Cara Mengetahui Kinerja Trading Saham Anda

Cara Mengetahui Kinerja Trading Saham Anda

Semua trader saham memiliki tujuan utama untuk mencapai keuntungan / profit. Yang jadi pertanyaan, seberapa besar profit yang mampu anda peroleh dari saham? Apakah profit sebesar 5% per bulan, 10% per bulan, 50% per tahun adalah profit yang besar? 

Untuk menjawab 'ya' atau 'tidak', sebenarnya ketika anda mendapatkan profit, anda harus membandingkan profit yang anda dapatkan dengan kinerja IHSG. Sederhananya seperti ini: Kalau return saham anda sebesar 5%, tapi return IHSG adalah sebesar 15% pada waktu itu, maka walaupun anda bisa profit 5%, keuntungan anda belum dapat dikatakan besar, karena keuntungan anda masih dibawah kinerja IHSG.

Sebaliknya, jika anda "hanya" dapat return saham 5% tapi return IHSG pada waktu itu ternyata -1%, maka return IHSG anda sesungguhnya cukup besar. 

Untuk membandingkan return saham dengan return IHSG, ada baiknya anda membandingkan return IHSG per bulan dan per tahun. Jadi anda harus melihat perbandingan return saham anda vs return IHSG untuk setiap bulan. 

Cara mudah menghitung return IHSG adalah dengan membandingkan harga opening awal bulan dengan harga closing saat akhir bulan. Sebagai contoh, perhatikan tabel dibawah ini: 


Pada contoh tabel diatas, terdapat 3 bulan di mana return saham trader berada di bawah return IHSG. Sedangkan 1 bulan return saham sama dengan return IHSG dan 8 bulan sisanya diatas return saham berada diatas return IHSG.

1. Return saham diatas return IHSG 

Jika return saham anda berada diatas return IHSG, maka bisa dikatakan bahwa kinerja saham anda bagus atau lumayan bagus. Jadi, kalau profit anda "hanya" 2% per bulan misalnya, tapi saat itu return IHSG sedang minus, itu artinya anda sudah bisa membaca kondisi pasar dan memprediksi saham dengan baik.  

Tapi kalau return saham anda minus dan return IHSG juga minus, namun return IHSG minusnya masih lebih banyak daripada return saham anda, hal ini juga patut menjadi evaluasi trading anda. 

Karena akan jauh lebih bagus bagi seorang trader apabila trader mampu menghasilkan return saham yang positif alias profit pada saat return IHSG minus. Atau setidaknya, ketika IHSG sedang minus karena banyak sentimen2 negatif, ada baiknya trader segera 'exit' dahulu dari pasar agar menghindari sinyal2 palsu. Akan lebih baik jika return saham anda 0% daripada return saham anda minus. 

2. Return saham dibawah return IHSG 

Jika return saham anda berada dibawah return IHSG, maka anda harus melakukan evaluasi pada trading anda. Jadi, kalau anda dapat return saham sebulan sebesar 3% tapi IHSG saat itu lagi naik tinggi2nya sampai 7%, maka return anda belum bisa dikatakan besar. Seharusnya, dengan return IHSG sebesar 7%, anda bisa mencetak return saham yang lebih besar daripada itu. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham: Pegang Banyak Saham atau Banyak Cash?

Trading Saham: Pegang Banyak Saham atau Banyak Cash?

Pada saat harga saham pada naik tinggi, anda yang memiliki saham kemungkinan besar saham anda naik. Anda senang, anda untung. Anda tidak ragu untuk membelanjakan duit anda di saham. Anda punya peluang yang besar untuk mendapatkan profit.  

Tapi bagaimana kalau hal sebaliknya yang terjadi? IHSG sedang turun. Banyak saham yang merah. Saham-saham andalan yang anda biasanya super power, kini harganya terjun bebas. 

Suka tidak suka, anda pasti akan menghadapi kondisi market seperti ini. Yap, karena tidak mungkin harga saham terus naik tanpa turun. Biasanya saham-saham yang naik tinggi, akan ada koreksi besar (aksi jual / profit taking). Namun bisa jadi, market turun bukan karena koreksi sehat, tetapi karena ada berita2 negatif, sehingga IHSG turun tidak seperti biasanya. 

Pada kondisi market lagi turun tajam ini, apa yang akan anda lakukan? Anda lebih memilih pegang banyak saham atau pegang banyak cash? 

Sebagian besar trader banyak yang suka terburu-buru membeli saham dalam jumlah besar ketika market sedang turun, atau saat market memulai tren turunnya dalam jangka pendek. Trader beranggapan bahwa dengan pegang banyak saham saat market turun, maka trader bisa berksempatan menjual saham di harga tinggi. 

Pandangan seperti ini tidak saya katakan salah. Hanya saja, anda harus mengetahui kapan momentum yang tepat untuk memborong saham. Biasanya trader yang terburu membeli banyak saham ketika market lagi koreksi menunjukkan bahwa trader sebenarnya takut 'ketinggalan kereta'.  Trader takut kalau saham tiba-tiba naik lagi, di satu sisi anda belum sempat beli sahamnya. 

Padahal, di saat2 market lagi turun tajam, sangat mungkin penurunan IHSG dan sebagian besar saham masih akan berlanjut. Sehingga, kalau anda langsung borong saham ketika market baru saja koreksi besar, kemungkinan saham anda nyangkut. Coba anda perhatikan grafik IHSG dibawah ini: 



Bisa anda perhatikan bahwa ketika IHSG koreksi terutama setelah naik berhari-hari, pada umumnya koreksi IHSG akan berlanjut lebih dari satu hari (perhatikan lingkaran hijau). Hal ini menunjukkan ketika IHSG berada dalam awal tren turun jangka pendek, maka kalau anda ngotot membeli saham dalam jumlah besar, keesokan hari saham anda bisa turun lagi lebih banyak (jika anda beli saham2 yang berkorelasi dengan pergerakan IHSG, seperti mayoritas LQ45 misalnya).

Jadi kesimpulannya, prinsipnya ketika market lagi koreksi, memegang banyak cash lebih baik ketimbang memegang saham dalam jumlah besar. Lebih baik anda memegang banyak cash daripada memegang banyak saham, tapi nyangkut. 

Jadi ketika harga saham nanti sudah mulai rebound, anda punya banyak amunisi (modal) untuk membeli saham di harga yang jauh lebih murah. Baca juga: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun. 

Anda yang kritis membaca pos ini kemudian bertanya kembali: "Bung Heze, tapi kan memang kita tidak pernah mengetahui dengan pasti harga saham akan turun sampai ke support berapa. Gimana kalau harga saham turun beberapa poin terus naik lagi?"

Anda benar, saya setuju. Kita memang tidak akan bisa memastikan harga saham akan turun sampai ke level berapa. Demikian juga, kita tidak akan tahu saham akan naik ke harga berapa. Karena pergerakan harga saham keesokan hari adalah pergerakan harga masa depan. Siapa yang bisa menegtahui apa yang terjadi besok?

Maka dari itu, kalau anda ingin membeli saham ketika market koreksi, belilah secara bertahap. Gunakan sedikit modal anda untuk membeli saham. Jadi,ketika saham anda turun, anda masih punya amunisi yang banyak untuk beli lagi. 

Dan satu hal lagi, kalau anda mau pakai strategi ini, belilah saham yang anda yakin bahwa saham tersebut adalah saham yang bagus untuk anda, bukan saham2 jelek / saham2 yang tidak likuid. Maka, anda harus paham cara memilih saham. Baca juga: Memilih Saham yang Bagus untuk Trading. 

Semakin pengalaman anda, anda akan lebih paham kapan waktu yang tepat untuk membeli saham ketika market turun. Tapi intinya, saat market lagi bearish, terutama ketika market memulai tren bearishnya dalam jangka pendek (bukan jangka panjang ya) entah karena hanya koreksi normal, atau sentimen2 negatif sesaat, maka anda tidak dianjurkan untuk bernafsu membeli saham dalam jumlah besar. 

Belilah saham secara bertahap. Atau kalau anda belum yakin sama sekali dengan kondisi market yang masih strong bearish, maka keputusan terbaiknya adalah wait and see. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham: Pegang Banyak Saham atau Banyak Cash?

Trading Saham: Pegang Banyak Saham atau Banyak Cash?

Pada saat harga saham pada naik tinggi, anda yang memiliki saham kemungkinan besar saham anda naik. Anda senang, anda untung. Anda tidak ragu untuk membelanjakan duit anda di saham. Anda punya peluang yang besar untuk mendapatkan profit.  

Tapi bagaimana kalau hal sebaliknya yang terjadi? IHSG sedang turun. Banyak saham yang merah. Saham-saham andalan yang anda biasanya super power, kini harganya terjun bebas. 

Suka tidak suka, anda pasti akan menghadapi kondisi market seperti ini. Yap, karena tidak mungkin harga saham terus naik tanpa turun. Biasanya saham-saham yang naik tinggi, akan ada koreksi besar (aksi jual / profit taking). Namun bisa jadi, market turun bukan karena koreksi sehat, tetapi karena ada berita2 negatif, sehingga IHSG turun tidak seperti biasanya. 

Pada kondisi market lagi turun tajam ini, apa yang akan anda lakukan? Anda lebih memilih pegang banyak saham atau pegang banyak cash? 

Sebagian besar trader banyak yang suka terburu-buru membeli saham dalam jumlah besar ketika market sedang turun, atau saat market memulai tren turunnya dalam jangka pendek. Trader beranggapan bahwa dengan pegang banyak saham saat market turun, maka trader bisa berksempatan menjual saham di harga tinggi. 

Pandangan seperti ini tidak saya katakan salah. Hanya saja, anda harus mengetahui kapan momentum yang tepat untuk memborong saham. Biasanya trader yang terburu membeli banyak saham ketika market lagi koreksi menunjukkan bahwa trader sebenarnya takut 'ketinggalan kereta'.  Trader takut kalau saham tiba-tiba naik lagi, di satu sisi anda belum sempat beli sahamnya. 

Padahal, di saat2 market lagi turun tajam, sangat mungkin penurunan IHSG dan sebagian besar saham masih akan berlanjut. Sehingga, kalau anda langsung borong saham ketika market baru saja koreksi besar, kemungkinan saham anda nyangkut. Coba anda perhatikan grafik IHSG dibawah ini: 



Bisa anda perhatikan bahwa ketika IHSG koreksi terutama setelah naik berhari-hari, pada umumnya koreksi IHSG akan berlanjut lebih dari satu hari (perhatikan lingkaran hijau). Hal ini menunjukkan ketika IHSG berada dalam awal tren turun jangka pendek, maka kalau anda ngotot membeli saham dalam jumlah besar, keesokan hari saham anda bisa turun lagi lebih banyak (jika anda beli saham2 yang berkorelasi dengan pergerakan IHSG, seperti mayoritas LQ45 misalnya).

Jadi kesimpulannya, prinsipnya ketika market lagi koreksi, memegang banyak cash lebih baik ketimbang memegang saham dalam jumlah besar. Lebih baik anda memegang banyak cash daripada memegang banyak saham, tapi nyangkut. 

Jadi ketika harga saham nanti sudah mulai rebound, anda punya banyak amunisi (modal) untuk membeli saham di harga yang jauh lebih murah. Baca juga: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun. 

Anda yang kritis membaca pos ini kemudian bertanya kembali: "Bung Heze, tapi kan memang kita tidak pernah mengetahui dengan pasti harga saham akan turun sampai ke support berapa. Gimana kalau harga saham turun beberapa poin terus naik lagi?"

Anda benar, saya setuju. Kita memang tidak akan bisa memastikan harga saham akan turun sampai ke level berapa. Demikian juga, kita tidak akan tahu saham akan naik ke harga berapa. Karena pergerakan harga saham keesokan hari adalah pergerakan harga masa depan. Siapa yang bisa menegtahui apa yang terjadi besok?

Maka dari itu, kalau anda ingin membeli saham ketika market koreksi, belilah secara bertahap. Gunakan sedikit modal anda untuk membeli saham. Jadi,ketika saham anda turun, anda masih punya amunisi yang banyak untuk beli lagi. 

Dan satu hal lagi, kalau anda mau pakai strategi ini, belilah saham yang anda yakin bahwa saham tersebut adalah saham yang bagus untuk anda, bukan saham2 jelek / saham2 yang tidak likuid. Maka, anda harus paham cara memilih saham. Baca juga: Memilih Saham yang Bagus untuk Trading. 

Semakin pengalaman anda, anda akan lebih paham kapan waktu yang tepat untuk membeli saham ketika market turun. Tapi intinya, saat market lagi bearish, terutama ketika market memulai tren bearishnya dalam jangka pendek (bukan jangka panjang ya) entah karena hanya koreksi normal, atau sentimen2 negatif sesaat, maka anda tidak dianjurkan untuk bernafsu membeli saham dalam jumlah besar. 

Belilah saham secara bertahap. Atau kalau anda belum yakin sama sekali dengan kondisi market yang masih strong bearish, maka keputusan terbaiknya adalah wait and see. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pengalaman Pribadi Trading Saham: Dulu dan Sekarang

Pengalaman Pribadi Trading Saham: Dulu dan Sekarang

Setelah jam trading tutup, saya menyempatkan diri untuk melihat-lihat kembali rincian trading saya di tahun-tahun sebelumnya. Jadi saya pribadi setiap kali beli dan jual pasti akan mencatatnya secara manual (tanggal beli, jual, beli dan jual di harga berapa, dan profit yang didapatkan). 

Hal ini sudah saya lakukan sejak pertama kali saya membeli saham. Jadi mulai data trading saham (beli dan jual) saya bertahun-tahun yang lalu, masih tersimpan di satu excel yang sama. Perlu bagi anda untuk membuat jurnal trading seperti ini. Saya pernah menuliskannya disini: Analisa Saham dengan Jurnal Trading. 

Kemudian saya membandingkan transaksi saham saya saat bertahun-tahun lalu (beberapa bulan pertama trading) dengan saat ini. Ternyata ada banyak sekali perubahan dalam trading saya. 

Kalau dulu saya trading hanya dengan modal receh, sekarang bisa trading dengan modal yang jauh lebih besar. Dulu nggak bisa beli saham blue chip (karena keterbatasan modal). Sekarang sudah bisa memiliki saham2 yang bagus dan likuid. 

Kalau dulu cuma berani profit beberapa persen, sekarang sudah berani profit lebih besar. Kualitas trading yang saya rasakan juga meningkat signifikan. Jika dulu saya beli saham-saham gorengan terus. Beli saham yang saya nggak tahu kenapa saya beli, sekarang bisa membeli saham dengan pertimbangan dan analisa yang jauh lebih baik. 

Kalau dulu banyak profit tapi banyak loss-nya juga, sekarang profit sudah jauh lebih konsisten, dan kerugian semakin kecil. 

Itulah sedikit banyak perkembangan trading yang saya rasakan. Lalu apa pelajaran yang bisa anda ambil dari pos ini? Tentu saja saya bukan sekedar cerita / curhat apalagi pamer, tapi setiap pos yang ingin saya sampaikan pada anda, pasti ada makna tersendiri yang bisa anda jadikan acuan untuk perkembangan trading saham anda.

Dalam trading saham, anda harus mencatat setiap trading yang anda jalangkan. Penting bagi anda untuk melakukan terus evaluasi trading. 

Anda harus tahu perkembangan trading saham yang sudah anda jalankan selama ini.  Anda harus membandingkan trading saham yang dulu anda jalankan dengan trading saham anda yang sekarang. Apakah: 

- Modal anda berkembang? 
- Saham yang anda beli semakin berkualitas?
- Kerugian anda semakin kecil?
- Profit anda sekarang lebih konsisten dan stabil?
- Cut loss anda sekarang sudah jarang dilakukan ketimbang dulu?
- Semakin sedikit saham2 gorengan di porto anda? 

Kalau cut loss anda dulu masih sebanyak sekarang. Itu artinya, anda harus merombak strategi trading anda. Jangan sampai jatuh di lubang yang sama. Kalau anda dulu anda suka beli saham gorengan, sekarang anda bisa profit lebih baik di saham2 yang lebih likuid, itu artinya anad harus pertahankan strategi anda. 

Ukuran-ukuran inilah yang secara garis besar sebenarnya bisa menentukan apakah trading anda berkembang, atau masih stagnan atau bahkan mengalami penurunan. Anda harus mengetahuinya. Jadi kalau anda selama ini belum pernah membandingkan historis trading anda, sekarang coba luangkan waktu anda. 

Dengan demikian, anda bisa melihat perkembangan trading anda, berdasarkan pengalaman anda sendiri, sehingga anda bisa melakukan evaluasi lebih lanjut pada trading anda. 

Anda tidak perlu menjadi trader perfect (karena tidak ada orang yang perfect). Anda tidak perlu iri dengan 'rumput tetangga yang lebih hijau'. Kalau anda mau tahu apakah trading anda lebih baik atau tidak, anda cukup membandingkan trading anda yang dulu dengan trading anda sekarang.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pengalaman Beli Saham Unilever

Pengalaman Beli Saham Unilever

Salah satu saham blue chip yang produknya bisa kita temukan dimanapun, serta digunakan oleh banyak orang adalah saham perusahaan PT Unilever Tbk (UNVR). Saya sering menerima pertanyaan rekan-rekan: "Pak Heze apakah saham UNVR sudah layak beli atau belum?" "Kalau mau beli UNVR di harga berapa?"

Tapi di satu sisi, banyak juga yang menghindari saham UNVR karena nominal harga sahamnya yang sudah cukup tinggi, sehingga harga sahamnya nggak terjangkau untuk trader ritel yang punya modal kecil. Kabar baiknya, UNVR ini rencananya akan melakukan stock split. Anda bisa baca pos saya disini: Analisis Saham: Saham UNVR Stock Split. 

Maka dari itu, saya ingin bercerita sedikit tentang pengalaman beli saham UNVR terutama untuk trading (swing trading). UNVR adalah tipikal saham yang pergerakan harganya cukup lambat, namun kalau kita lihat tren jangka panjang misalnya 10 tahun, trennya cenderung naik (uptrend). 

Saham UNVR 10 tahun
Pergerakan saham UNVR yang lambat ini salah satunya karena UNVR harga sahamnya sudah cenderung tinggi, sehingga kenaikan-penurunannya tidak akan secepat saham-saham yang harganya rendah. 

Sebagai contoh, jika saham UNVR harganya 45.000, tentu akan lebih sulit menaik-turunkan saham ini dengan cepat dibandingkan dengan saham yang harganya hanya 1.000 per saham. 

Secara fundamental, PER UNVR juga sangat tinggi, namun tetap saja harga sahamnya bisa naik terus. Namun bukan berarti UNVR ini kebal koreksi. Ada saat-saat di mana UNVR harga sahamnya koreksi drastis. Kita bisa perhatikan chart UNVR dalam jangka lebih pendek: 

Saham UNVR
UNVR beberapa kali juga mengalami koreksi drastis, sebanyak dua kali pada chart diatas, di mana UNVR sempat turun dari 50.000 ke 41.000. Tentu ini adalah penurunan yang cukup besar. Demikian juga UNVR pernah turun dari 49.000 ke 42.000. 

Saham UNVR biasanya mudah / berpotensi koreksi ketika terjadi dua hal: Ada berita negatif. Kedua, Harga saham sideways di puncak / resisten dalam waktu lama. 

Sebagai contoh, ketika laba bersih UNVR turun, maka harga sahamnya langsung anjlok dengan cepat (tanda lingkaran pertama). Demikian juga ketika saham UNVR sudah mulai sideways di puncak resisten, maka saat itu sahamnya sudah mulai berpotensi untuk turun lagi.

Saya pribadi biasanya lebih suka membeli UNVR dengan menunggu harga sahamnya turun koreksi. Sedangkan kalau UNVR sudah mulai ada di harga puncak, ada baiknya tunggu sahamnya koreksi. 

Untuk saham2 yang pergerakannya tidak terlalu seperti UNVR, lebih baik sahamnya anda simpan paling tidak untuk swing trading, karena fluktuatifnya tidak terlau enak untuk trading cepat. 

Oleh karena itu, frekuensi trading di UNVR saya memang tidak terlalu banyak. Selain itu, kalau UNVR harganya sudah tinggi dan sulit naik, dibutuhkan waktu agak lama (beberapa minggu) agar sahamnya benar-benar koreksi sampai di harga murah. Pelajari juga: Panduan Menemukan Saham Diskon & Murah Secara Teknikal. 

Itulah pengalaman beli saham UNVR yang pernah saya praktikkan sendiri. Semoga rekan-rekan ada gambaran mengenai pergerakan / fluktuatif saham UNVR untuk trading. 

Nah, kalau UNVR stock split dan harganya jauh lebih murah, maka mungkin polanya beda lagi. UNVR bisa jadi akan jauh lebih fluktuatif daripada harganya yang sekarang. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Waktu yang Dibutuhkan untuk Mendapatkan Keuntungan Saham

Waktu yang Dibutuhkan untuk Mendapatkan Keuntungan Saham

Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan pertanyaan dari salah seorang pembaca web Saham Gain melalui email 401xdssh@gmail.com:

Pak Heze, berapa lama keuntungan yang kita peroleh setelah kita membeli saham? 

Kalau anda yang sudah punya pengalaman main saham, anda pasti tahu jawabannya. Jawabannya RELATIF sekali. Anda tidak akan bisa memastikan kapan harga saham akan naik setelah anda beli. Baik tujuan anda untuk trading saham (jangka pendek) maupun untuk investasi (jangka panjang). 

Bahkan tidak menutup kemungkinan saham yang anda beli harganya justru akan turun. Tapi hal lain yang juga perlu anda ketahui adalah jangka waktu yang dibutuhkan agar anda bisa mendapat keuntungan dari saham semua juga ditentukan oleh prioritas anda dalam trading. Apa maksudnya?

Anda bisa mendapatkan keuntungan dalam 1 bulan, 1 tahun, 3 bulan, 1 minggu, beberapa hari saja, atau bahkan dalam satu hari dan dalam beberapa menit. Sangat mungkin....

Sebagai contoh, seorang scalper mengincar keuntungan dari kenaikan harga saham secara cepat sekitar 5-10% dalam hitungan menit. Seorang intraday umumnya mengincar keuntungan dari saham dari 1-2 hari kerja bursa saja. 

Seorang swing trader mengincar keuntungan dari saham dengan jangka waktu sekitar 1 bulan. Sedangkan seorang investor mengincar keuntungan dari saham untuk jangka panjang (diatas 1 tahun), bukan dalam rentang waktu yang harian. Baca juga: Jenis-jenis Trader di Pasar Saham. 

Seorang trader jangka pendek bisa saja membeli saham yang bagus dan merealisasikan keuntungan ketika sudah mencapai profit 10% dalam 3 hari. Tapi seorang investor yang membeli saham yang sama tidak akan menjual saham ketika sahamnya sudah profit 10% dalam 3 hari. Seorang investor bisa saja menjual saham ketika harganya sudah naik 150% dalam 1-2 tahun mendatang. 

Jadi seberapa lama anda bisa mendapatkan keuntungan di pasar saham semua tergantung dari seberapa lama anda ingin menjual saham setelah anda beli. 

Pada umumnya, semakin mahir anda dalam trading, maka semakin cepat anda bisa mendapatkan profit. Hal ini karena insting dan analisis trading anda jauh lebih baik dan anda jauh lebih menguasai kondisi market. 

Dalam trading anda tidak perlu memaksakan untuk mendapat profit cepat, atau meniru cara main saham para investor ternama. Namun, hal yang paling penting untuk anda perhatikan: Anda harus bisa menentukan sendiri tipikal trading yang cocok untuk diri anda.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham Menggunakan Smartphone atau PC?

Trading Saham Menggunakan Smartphone atau PC?

Saat ini kalau anda daftar untuk membuka akun rekening saham (untuk trading dan investasi saham), di kantor sekuritas manapun pasti akan menyediakan aplikasi trading untuk PC / laptop dan aplikasi trading untuk smartphone. Mengingat maraknya perkembangan smpartphone (hampir semua kalangan pasti menggunakan), maka setiap sekuritas pasti berlomba-lomba untuk menyediakan layanan terbaik untuk itu. 

Memang saat ini banyak trader yang menggunakan smartphone untuk trading saham, karena selain praktis, ukuran smartphone mudah untuk dibawah kemanapun anda pergi. Tapi sepengalaman saya, trading menggunakan smartphone dibadingkan PC 'rasa' dan 'suasana'-nya sangat berbeda. 

Tampilan / ukuran smartphone yang jauh lebih sempit juga berpengaruh terhadap sejauh mana kita bisa leluasa dalam mengamati, menggunakan kombinasi tool analisis, dan membandingkan saham dengan saham2 yang lainnya. Hal ini berbeda jika anda menggunakan PC. Saya juga pernah membahasnya disini: Software dan Perangkat Keras untuk Trading Saham

Di layar PC, kita bisa menggunakan alat-alat analisis dan kita dengan mudah mengomparasi, misalnya satu saham dengan saham lain, atau satu saham dengan sektor saham tersebut. 

Nah, kalau anda membeli dan menjual saham hanya mengikuti saran broker, analis, teman anda, atau anda yang mungkin ikut di grup2 tertentu, maka nggak masalah kalau anda trading cukup menggunakan smarthpone. 

Tapi kalau anda benar-benar SERIUS ingin bisa menganalisis saham sendiri, menentukan trading plan yang baik, dan bisa mengerti bagaimana cara trading yang benar, atau bahkan jika anda ingin menjadi full time trader, rasanya sulit sekali kalau anda hanya mengandalkan smartphone untuk trading saham. 

Jika anda memiliki keinginan kuat agar bisa menjadi seorang expert di dunia saham dan bisa mendapatkan profit konsisten di pasar saham, maka selain analisa, anda harus memiliki tool / perangkat keras yang mendukung untuk melakukan analisa. Setidaknya, anda harus menggunakan laptop untuk membuka aplikasi saham anda. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading Saham Menggunakan Smartphone atau PC?

Trading Saham Menggunakan Smartphone atau PC?

Saat ini kalau anda daftar untuk membuka akun rekening saham (untuk trading dan investasi saham), di kantor sekuritas manapun pasti akan menyediakan aplikasi trading untuk PC / laptop dan aplikasi trading untuk smartphone. Mengingat maraknya perkembangan smpartphone (hampir semua kalangan pasti menggunakan), maka setiap sekuritas pasti berlomba-lomba untuk menyediakan layanan terbaik untuk itu. 

Memang saat ini banyak trader yang menggunakan smartphone untuk trading saham, karena selain praktis, ukuran smartphone mudah untuk dibawah kemanapun anda pergi. Tapi sepengalaman saya, trading menggunakan smartphone dibadingkan PC 'rasa' dan 'suasana'-nya sangat berbeda. 

Tampilan / ukuran smartphone yang jauh lebih sempit juga berpengaruh terhadap sejauh mana kita bisa leluasa dalam mengamati, menggunakan kombinasi tool analisis, dan membandingkan saham dengan saham2 yang lainnya. Hal ini berbeda jika anda menggunakan PC. Saya juga pernah membahasnya disini: Software dan Perangkat Keras untuk Trading Saham

Di layar PC, kita bisa menggunakan alat-alat analisis dan kita dengan mudah mengomparasi, misalnya satu saham dengan saham lain, atau satu saham dengan sektor saham tersebut. 

Nah, kalau anda membeli dan menjual saham hanya mengikuti saran broker, analis, teman anda, atau anda yang mungkin ikut di grup2 tertentu, maka nggak masalah kalau anda trading cukup menggunakan smarthpone. 

Tapi kalau anda benar-benar SERIUS ingin bisa menganalisis saham sendiri, menentukan trading plan yang baik, dan bisa mengerti bagaimana cara trading yang benar, atau bahkan jika anda ingin menjadi full time trader, rasanya sulit sekali kalau anda hanya mengandalkan smartphone untuk trading saham. 

Jika anda memiliki keinginan kuat agar bisa menjadi seorang expert di dunia saham dan bisa mendapatkan profit konsisten di pasar saham, maka selain analisa, anda harus memiliki tool / perangkat keras yang mendukung untuk melakukan analisa. Setidaknya, anda harus menggunakan laptop untuk membuka aplikasi saham anda. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Beberapa kali saya pernah mendapatkan pertanyaan dari rekan-rekan pembaca web Saham Gain ini terkait 'modal trading'. Lebih tepatnya, banyak pertanyaan / request untuk membahas: "Berapa banyak sebenarnya modal awal yang dulu saya pakai buat trading saham?"

Maka dari itu, di pos ini saya akan membagikan sedikit banyak pengalaman saya tentang modal awal trading yang saya gunakan. Inilah modal awal trading saya:

Pertama kali trading, saya hanya menggunakan modal Rp1 juta. Anda mungkin bertanya-tanya lagi dengan penasaran: 

Kenapa Rp1 juta? Kenapa nggak sekalian Rp50 juta?
Kenapa kok pakai modal kecil apa profitnya terasa? 
Gimana caranya beli saham kalau modalnya cuma Rp1 juta? 
Beli satu satu saham atau diversifikasi?

Saya menggunakan modal awal Rp1 juta karena dua pertimbangan. Pertama kali trading saya memang nggak punya modal besar. Saya hanya punya duit nganggur Rp2 juta. Tapi saya putuskan untuk masukkan Rp1 juta dulu di saham. 

Boleh dikatakan saya benar2 memulai dari nol. Cuma punya modal apa adanya, belajar dari banyak sumber, berhati-hati memilih saham dan berusaha mengembangkan analisa yang lebih baik. 

Kedua, sebelum trading saham, saya sudah banyak membaca kisah2 trader pemula yang mengalami kerugian besar karena nekad memasukkan modal Rp50 juta, Rp100 juta. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk memulai bertahap.

Jadi andaikata saat itu pun saya punya duit Rp100 juta, saya juga nggak akan berani langsung masukkan uang sebesar itu buat trading. 

Seiring berjalannya waktu, saat saya sudah mulai bisa untung, memilih saham yang cocok, yang bagus untuk trading, sudah bisa meminimalkan kerugian, saya mulai menambah modal hingga menjadi Rp2-3 juta. 

Anda bisa baca juga pengalaman2 trading pribadi yang saya ulas disini: Pengalaman Trading Saham:  Berapa Lama Trader Bisa Dapat Profit Konsisten? 

Pelajari juga praktik2, manajemen dan strategi trading saham disini: Ebook Belajar Saham Anda bisa mendapatkan praktik2 langsung analisa teknikal, diversifikasi saham yang benar, cara2 memilih analisa teknikal saham yang bagus, dan manajemen modal yang baik.  

Terkait strategi membeli saham, saya melakukan strategi diversifikasi, yaitu membeli 2 saham, maksimal 3 saham. Memang kalau trading pakai modal Rp1 juta, saya nggak bisa membeli saham terlalu banyak, dan diversifikasi juga terbatas. 

Tapi kalau anda nggak trading di era sekarang, maka dengan modal Rp1 juta anda harusnya bisa memiliki pilihan saham yang lebih banyak, karena sekarang 1 lot sudah menjadi 100 lembar (dulu masih 500 lembar), sehingga sekarang harganya sudah jauh lebih terjangkau. Baca juga: Daftar Saham Bagus Harga Murah. 

Dulu sebagai pemula, saya merasakan manfaat2 yang luar biasa dengan menggunakan modal awal trading sekecil mungkin. Manfaat pribadi yang saya rasakan adalah:
  • Psikologis jauh lebih tenang
  • Kalau saya cut loss, kerugiannya sangat kecil (karena pakai sedikit modal)
  • Tidak kaget menghadapi market (karena nggak ngotot pakai modal jumbo)
  • Bisa lebih fokus menganalisa saham, dan tidak terlalu orienstasi profit
Dari sinilah (modal kecil), justru akhirnya saya bisa mengembangkan modal lebih besar, karena sebagai pemula (waktu itu) psikologis lebih tenang, saya bisa lebih fokus menganalisa. 



Jadi saran saya, buat anda yang masih pemula (pertama kali terjun di dunia trading), pakailah modal sekecil mungkin. Meskipun anda mungkin punya duit gede, tapi jangan nekad memasukkan modal besar, apalagi kalau anda belum memiliki pengalaman trading. 

Supaya seperti yang saya tuliskan di poin2 tadi, selain psikologis lebih tenang, dengan modal kecil, nominal cut loss anda juga cenderung lebih sedikit. 

Banyak pemula yang ingin memulai dengan modal puluhan juta, karena mendegar anjuran2 dan persepsi2: 

"Kalau modal cuma Rp1 juta, kapan untungnya?"
"Kalau mau untung besar di saham, modalnya harus besar. Modal Rp1 juta nggak akan terasa untungnya" 

Inilah yang menjadi penyebab trader pemula rugi besar di saham, karena trader yang belum punya bekal pengalaman langsung nekad, dan hanya ingin orientasi ke profit besar dalam waktu singkat. 

Padahal seorang pemula targetnya bukan untung besar, tapi belajar dulu. Terutama: Belajar agar anda bisa meminimalkan kerugian. Baca juga ulasan saya disini: Target Trading Saham untuk Pemula.

Kalau anda bisa membangun trading anda step by step, anda akan menerima manfaatnya dalam jangka panjang, karena pondasi-pondasi trading dan analisa anda sudah terbentuk dengan baik.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Berapa Modal Awal Trading Saya?

Beberapa kali saya pernah mendapatkan pertanyaan dari rekan-rekan pembaca web Saham Gain ini terkait 'modal trading'. Lebih tepatnya, banyak pertanyaan / request untuk membahas: "Berapa banyak sebenarnya modal awal yang dulu saya pakai buat trading saham?"

Maka dari itu, di pos ini saya akan membagikan sedikit banyak pengalaman saya tentang modal awal trading yang saya gunakan. Inilah modal awal trading saya:

Pertama kali trading, saya hanya menggunakan modal Rp1 juta. Anda mungkin bertanya-tanya lagi dengan penasaran: 

Kenapa Rp1 juta? Kenapa nggak sekalian Rp50 juta?
Kenapa kok pakai modal kecil apa profitnya terasa? 
Gimana caranya beli saham kalau modalnya cuma Rp1 juta? 
Beli satu satu saham atau diversifikasi?

Saya menggunakan modal awal Rp1 juta karena dua pertimbangan. Pertama kali trading saya memang nggak punya modal besar. Saya hanya punya duit nganggur Rp2 juta. Tapi saya putuskan untuk masukkan Rp1 juta dulu di saham. 

Boleh dikatakan saya benar2 memulai dari nol. Cuma punya modal apa adanya, belajar dari banyak sumber, berhati-hati memilih saham dan berusaha mengembangkan analisa yang lebih baik. 

Kedua, sebelum trading saham, saya sudah banyak membaca kisah2 trader pemula yang mengalami kerugian besar karena nekad memasukkan modal Rp50 juta, Rp100 juta. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk memulai bertahap.

Jadi andaikata saat itu pun saya punya duit Rp100 juta, saya juga nggak akan berani langsung masukkan uang sebesar itu buat trading. 

Seiring berjalannya waktu, saat saya sudah mulai bisa untung, memilih saham yang cocok, yang bagus untuk trading, sudah bisa meminimalkan kerugian, saya mulai menambah modal hingga menjadi Rp2-3 juta. 

Anda bisa baca juga pengalaman2 trading pribadi yang saya ulas disini: Pengalaman Trading Saham:  Berapa Lama Trader Bisa Dapat Profit Konsisten? 

Pelajari juga praktik2, manajemen dan strategi trading saham disini: Ebook Belajar Saham Anda bisa mendapatkan praktik2 langsung analisa teknikal, diversifikasi saham yang benar, cara2 memilih analisa teknikal saham yang bagus, dan manajemen modal yang baik.  

Terkait strategi membeli saham, saya melakukan strategi diversifikasi, yaitu membeli 2 saham, maksimal 3 saham. Memang kalau trading pakai modal Rp1 juta, saya nggak bisa membeli saham terlalu banyak, dan diversifikasi juga terbatas. 

Tapi kalau anda nggak trading di era sekarang, maka dengan modal Rp1 juta anda harusnya bisa memiliki pilihan saham yang lebih banyak, karena sekarang 1 lot sudah menjadi 100 lembar (dulu masih 500 lembar), sehingga sekarang harganya sudah jauh lebih terjangkau. Baca juga: Daftar Saham Bagus Harga Murah. 

Dulu sebagai pemula, saya merasakan manfaat2 yang luar biasa dengan menggunakan modal awal trading sekecil mungkin. Manfaat pribadi yang saya rasakan adalah:
  • Psikologis jauh lebih tenang
  • Kalau saya cut loss, kerugiannya sangat kecil (karena pakai sedikit modal)
  • Tidak kaget menghadapi market (karena nggak ngotot pakai modal jumbo)
  • Bisa lebih fokus menganalisa saham, dan tidak terlalu orienstasi profit
Dari sinilah (modal kecil), justru akhirnya saya bisa mengembangkan modal lebih besar, karena sebagai pemula (waktu itu) psikologis lebih tenang, saya bisa lebih fokus menganalisa. 



Jadi saran saya, buat anda yang masih pemula (pertama kali terjun di dunia trading), pakailah modal sekecil mungkin. Meskipun anda mungkin punya duit gede, tapi jangan nekad memasukkan modal besar, apalagi kalau anda belum memiliki pengalaman trading. 

Supaya seperti yang saya tuliskan di poin2 tadi, selain psikologis lebih tenang, dengan modal kecil, nominal cut loss anda juga cenderung lebih sedikit. 

Banyak pemula yang ingin memulai dengan modal puluhan juta, karena mendegar anjuran2 dan persepsi2: 

"Kalau modal cuma Rp1 juta, kapan untungnya?"
"Kalau mau untung besar di saham, modalnya harus besar. Modal Rp1 juta nggak akan terasa untungnya" 

Inilah yang menjadi penyebab trader pemula rugi besar di saham, karena trader yang belum punya bekal pengalaman langsung nekad, dan hanya ingin orientasi ke profit besar dalam waktu singkat. 

Padahal seorang pemula targetnya bukan untung besar, tapi belajar dulu. Terutama: Belajar agar anda bisa meminimalkan kerugian. Baca juga ulasan saya disini: Target Trading Saham untuk Pemula.

Kalau anda bisa membangun trading anda step by step, anda akan menerima manfaatnya dalam jangka panjang, karena pondasi-pondasi trading dan analisa anda sudah terbentuk dengan baik.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.