Menghadapi Pasar Saham Bearish

Menghadapi Pasar Saham Bearish

Tidak setiap saat anda menghadapi pasar saham bearish. Tetapi memang ada masa-masa pasar saham sedang turun.. Banyak saham bagus yang harganya jatuh. Di saat-saat seperti ini, anda harus memiliki mindset trading yang benar. 

Pada saat pasar saham sedang jatuh, strong bearish, apa yang bisa kita lakukan sebagai trader / investor saham? Ketika pasar saham sedang turun, saya yakin banyak trader dan investor saham yang malas membuka layar trading online. 


Mendingan tutup laptop daripada melihat saham-saham turun terus. Beli saham juga percuma, ntar turun lagi. Namun dalam kondisi saham yang sedang turun, bukan berarti trader harus bersikap pesimis.

"Percuma belajar saham. Harga saham turun terus".
"Analisis teknikal dan fundamental nggak ada gunanya, masih kalah sama bandar"

Kalau kondisi pasar saham sedang bearish, dan tidak memungkinkan anda untuk trading (karena saham-saham turun), maka sebenarnya dalam kondisi tersebut, anda bisa memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal berikut: 

Tetap belajar saham. Belajar saham itu tidak harus selalu membeli saham. Anda wait and see, menganalisa market, mempelajari sentimen-sentimen pasar, menunggu momenum, tetap analisa saham-saham apa yang murah (secara valuasi), itu semua juga merupakan proses belajar saham. 

Evaluasi trading. Kalau anda memutuskan untuk rest total dari tradng saat IHSG bearish, ini sebenarnya adalah saat yang bagus untuk melakukan evaluasi trading. Justru ketika anda berhenti sementara dari aktivitas trading, anda bisa melihat banyak hal dari perjalanan trading secara penuh.. Di dalam evaluasi trading, anda bisa mengevaluasi hal-hal berikut: 

- Apakah strategi trading anda sejauh ini menguntungkan?
- Apakah selama ini anda tergesa-gesa membeli saham?
- Apakah anda kerap kali membeli saham2 yang kurang bagus?
- Apakah anda sudah membeli saham berdasarkan analisa?
- Apakah anda lebih banyak profit atau rugi? 
- Apakah anda lebih baik sebagai trader, investor atau keduanya? 

Evaluasi-evaluasi tersebut bisa anda gunakan nantinya sebagai perbaikan anda untuk menuju arah trading selanjutnya yang lebih baik. 

Ketika pasar saham bearish, tidak ada salahnya anda 'tutup laptop'. Tapi bukan berarti anda harus menutup rasionalisme dan menjadi pesimis (tidak mau belajar saham lagi sampai pasar saham naik, atau bahkan menebar fear tentang kondisi market). 

Justru anda yang sekarang sedang mengalami kondisi pasar saham bearish, bahkan hancur (crash), anda harus bersyukur, karena anda bisa mendapatkan banyak pengalaman trading, dan disinilah kita menghadapi realita market yang sesungguhnya. 

Kalau saya boleh jujur, justru trader yang mulai trading saham dengan kondisi market yang sangat bagus itu berbahaya, karena ketika berhadapan dengan market bearish, kemungkinan besar trader tidak siap, karena belum memiliki langkah antisipasi untuk membaca pertanda market yang mulai jelek. 

Apa yang saya tulis di pos ini, tentu saja bukan bermaksud untuk menakut-nakuti atau membuat trader pemula panik ketika market sedang turun. 

Tetapi saya ingin sharing mengenai realita dan kondisi pasar saham yang sesungguhnya, yang akan anda hadapi ketika berhadapan dengan market. Anda perlu mempelajari hal ini, supaya anda bisa mengambil keputusan trading yang realistis dan bijaksana. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Harga Saham Turun Drastis, Kapan Naik?

Harga Saham Turun Drastis, Kapan Naik?

Pergerakan harga dan grafik saham yang selalu kita amati di software online trading sebenarnya merupakan suatu siklus harga saham. Yap, dan kita baik trader maupun investor harus memahami sikulis harga saham tersebut. 

"Memang apa pentingnya paham fase siklus saham? Yang penting kan bisa profit pak?" Protes anda.

Nah, ini yang akan kita bahas. Sebelum kita masuk ke bahasan lebih lanjut, anda perlu mengetahui dahulu siklus atau fase harga saham. Perhatikan siklus harga saham berikut:  


Pada gambar diatas, kita bisa pelajari bahwa di pasar saham itu ada fase-fase pergerakannya, mulai dari fase optimis sampai masuk ke fase depresi demikian seterusnya. Di fase optimis, trader dan investor akan mulai membeli saham... 

Ketika harga saham naik terus, akan muncul euforia. Di satu sisi mulai muncullah risiko. Setelah harga saham turun, mulailah terjadi cemas, takut, hingga panic selling dan depresi.  

Faktanya, siklus saham yang paling membuat trader dan investor heboh adalah ketika pasar saham sedang turun drastis, seperti yang pernah kita hadapi saat crash market 1998, 2008. Maupun ekonomi lesu di tahun 2015 dan 2020 (wabah virus Corona). 

Pada saat kita memasuki pasar saham yang turun drastis, dan saham-saham bagus harganya turun terus, maka dalam kondisi tersebut pasar saham berada pada fase: 'Cemas', 'takut' dan bahkan bisa masuk pada masa 'panic selling' yang membuat harga saham turun lebih tajam lagi.

Tiga fase (cemas, takut, panic selling) tersebut adalah fase yang paling berat yang harus dilalui semua trader maupun investor saham. Kalau anda sudah pernah mengalami pasar saham strong bearish, saya yakin anda pasti benar2 merasakan ketika pasar saham berada di tiga fase tersebut.  

Pelajari juga: Strategi Trading saat IHSG Strong Bearish. 

Dalam kondisi-kondisi tersebut, biasanya ada banyak upaya yang dilakukan baik oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menekan penurunan saham, misalnya dengan kebijakan auto reject asimetris (misalnya penurunan maksimal harga saham hanya boleh 10%, tapi kenaikan maksimal adalah 25-35%), maupun kebijakan buyback saham. 

Baca juga: Auto Reject Saham Simetris & Asimetris dan Pembelian Kembali (Buyback) Saham. 

Tujuannya untuk menjaga agar pasar saham tidak jatuh terus. Walaupun demikian, cara-cara tersebut biasanya hanya bisa menjaga penurunan harga saham sesaat, karena kalau market sudah panik, takut (fear), maka suka nggak suka pelaku pasar masih akan terus menjual saham. 

Lalu, pada saat kapan harga saham yang turun tersebut akan naik lagi?

Nah, ini adalah jawaban yang relatif, karena turunnya harga saham secara drastis itu juga tergantung penyebabnya. Tahun 1998, kejatuhan harga saham terjadi hampir selama 9 bulan. Tahun 2008, kejatuhan harga saham terjadi kurang lebih 6-7 bulan. 

Demikian juga tahun 2015 kejatuhan harga saham terjadi kurang lebih 6 bulan. Jadi, kita ambil titik tengahnya saja.... 

Kejatuhan harga saham (saat crash market ataupun strong bearish) UMUMNYA terjadi sekitar 6-8 bulan. 

Tetapi, kalau kita lihat siklus harga saham diatas, ketika sudah melalui tiga fase berat tersebut, harga saham tidak akan langsung naik kencang, melainkan ada masa 'peluang emas' dan 'depresi'. 

Masa ini adalah masa di mana harga saham sudah tidak turun sebanyak tiga fase sebelumnya. Saham-saham mulai bergerak sideways dan mulai ada sedikit kenaikan (walaupun masih bisa turun tapi tidak sedalam sebelumnya), serta sentimen2 negatif mulai keluar. 

Dan di masa ini ada masa 'depresi', di mana hal ini terjadi karena pelaku pasar sudah tidak memiliki saham untuk dijual, namun pelaku pasar masih pesimis terhadap market. Disitulah sebenarnya peluang emas anda untuk mulai curi start.

Sekarang, kenapa anda perlu mengetahui hal ini? 

Anda harus pahami siklus market ini supaya anda tidak panik dan terbawa 'arus' ketika berhadapan dengan market yang sedang turun. 

Saat saham2 spada jatuh, banyak trader pesimis, tidak yakin IHSG bakal balik lagi, semua saham dijual, padahal ada yang namanya siklus / fase market, di mana saham yang turun drastis (masuk di tiga fase tersebut), pasti ada saatnya pulih lagi. 

Trader-trader yang panik, pesimis justru tidak bisa mengambil dan melihat peluang ketika pasar saham sudah pulih, sehingga akhirnya trader ketinggalan momen yang bagus. 

Fase saham ini bukan hanya teori, karena kita sudah menghadapinya beberapa kali, yaitu saat crash market 1998 & 2008, dan tahun 2015 saat ekonomi lesu, serta 2020 (wabah virus Corona). 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.