalau anda membeli saham ketika cum date, atau lebih parahnya beli saat ex date karena anda berpikir harga saham bisa naik lagi, maka kemungkinan besar anda akan terjebak dengan penurunan harga saham secara mendadak. 

Walaupun tidak selalu saham akan turun saat cum /ex date, namun faktanya sebagian besar saham blue chip dan beberapa lapis dua sering mengalami hal tersebut.
Nah, kini anda sudah tahu tentang dividend trap. Terus bagaimana cara mengatasinya? Caranya jangan membeli saham ketika cum atau ex date, kecuali kalau anda memang ingin mengincar dividen.  

Atau kalau anda sudah mengincar dividen suatu saham sejak lama, anda bisa menyimpan sahamnya jauh-jauh hari saat harganya masih diskon / lagi turun. Dengan cara ini, meskipun nanti saat ex date harganya turun, tetapi nilai aset (saham) anda masih tetap meningkat.

Selain itu, untuk menghindari dividend trap, anda bisa membeli sahamnya setelah tanggal ex date atau ketika sahamnya sudah mulai rebound pasca penurunan. 

Namun kalau anda adalah tipikal pengincar capital gain / anda yang tipikalnya trading untuk jangka pendek, akan sangat berisiko jika anda langsung membeli saham saat sahamnya sudah masuk cum atau ex date. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Kisah Sukses Investasi Saham

Kisah Sukses Investasi Saham

Beragamnya pilihan instrumen investasi membuat anda yang ingin memulai investasi, bisa memilih instrumen investasi yang paling pas. Dari beragam pilihan investasi ini, beberapa yang cukup menarik menurut penulis adalah investasi reksadana dan saham. Saya juga pernah membahasnya disini: Cerdas Berinvestasi Saham - Investasi Saham untuk Financial Freedom.

Namun yang akan saya bahas kali ini bukanlah jenis-jenis atau pilihan instrumen investasi yang bisa anda ambil. Yang saya bahas adalah pentingnya investasi bagi anda, terutama kalau anda masih belum memulai, atau baru akan memulai investasi tetapi masih ragu-ragu. 

Anda dan saya pasti sering mendengar kisah masyarakat / investor ritel biasa dengan modal pas-pasan yang mampu meraup untung gede di pasar saham. Yap, salah satu kisah investor ritel yang sukses mendapat profit besar dari investasi saham adalah salah seorang satpam. Anda bisa baca beritanya disini: Profit Besar dari Trading Saham. 

Seorang satpam yang mampu mendapat profit hingga 50-60%, menunjukkan bahwa dengan investasi, nilai aset anda bisa mengalami kenaikan yang signifikan. Pesan moralnya adalah: Memulai investasi tidak sulit, tidak butuh modal besar. Memulai investasi tidak harus dilakukan oleh orang berpenghasilan tinggi. Baca juga: Tips Main Saham untuk Karyawan Kecil. 


Sekali lagi investasi tidak sulit, tapi investasi itu adalah kebutuhan bukan untuk gaya, bukan untuk kemewahan dan bukan untuk pamer

Ingatlah bahwa nilai uang akan terus tergerus oleh inflasi. Uang yang bisa anda gunakan untuk membeli bensin 20 tahun yang lalu, mungkin hari ini anda tidak akan bisa membelinya 1 liter pun. 

Nasi bungkus yang dahulu harganya cuma Rp3.000 sekarang harganya sudah naik 3 kali lipat. Dahulu uang Rp1.000 bisa anda gunakan untuk membeli macam-macam makanan, sekarang uang parkir saja sudah lebih besar dari Rp1.000, benar kan?

Itulah mengapa kita semua harus mulai melek investasi karena dengan investasi nilai dan nominal uang anda akan meningkat, sedangkan jika anda tidak investasi, nilai uang anda akan tergerus inflasi. 

Anda yang memiliki penghasilan dari pekerjaan kantoran misalnya, sisihkanlah uang anda untuk memulai investasi. Jika anda ingin memulai investasi, anda bisa memulai dengan nabung saham. Justru jika anda banyak melakukan kegiatan2 konsumerisme, dan menutup mata terhadap investasi, inilah yang salah. Tidak percaya? Mari kita dengarkan apa pendapat beberapa pakar:  

Bill Gates (penemu Microsoft) mengatakan: If you are born poor it's not your mistake, but if you die poor it's your mistake. 

Quote Bill Gates ini memberikan 'peringatan' tentang pentingnya memiliki penghasilan, memiliki investasi dan pentingnya mengelola keuangan anda. Jangan sampai uang anda, anda habiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Jangan sampai ketika tua anda bingung karena tidak memiliki penghasilan, tidak memiliki investasi apapun. 

Karena dengan investasi, nilai aset kita bisa naik berlipat ganda. Apa buktinya? Banyak sekali, bahkan orang2 di sekitar anda mungkin juga sudah membuktikannya sendiri. Penulis sendiri juga sudah membuktikan bahwa investasi benar2 menghasilkan keuntungan yang jauh lebih besar daripada sekedar menabung.

Warren Buffet mengatakan:  "Never depend on single income, make investment create a second source". 

Quote Warren Buffet menegaskan bahwa penghasilan yang anda dapatkan mungkin saja hasilnya tidak akan besar. Namun jika anda memulai investasi, maka anda bisa mendapatkan pelipatgandaan aset yang jauh lebih tinggi ketimbang anda mengandalkan satu income. 

Para pakar dan tokoh ini tentu saja bukan sembarang pakar, namun mereka sudah membuktikannya sendiri, mereka sukses, dan bahwa dengan investasi, dengan memiliki perencanaan keuangan yang baik, mereka juga bisa menghasilkan keuntungan yang besar. Apa lagi yang anda ragukan dari para pakar? 

Semua orang bisa investasi, dan semua orang bisa menghasilkan keuntungan besar dari investasi saham. Oleh karena itu, jadi anda ingin memulai investasi, tunggu apa lagi? Sudah banyak kisah sukses dari investasi saham, dan banyak dari mereka yang "hanya" berawal dari modal kecil. Now your turn...


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Memilih Investasi yang Tepat - Pengalaman Investasi

Cara Memilih Investasi yang Tepat - Pengalaman Investasi

Jangan mudah tertipu dengan potensi keuntungan (return) investasi. Kalimat ini penting untuk anda terapkan terutama kalau anda mulai mencoba instrumen investasi, apapun itu baik investasi saham, reksadana, obligasi ataupun investasi2 lainnya. 

Mengapa? Karena return dari investasi atau saving yang ideal dalam setahun adalah di kisaran 5-6%. Contohnya adalah return deposito yang rata-rata returnnya di kisaran 5-6% dengan tingkat risiko yang rendah / kecil. 

Nah, kalau anda menemukan return dari instrumen investasi / saving tertentu yang diatas itu, khususnya return investasi hingga 10% keatas dalam setahun, hal tersebut pasti akan "diimbangi" dengan unsur risiko yang lebih tinggi. 

Contoh konkritnya adalah INVESTASI SAHAM. Dalam investasi saham, anda bisa mendapatkan return besar bahkan diatas 10% per tahun, namun tentu risiko dalam investasi saham lebih tinggi dibandingkan return deposito (yang returnnya "cuma" sekitar 5-6% per tahun). Risiko di saham yang utama adalah risiko fluktuatif harga saham. 

Jadi kalau anda menemukan instrumen investasi yang menawarkan return sampai diatas 10% per tahun bahkan per bulan tanpa / bebas risiko, anda harus waspadai investasi semacam itu. Bahkan ada baiknya anda hindari. 

Ingat bahwa return investasi / saving akan selalu sebanding dengan unsur risiko. Satu hal lagi, sebelum memutuskan investasi, cek juga apakah ada izin resmi investasi (terutama dari Otoritas Jasa Keuangan). 

Saat ini  ada banyaaaak sekali tawaran-tawaran investasi (dengan berbagai macam nama) yang menjanjikan return besar, cepat, bebas risiko. Teman-teman harus lebih mampu menyeleksi investasi-investasi yang berkualitas. 

Setiap bulan, setiap tahun selalu muncul investasi-investasi yang menawarkan return yang tidak logis (return besar bebas risiko), dan selalu banyak investor pemula yang terjebak dengan investasi bodong tersebut. Maka dari itu, untuk memilih investasi yang tepat, ada baiknya anda perhatikan hal2 berikut:

1. Untuk menghasilkan keuntungan dari investasi, setiap instrumen investasi harus anda pelajari. Intinya, milikilah pengetahuan dalam berinvestasi. 

Misalnya, saya pribadi. Dalam berinvestasi saya pribadi, lebih memilih untuk menjadi seorang investor & trader saham. Untuk mendapatkan profit di saham, saya harus memahami analisis teknikal, analisis fundamental, analisis market, bandarmologi. 

Kalau saya tidak memahami analisis2 yang dibutuhkan untuk mendapatkan profit, dan hanya berharap dapat profit instan, tentu saja saya tidak akan bisa menghasilkan keuntungan yang maksimal di saham. 

Demikian juga dengan instrumen investasi lainnya. Kalau anda ditawari investasi dengan return sampai 10% per bulan, anda harus PELAJARI apa risiko investasi tersebut? Kalau sama sekali nggak ada risikonya, apalagi tidak ada izin resmi OJK, sebaiknya hindari jenis investasi seperti itu. Trust me

2. Utamakan rasionalitas dalam investasi 

Seperti yang saya paparkan tadi, bahwa return dan risiko investasi itu berbanding lurus. Jadi kalau anda diberikan tawaran2 investasi yang keuntungannya menggiurkan, dengan iklan-iklan yang bombastis (bisa kaya dalam setahun, passive income cepat kaya), ada baiknya anda hindari investasi2 seperti itu. Selalu pelajari unsur risiko sebelum investasi. 

Well, dengan semakin berkembangnya teknologi dan instrumen investasi, saya yakin penipuan2 dalam investasi pasti semakin banyak. Tapi kalau kita punya pengetahuan yang benar, mau sebanyak apapun penipuan2 investasi, sebenarnya itu nggak akan berpengaruh untuk kita.

Saat ini sudah nggak zaman lagi kita tertipu dengan investasi abal-abal. Kita harus menjadi masyarakat yang cerdas berinvestasi dan selalu memiliki pengetahuan sebelum memutuskan investasi di instrumen tertentu. 

Apa yang saya paparkan di pos ini saya tulis berdasarkan pengalaman dan observasi pribadi (karena saya sendiri juga trading dan investasi saham), sehingga saya sering mengamati setiap perkembangan instrumen investasi yang beredar. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Strategi Nabung Saham yang Efektif

Strategi Nabung Saham yang Efektif

Istilah nabung saham pasti tidak asing lagi bagi anda. Yap, saya sendiri juga sudah menjelaskan apa itu nabung saham, dan bagaimana mekanisme / contoh cara nabung saham. Anda bisa baca-baca kembali artikel saya disini: Penjelasan Cara Menabung Saham. 

Namun di dalam praktikknya, nabung saham ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Nabung saham tidak semudah apa yang disoalisasikan oleh sekuritas atau edukasi2 saham yang mungkin sering anda temui selama ini. 

Banyak investor yang mencoba metode nabung saham dengan menyetor dan membeli saham rutin tiap bulan, tapi nyatanya? Banyak yang sahamnya turun dalam jangka lebih dari setahun. 

Saya sering mendengar keluhan2 investor saham yang mengatakan bahwa nabung saham adalah program pembodohan. Nabung saham cuma bikin buntung, dan lain2. 

Itu artinya, walaupun konteksnya adalah 'nabung saham', di mana anda sebenarnya hanya perlu beli saham secara bertahap (seperti anda menabung duit di celengan, cuma ini bedanya anda nabung saham), tapi anda juga harus pakai strategi agar portofolio anda bisa ijo royo-royo. 

Menurut saya pribadi, tidak ada yang salah dengan program Yuk Nabung Saham tersebut. Hanya saja, anda harus menggunakan strategi nabung saham yang efektif. 

Tapi caranya gimana Pak Heze? Tanya anda 

Nabung saham tentu saja harus anda lakukan dengan analisa fundamental. Itu yang pertama, karena nabung saham itu sama dengan investasi, maka anda harus pilih perusahaan yang bisa naik dalam jangka panjang.

Nah, agar anda tidak mudah terjebak membeli saham2 yang tidak likuid atau saham2 yang anda tidak tahu seperti apa perusahaannya. Dan kalau anda tidak punya banyak waktu untuk menganalisis saham2 yang secara fundamental bagus, tapi harganya masih belum gerak (alias mencari harta terpendam), maka carilah saham2 yang produknya sudah populer, atau anda bisa cari saham blue chip. 

Belilah saham2 perusahaan yang sudah mapan, yang harganya masih belum naik tinggi. Di pos ini: Nabung Saham: Pilih Blue Chip atau Value Investing? Saya juga pernah menuliskan perbandingan saham blue chip dan growth company. 

Karena kalau anda beli saham2 mature company, anda akan mendapatkan banyak keuntungan, beberapa diantaranya yaitu pergerakan saham yang cenderung stabil dan potensi dividend yield yang besar. Baca juga: Daftar Perusahaan yang Rutin Membagi Dividen. 

Nabung saham dengan cara yang efektif, sekedar analisa fundamental ini saja tidaklah cukup. Harga saham setiap waktu bergerak naik dan turun.

Saat harga saham naik tinggi, pasti ada momen di mana harga saham akan turun lagi. Dan juga sebaliknya. Jadi ketika menabung saham, anda harus menggunakan sedikit strategi saat membeli saham. 

Yaitu, belilah saham / tambah saham ketika harga saham anda lagi turun. Jangan asal menabung atau menambah porsi saham, padahal saat itu saham anda sudah naik tinggi. Kalau saham anda lagi naik kencaaang, ada baiknya anda tunggu turun dulu, lalu anda beli di harga rendah. Atau sebaliknya, kalau IHSG masih koreksi tajam, ada baiknya anda tunggu dulu technical reboundnya.

Demikian seterusnya, sehingga dari nabung saham ini, anda bisa mendapatkan saham di harga rata2 yang lebih rendah, bukan di harga premium (mahal). Cara membaca saham diskon pernah saya bahas disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon. 

Keluhan investor yang sering saya temukan terkait nabung saham ini ternyata bukan soal fundamental / tidak bisa memilih saham. Tapi trader seringkali asal-asalan ketika menambah porsi sahamnya, tanpa memperhatikan analisa teknikalnya. 

Tanpa disadari investor sudah membeli saham di harga premium berkali-kali, sehingga harga rata-ratanya terlalu tinggi. 

Jadi kesimpulannya, supaya strategi nabung saham anda bisa efektif, ada baiknya anda melakukan kombinasi analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental berarti anda mencari saham2 yang kinerjanya bagus dan perusahaan memberikan yield berupa dividen. 

Karena saham2 seperti ini menawarkan harga yang menarik untuk anda, daripada anda menabung saham2 yang harganya murah (secara nominal), bisa anda dapatkan dengan modal kecil, tapi pergerakan sahamnya nggak begitu bagus. 

Fyi, di beberapa sekuritas, nabung saham seringkali ditawarkan pada nasabah yang modalnya kecil. Sekuritas akan memberikan pilihan pada anda beberapa saham yang harganya murah yang bisa anda beli dengan modal kecil tersebut. 

Saran saya, dalam nabung saham ada baiknya anda memilih saham bukan karena murah, tapi karena fundamentalnya bagus, dan anda juga dapat dividen dari saham tersebut. Lebih baik anda menambah modal dulu, daripada anda membeli saham murah, tapi anda tidak mendapatkan keuntungan jangka menengah maupun panjang.    

Kedua, lakukan analisa teknikal juga. Walaupun konteksnya adalah nabung / investasi, anda juga harus cermat melihat analisa teknikalnya. Jangan langsung beli saham pada saat anda sudah ada modal.

Anda yang kritis kemudian bertanya: "Bung Heze, tapi saya nggak ada banyak waktu buat analisa teknikal, soalnya saya pekerja kantoran". 

Pertanyaan bagus. Kalau anda pekerja kantoran, tidak masalah. Toh, anda kan nabung saham bukan trading. Jadi anda tidak perlu meluangkan waktu terlalu banyak untuk melakukan analisa teknikal kalau anda tujuannya nabung saham. 

Terkait kapan waktu untuk menganalisa teknikal saham, bagi anda yang sibuk dengan pekerjaan anda sehari-hari misalnya, anda bisa baca pos saya lagi disini: Cara Analisis Saham untuk Pekerja Kantoran. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.