Menjadi Full Time Trader Part II

Menjadi Full Time Trader Part II

Beberapa bulan lalu saya pernah ngepos tulisan: Menjadi Full Time Trader Part I. Sebenarnya, saya tidak berencana membuat tulisan Part II untuk full time trader. Namun, banyak pengalaman yang mengingatkan saya tentang profesi ini, membuat saya ingin melanjutkan tulisan karya saya tentang full time trader. 

Sudah agak lama, saya pernah bercerita kepada salah seorang teman saya: "Saya ingin sekali menjadi full time trader. Dimana saya trading saham di rumah dan melakukan analisis secara independen"


Mendengar pernyataan saya tersebut, teman saya menjawab sambil senyum2 nggak enak: "Investasi saham nggak ngapa-ngapain donk".

Apa yang bisa disimpulkan dari percapakan diatas, khususnya mengenai profesi full time trader? Ada beberapa poin:

- Full time trader adalah profesi yang aneh bagi kebanyakan masyarakat Indonesia.
- Full time trader masih banyak belum dianggap sebagai profesi.
- Full time trader adalah "profesi" pengangguran.
- Full time trading nggak perlu ngapa-ngapain. 

Mendengar cerita rekan2 yang juga full time trader, saya juga mengalami hal yang sama. Kalau Anda menjadi full time trader, siap2 saja lingkungan Anda (walaupun tidak selalu), akan selalu mengejek profesi yang Anda tekuni. 

Kalau di pos pertama: Menjadi Full Time Trader Part I saya menyatakan syarat2 yang harus Anda penuhi kalau memang Anda ingin menjadi full time trader. Katakanlah, seluruh syarat2 tersebut sudah Anda penuhi, kemudian Anda sudah siap. Sekarang masalahnya, apakah lingkungan Anda, mungkin keluarga, teman2 Anda bisa menerima profesi tersebut?Apalagi profesi trading adalah profesi yang masih awam, dianggap judi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.

Di satu sisi, mindset dan psikologi masyarakat Indonesia tidak terbiasa melihat pekerjaan pemain saham full time. Masyarakat Indonesia setiap hari dihadapkan pada kondisi dimana bekerja adalah 8 jam sehari, mulai pagi hingga sore, mulai hari senin-jumat atau senin-sabtu dan harus bergulat dengan kemacetan lalu lintas. Mindset inilah yang sudah terbentuk dalam benak masyarakat Indonesia, sehingga kalau Anda bekerja mendapatkan uang di depan komputer di rumah Anda sendiri, dan "hanya" klik tombol Buy dan Sell, rasanya aneh sekali. Apakah Anda sebagai trader, merasa layak mendapatkan uang dengan cara trading? 

Mari kita simak....

SELUK BELUK MENJADI TRADER

Saya ingin menekankan kepada Anda, bahwa profesi trading bukanlah profesi yang semudah dan senganggur yang Anda bayangkan. Kalau Anda mau memutuskan menjadi pemain saham full time, Anda mau nggak mau harus duduk tekun di kantor Anda di rumah, untuk menganalisis saham2 yang bagus. Bahkan waktu market tutup, Anda harus menyeleksi saham2 untuk dibeli besok. Anda harus terus-menerus memantau, mengamati berita2 untuk memutuskan IHSG bergerak ke arah mana, untuk memutuskan sektor2 saham mana yang layak untuk Anda tradingkan. Anda bahkan harus bisa memutuskan apakah Anda hari itu perlu trading atau tidak. 

Pada saat di depan monitor - membeli dan menjual saham, disebut dengan eksekusi, Anda harus bisa ambil keputusan cepat. Anda harus mampu mengambil keputusan beli, jual. Anda harus mampu mengambil keputusan cepat dan tepat untuk take profit, untuk cut loss demi melindungi modal Anda. 

Anda akan dihadapkan pada keputusan yang akan membingungkan Anda, apakah harus menjual atau menahan saham yang Anda miliki. Saat prediksi Anda salah, Anda harus membuat keputusan yang tepat. Saat prediksi Anda benar, Anda tidak boleh terbawa euforia pasar. 

Anda harus terus meng-update analisis Anda kalau Anda ingin dapat uang dari trading. Kalau boleh saya samakan, profesi full time trader sebenarnya sama saja dengan profesi seorang broker atau analis saham. Seorang broker harus terus meng-update informasi2 pasar. Harus memiliki informasi saham2 yang bagus untuk dibeli dari para analis berpengalaman di kantor sekuritas-nya. Demikian juga dengan seorang full time trader. So, menjadi seorang trader bukanlah profesi pengangguran.

Hanya saja, yang membedakannya kalau broker bekerja di kantor sekuritas resmi dengan mengenakan pakaian formal dan jam kerja yang sudah ditetapkan, sedangkan full time trader bekerja di rumah, bisa memakai kaos oblongan dan celana pendek. Pemain saham full time punya waktu yang lebih fleksibel karena tidak terlalu terikat oleh waktu. 

Yang jadi permasalahan, memang banyak dari masyarakat Indonesia, khsusunya masyarakat yang masih awam dengan keberadaan pasar modal, memiliki mindset yang tertanam kuat bahwa kerja harus 8 jam sehari. Sedangkan profesi full time trader tidak mengharuskan Anda untuk bekerja dengan aturan demikian. Profesi ini justru memberikan waktu yang lebih fleksibel kepada Anda.

Melalui pos ini sebenarnya secara tidak langsung saya ingin "mempromosikan" profesi full time trader. Supaya Anda jangan beranggapan yang salah terhadap profesi ini. Seperti yang saya paparkan di pos pertama, bahwa profesi ini adalah profesi yang menjanjikan. APa yang saya paparkan mengenai seluk beluk menjadi trader, setidaknya memberikan gambaran kepada Anda bahwa full time trader adalah sebuah pekerjaan. Anda bisa mempertimbangkannya jika ingin menjadi pemain saham. 

Satu lagi, bagi rekan2 yang memiliki profesi sebagai full time trader, atau pengalaman rekan2 mengenai keberhasilan dan pengalaman2 di dunia trading saham, rekan2 bisa share pengalamannya. Silahkan kirimkan pengalaman Anda ke email: 401xdssh@gmail.com. Bagi rekan2 yang mengirim ke email saya, pengalaman rekan2 akan saya tampilkan di pos di website ini.. 



Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Menjadi Full Time Trader Part I

Menjadi Full Time Trader Part I

Profesi full time trader (Tujuan: Trading for A Living).... Kedengarannya keren juga ya? Benar. Full time trader  dalam benak kebanyakan orang, termasuk saya (barangkali Anda juga) adalah: 

- Tidak perlu kerja kantoran.
- Kerja cukup di rumah, cuma trading doank, waktu fleksibel.
- Kaya.
- Punya banyak waktu luang. 
- Punya modal besar untuk trading saham.
- Bisa liburan sesuka hati.
- Memberikan kebebasan waktu dan tempat.

Tokoh yang saya kagumi: meskipun dia investor, bukan trader adalah Lo Kheng Hong. Beliau hanya hidup dari investasi saham saja dan beliau bisa keluar negeri setahun 2 kali.  Walaupun bukan trader, tapi konteksnya disini adalah FULL TIME. Barangkali kalau beliau istilah pas-nya full time investor. Tapi, itu membuktikan bahwa berdagang saham secara full time, memang bisa memberikan Anda kebebasan, keleluasaan. 

Semua itu memang benar. Itulah pekerjaan dan sukacita dari seorang full time trader. Nah, kalau barangkali dari Anda ada yang punya cita2 jadi full time trader, Anda tentu harus mempersiapkan banyak hal, bukan hanya ilmu, tapi kedisiplinan dan faktor psikologis Anda harus siap. So, kesimpulannya untuk menjadi full time trader seperti poin2 yang saya sebutkan diatas tidaklah mudah.

Kemudian Anda memantapkan diri Anda: "Pak, saya memutuskan untuk menjadi full time trader, langkah saya selanjutnya harus bagaimana?"

OK, kalau Anda sudah memutuskan menjadi full time trader, maka saya anggap Anda sudah pintar. Pintar dalam hal apa? Dalam hal menganalisis kondisi market secara global. 

Seorang full time trader (harusnya) paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see. Contohnya: akhir April tahun 2015 saat pasar saham mulai anjlok dan banyak berita2 buruk mulai bermunculan soal penurunan perekonomian kita, krisis utang Yunani, perlambatan ekonomi China, apa yang harus dilakukan full time trader? Harusnya dia segera keluar dari pasar (jual saham2nya), kemudian wait and see sampai kondisi pasar mulai bullish, dan sentimen buruk mulai reda.

Kalau Anda masuk pasar saat IHSG anjlok tahun 2015 untuk trading harian, maka keputusan Anda SALAH. Kenapa? Karena banyak sekali harga saham yang sudah terdiskon, eh ternyata harganya masih turun besok, dan turun lagi lebih banyak esok harinya. Kalau Anda berpikir hari ini harga saham BBRI sudah terdiskon (murah karena turun terus), lalu Anda beli, kemudian harganya turun terus, saham Anda pasti 'nyantol'. 

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Nah, sekarang kembali ke pertanyaan tadi: "Saya ingin menjadi full time trader". Menjadi full time trader kelihatannya enak, tapi TIDAK SEMUDAH APA YANG ANDA BAYANGKAN. Ada banyak yang harus Anda pertimbangkan.

Pertama. Bekal ilmu analisis teknikal. Itu pasti. Saya rasa sudah jelas.  Kalau mau jadi trader, ya Anda harus punya kemampuan trading yang baik. Bukan hanya kemampuan analisis saham spesifik, tapi Anda harus bisa analisis kondisi pasar secara global, termasuk sentimen2 yang berpengaruh kuat terhadap IHSG. Seperti yang saya paparkan tadi, Anda harus paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see.

Jam terbang sangat mempengaruhi kemampuan Anda untuk menjadi full time trader. Saran saya, kalau mau jadi full time trader, pengalaman Anda trading di pasar modal harus diatas 5 tahun. Supaya Anda punya kesempatan mempelajari kondisi pasar dalam berbagai situasi.

Kedua.  Full time trader membutuhkan dana besar. Menjadi full time trader artinya Anda harus siap modal besar, karena full time trader penghasilan utamanya dari trading itu sendiri, sehingga kalau modal Rp10.000.000 atau Rp25.000.000 mungkin terlalu kecil. Full time trader, saran saya modal minimal adalah Rp100.000.000. Ingat, semakin besar modal, return semakin besar. Jika Anda ingin mendapat penghasilan lebih dari Rp5.000.000 sebulan, maka saran saya Anda masukkan dana lebih dari Rp100.000.000.

Kalau Anda memutuskan akan terjun sebagai full time trader, maka Anda harus menghitung berapa kebutuhan Anda dalam sebulan dan tingkat keuntungan yang bisa Anda capai dalam sebulan ketika Anda melakukan aktivitas trading sehari-hari. Jadi katakanlah, biaya hidup Anda sebulan adalah 5 juta, dan karena Anda sudah ahli, Anda bisa menghasilkan keuntungan trading sebulan adalah 7%.  Dengan perhtungan tersebut maka Anda harus mengeluarkan dana sebesar Rp71.500.000 (5 juta / 7%).. Tapi, tentu saja Anda nggak mungkin hidup dengan break event point (pendapatan = biaya). Jadi, investasi Rp71.500.000 itu kurang, karena modal sekian hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup Anda saja.

Sedangkan, Anda pasti juga memerlukan biaya darurat, biaya investasi, keperluan2 lainnya. Tentu, Anda harus memasukkan dana lebih dari itu. Apalagi kalau Anda membaca alasan keempat, tentu dana Rp71.500.000 dengan asumsi pengeluaran per bulan Anda 5 juta dan Anda bisa dapat return sebulan 7% sangat dan sangat kurang. Jadi, itulah alasan mengapa Anda harus memasukkan dana minimal Rp100.000.000 jika Anda memutuskan untuk menjadi full time trader dengan tujuan Trading for A Living.

Ketiga. Disiplin eksekusi. Karena modal harus besar, maka Anda harus disiplin melakukan cut loss dan take profit. Jangan sampai Anda tidak disiplin pada aturan cut loss yang Anda tetapkan, saham turun banyak baru Anda cut loss dan ruginya besar sekali, kemudian Anda menangis dan menganggap saham itu judi. Demikian juga, ketika Anda menetapkan take profit di harga sekian, maka Anda juga harus disiplin melakukannya.  

Keempat. Siapkah psikologis Anda, jika tidak ada penghasilan? Perlu Anda ketahui bahwa menjadi full time trader, berarti Anda harus siap2 jika tidak ada penghasilan dalam jangka waktu tertentu? Lho, apa maksudnya?

Maksudnya begini, tadi saya jelaskan dengan contoh IHSG 2015 bahwa Anda harus paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see. Nah, kalau pasar saham kita anjlok, artinya Anda jangan masuk pasar. Kalau pasar saham anjlok seperti tahun 2015, sampai 6 bulan (April - September), apalagi waktu IHSG seperti tahun 2008, maka Anda bahkan harus siap tidak ada penghasilan sama sekali selama waktu 6 bulan tersebut, bahkan bisa lebih dri 6 bulan. Siapkah Anda?

Dalam kondisi market bullish, Anda bisa mendapatkan return puluhan kali lipat dalam satu bulan. Apalagi sebagai full time trader yang (seharusnya) sudah paham betul kondisi saham dan market, memperoleh profit dari dana Rp100.000.000 menjadi Rp500.000.000 dalam sebulan bukan hal yang mustahil. Tapi kalau pasar lagi lesu, Anda bahkan harus siap tidak ada penghasilan dari trading. 

Maka solusinya: Anda harus bijak kelola profit yang Anda dapatkan. Kalau dapat profit banyak dalam kondisi pasar bullish, maka jangan boros. Sisakan dana Anda minimal Rp80.000.000 dari profit Anda untuk motif berjaga-jaga: Apabila pasar sedang lesu, Anda sudah punya simpanan. Kalau dalam kondisi market lesu, jangan tergoda masuk, apalagi untuk ambil saham2 gorengan yang tidak jelas arah pergerakannya. 

Dari pemaparan saya diatas, sudah jelas dan sangat jelas sekali kalau menjadi full time trader atau bahasanya adalah Trading for A Living itu gampang2 susah. Celakanya, banyaaaaak sekali para pemula yang belum apa2, yang ilmunya masih sedikit sudah ngarep dapat penghasilan berlipat ganda dari trading. Bahkan dengan modal yang nggak seberapa besar, banyak pemula yang ngarep dapat penghasilan puluhan kali lipat dalam sebulan. 

Kalau Anda menginginkan menjadi full time trader, Anda harus memenuhi empat aspek tersebut. Bagaimana dengan pemula? Kalau masih pemula jangan menjadi full time trader. Matangkan dahulu analisis Anda dan psikologis Anda, baru menjadi full time trader. 

Dan tentu saja, kalau Anda belum punya semua itu, atau bahkan terlewat satu aspek saja, maka kurungkan niat Anda untuk jadi full time trader dan penuhi dahulu aspek2 tersebut.

Baca pos lanjutan: Menjadi full time trader (Part II)


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Main Saham, Penghasilan Utama atau Tambahan?

Main Saham, Penghasilan Utama atau Tambahan?

Anda dan saya main saham pasti memiliki satu tujuan utama: Mendapatkan profit. Namun pertanyaanya, bisakah profit main saham dijadikan sebagai penghasilan utama? Atau main saham hanyalah digunakan sebagai penghasilan tambahan saja?

Sebenarnya banyak pemain saham yang ingin menjadikan saham sebagai sumber penghasilan utama. Bagi anda pemain saham, jika anda punya pikiran untuk menjadikan saham sebagai penghasilan utama alias trading for a living, ada baiknya anda harus mempertimbangkan baik2 keputusan tersebut. Baca juga: Full Time Trader dan Trading for A Living, Sama atau Beda? 

Dua Keputusan utama kalau anda ingin menjadikan saham sebagai sarana trading for a living adalah pertama anda harus bisa mendapatkan profit konsisten. Kedua, anda harus mampu menghasilkan profit yang mampu mencukupi kebutuhan anda sehari-hari. Baca Juga: Menjadi Full Time Trader - Part IMenjadi Full Time Trader - Part II.  

"Bung Heze, profit yang bisa mencukupi kebutuhan hidup itu yang idealnya berapa banyak?" Tanya anda

Jika anda ingin trading for a living, setidak-tidaknya anda harus mampu profit konsisten selama sebulan. Misalnya anda bisa menghasilkan profit konsisten sebesar 3% sebulan dengan modal 100 juta. 

Artinya, setiap sebulan 'gaji' anda dari trading adalah sebesar Rp3 juta. Apakah uang Rp3 juta bisa cukup untuk kebutuhan anda sehari-hari? Apakah dengan profit Rp3 juta sebulan anda bisa menyisihkan profit anda untuk ditabung? Hanya anda yang bisa menjawabnya.   

Saya terkadang menemukan (walaupun nggak banyak), para pemain saham yang nekad menjadi full time trader, padahal belum mempertimbangkan matang2 keputusan tersebut. Akhirnya, tidak sedikit dari mereka yang justru kesulitan mengelola keuangan dari trading. 

Jadi, kalau memang anda belum bisa konsisten untung dari saham, modal anda masih belum mencukupi dan kalaupun sudah untung konsisten dan modal mencukupi tetapi profit anda belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, maka ada baiknya trading digunakan sebagai penghasilan tambahan. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

5 Keunggulan Profesi Trader Saham

5 Keunggulan Profesi Trader Saham

Trading saham bukan hanya merupakan sumber penghasilan tambahan, akan tetapi trading saham bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan utama. Dengan kata lain, trading saham bisa dijadikan sebagai sebuah profesi.  

Tidak sedikit saya menemukan rekan-rekan yang menjadikan saham sebagai profesi. Saya sendiri juga menjadikan saham sebagai sebuah profesi, bukan hanya sekedar coba-coba. 

Apabila anda sedang menekuni saham, dan anda memiliki keinginan untuk bisa mahir di dunia saham, atau bahkan anda ingin menjadikan saham sebagai sebuah profesi, maka di pos ini saya akan memaparkan 5 keunggulan utama dari profesi trading saham: 

1. Fleksibel

Trading saham memberikan fleksibilitas bagi trader. Artinya, dengan trading saham anda bisa mengatur sendiri jadwal trading, menganalisis saham, termasuk jadwal kapan anda ingin pergi berlibur. Anda bisa bisa menentukan pada saat apa anda berhenti trading. Baca juga: Waktu Terbaik Berhenti (Rest) Trading Saham.

Jika anda memiliki profesi sebagai trader purna waktu, anda tidak perlu terjebak kemacetan, anda juga tidak perlu terikat dengan waktu bekerja. Dengan kelebihan-kelebihan ini, tentu saja anda punya waktu lebih banyak untuk menganalisa saham.  

Dengan kata lain, fleksibilitas dalam trading saham ini memang membuat anda menjadi lebih bebas mengatur waktu. Namun bebas disini bukan berarti bisa malas-malasan. Memang anda bisa lebih fleksibel, tetapi seperti yang sering saya tulis di  beberapa artikel web Sahamgain ini, aktivitas trading memang cukup menguras psikologi dan waktu, karena analisis tidak bisa dilakukan asal-asalan. 

2. Trading membuat anda lebih teratur 

Profesi trading saham tidak bisa dilakukan sembarangan. Trading saham bukan hanya berbicara tentang beli dan jual saham. Jika anda ingin sukses trading, anda harus memiliki trading plan yang benar, psikologis yang baik, dan kesiapan mental. Baca juga: Membangun Mindset Trading yang Benar. 

Nah, jika anda terbisa teratur dengan aktivitas trading anda, kebiasaan-kebiasaan untuk membuat trading plan, dan menyusun portofolio saham dengan rapi pada akhirnya bisa berdampak positif pada hal-hal lainnya (diluar trading, kehidupan anda sehari-hari). 

3. Pengetahuan anda lebih luas 

Trading saham membuat pengetahuan anda jauh lebih banyak. Pengetahuan disini adalah pengetahuan terkait ekonomi mikro maupun ekonomi makro. Anda akan lebih banyak memahami kondisi ekonomi global, termasuk berita-berita emiten. 

Hal ini dikarenakan prediksi-prediksi untuk membaca arah pasar bukan hanya berasal dari analisis teknikal. Namun juga berasal dari kondisi ekonomi dan politik. Percayalah, trading saham akan membuat anda lebih pintar dan pengetahuan anda lebih luas. Baca juga: Kenapa Saya Suka Pasar Modal? 

4. Anda adalah bos

Untuk anda yang menjalankan trading purna waktu, tentu saja anda adalah bos untuk diri anda. Seperti yang saya jelaskan di poin pertama, anda memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi. Anda bisa mengatur waktu kerja anda sendiri, anda mengatur modal anda sendiri dan anda memiliki kebebasan untuk mengelola saham-saham anda sendiri hingga menghasilkan profit. 

Baca juga: Menjadi Full Time Trader - Part I dan Menjadi Full Time Trader - Part II. 

5. Tidak butuh banyak peralatan 

Trading saham tidak membutuhkan peralatan yang banyak. Anda hanya membutuhkan komputer (PC), dan koneksi internet yang mendukung untuk bisa terhubung dengan software trading anda. Tentu saja, profesi sebagai trader tidak membutuhkan biaya yang besar. Yang terpenting dalam trading saham adalah ketajaman analisa anda. Baca juga: Software dan Perangkat Keras untuk Trading Saham

Dari keunggulan-keunggulan profesi sebagai trader saham, anda mungkin berpikir: "Wah enak ya trading saham itu. Bisa untung gede, bisa bebas". Memang trading saham bisa memberikan keuntungan besar. 

Daripada anda menyimpan uang anda dan tidak anda gunakan atau bahkan anda gunakan untuk konsumerisme, aset anda akan bertumbuh dengan cepat jika anda mulai menginvestasikan modal anda pada instrumen saham. Saya pernah membahasnya disini: Cerdas Berinvestasi Saham - Investasi Saham untuk Financial Freedom.

Namun, untuk menjadi seorang trader yang jago, tentu saja anda harus mau praktik, dan mencoba. Kesuksesan dalam trading saham tidak bisa diraih hanya dalam satu malam saja.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Full Time Trader Saham, Siapkah Anda?

Full Time Trader Saham, Siapkah Anda?

Belum lama ini, ada seorang trader bertanya ke saya melalui WA: "Saya punya modal Rp 50 juta dan saya ingin full time di saham. Berapa untung maksimum kira2 yang bisa saya dapatkan pak?"

Sudah cukup banyak trader yang menginginkan menjadi full time trader (FTT), padahal trader masih belum punya banyak pengalaman trading. Sehingga, jika anda bertanya ke saya tentang keinginan menjadi FTT, anda harus bertanya pada diri anda sendiri: Apakah anda sendiri sudah siap?

"Tapi Pak Heze, gimana caranya kita bisa tahu kalau kita sudah siap menjadi FTT atau belum?" Tanya anda yang semakin ngotot ingin jadi FTT. 

Jika anda selama ini punya pertanyaan2 tentang menjadi FTT, ada beberapa poin yang harus anda perhatikan, supaya anda bisa menimbang-nimbang keputusan menjadi FTT atau menjadi part time trader terlebih dahulu: 

1. Jumlah modal untuk FTT 

Saya sebenarnya tidak hanya sekali ini mendapat pertanyaan tentang trader yang ingin full time di saham. Rata2 trader yang ingin full time bondo modal Rp50 juta, Rp80 juta bahkan ada yang punya modal Rp25 juta sudah ingin menjadi FTT. 

Nah, kalau anda mau jadi FTT besarnya modal menjadi salah satu faktor terpenting. Sekarang, katakanlah anda punya modal Rp50 juta. Asumsikan anda bisa untung 5% sebulan. Berarti untung anda adalah Rp2,5 juta. 

Pertanyaannya: Apakah untung Rp2,5 juta per bulan sudah bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup anda plus ada sisa yang bisa anda tabung.

Satu hal lagi, untung 5% sebulan itu sudah sangat besar. Anda pemain saham yang berpengalaman, anda pasti mengetahui hal ini. 

Kedua, dalam trading anda tidak mungkin bisa mendapatkan untung dengan range yang konstan. Bulan ini mungkin anda untung anda 5% dari modal. Tapi bulan depan bisa lebih besar. Bulan depan lagi bisa jauh lebih sedikit. 

Hal ini karena di pasar saham, harus anda ketahui juga bahwa ada saat2 di mana market tidak bersahabat untuk trader, market lagi bearish di masa2 tertentu. 

Jadi untuk menjadi FTT, anda harus memiliki modal yang cukup. Seberapa besar modalnya? Saya pernah menuliskannya disini: Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi FTT. 

Kalau anda baca pos tersebut, memang saya tidak bisa menjawab jumlah duit minimal untuk jadi FTT, karena hanya anda yang mengetahui kebutuhan anda. Tapi kalau modal anda cuma Rp50 juta, atau bahkan hanya Rp25 juta, anda harus menimbang-nimbang lagi keputusan anda jadi FTT. 

Karena jika kebutuhan hidup anda cukup tinggi, berarti anda punya tuntutan untuk bisa  mencetak profit dengan persentase besar. Misalnya dengan modal Rp50 juta, biaya kebutuhan hidup anda dan keluarga adalah Rp5 juta, maka anda harus bisa dapat profit 10% per bulan.. 

Tapi kalau modal anda katakanlah Rp500 juta, dan kebutuhan hidup anda dan keluarga Rp5 juta, maka anda 'hanya' perlu mencetak untung 1% per bulan.. Bahkan mungkin anda mungkin bisa mencetak profit lebih besar dari 1% per bulan. Tentu 'tuntutan' anda akan lebih ringan, sehingga beban psikologis lebih kecil.   

Selanjutnya, Anda perlu baca poin kedua, karena poin kedua berkaitan dengan poin pertama...  

2. Apakah anda sudah praktik trading dengan modal anda? 

Kalau anda mau jadi FTT dengan modal katakanlah Rp50 juta, maka sebelum jadi FTT, anda harus uji dahulu berapa profit yang bisa anda dapatkan dalam sebulan. Ujilah minimal selama dua tahun. 

Profit yang anda dapatkan harus bisa memenuhi kebutuhan hidup anda sehari-hari. Kalau ternyata setelah anda trading dengan modal Rp50 juta, keuntungan anda belum bisa mencukupi kebutuhan anda sehari-hari, maka bisa disimpulkan bahwa: 

- Anda harus menambah modal anda (artinya Rp50 masih kurang untuk jadi FTT)
- Anda harus jadi part time trader dulu
- Tingkatkan skill trading anda terlebih dahulu 

Dengan kata lain, sebelum jadi FTT, anda harus coba dulu trading dengan sejumlah modal yang anda rencanakan, untuk anda gunakan ketika anda menjadi FTT nantinya. 

Saya sendiri nggak bisa jawab kalau anda tanya: Berapa potensi keuntungan maksimal kalau jadi FTT dengan modal sekian? 

Kan semua itu tergantung dari trading yang anda lakukan sendiri. Setiap dari anda punya skill yang berbeda-beda. Setiap anda juga punya pengalaman trading yang berbeda. Maka dari itu, sebelum jadi FTT, anda sendirilah yang harus ukur kemampuan anda, supaya anda bisa menyimpulkan: Anda siap jadi FTT sekarang atau tidak?  

Sayangnya, banyak trader yang belum mencoba mempraktikan, tapi sudah keburu mau jadi FTT. Yang lebih parah, banyak yang nekad langsung mau jadi FTT padahal belum menguji kemampuan mendapatkan profit. Tentu hal ini akan sangat berisiko. 

3. Risiko menjadi FTT

Menjadi FTT nggak hanya bicara soal modal. Anda harus paham risiko jadi FTT. Jadi FTT berarti anda meninggalkan pekerjaan utama anda dan sumber penghasilan utama anda sekarang dari trading saham. Anda harus bisa jawab pertanyaan2 ini: 

Siapkah jika di waktu2 tertentu anda tidak mendapat profit? Siapkah jika profit anda naik-turun? Siapkah anda melihat IHSG yang lagi jatuh, di satu sisi anda sudah meninggalkan pekerjaan utama anda? 

Kalau anda belum siap... Jadilah part time trader sampai anda siap.  Jadi selain anda punya modal, anda harus siap dengan risiko. Anda harus siap mental. Dua hal ini harus berjalan berbarengan. 

Kalau mental anda kuat, tapi tidak ada modal sama saja bohong. Sebaliknya, kalau anda punya modal jumbo tapi anda nggak siap mengelola, modal anda bisa habis dalam waktu cepat.  

Kesimpulannya, saya menyarankan pada anda (khususnya yang mau jadi FTT), mengingat banyaknya pertanyaan para trader yang bercita-cita punya profesi FTT, bahkan dengan modal yang sebenernya masih relatih kecil.... Jangan terburu menjadi FTT

Meskipun kedengarannya jadi FTT itu enak.. Nggak perlu kerja kantoran. Nggak perlu dimarahi bos. Nggak perlu kena macet. Bisa kerja santai pakai kaos dan celana pendek. Nggak ada yang ngatur-ngatur. Tetapi... 

FTT membutuhkan modal yang besar, praktik trading yang benar, dan mental yang kuat. Kalau salah satu dari itu belum anda kuasai, apalagi praktik trading anda masih kurang, maka jadilah part time trader dulu.

Jika ternyata anda tetap belum siap jadi FTT, jadi part time trader juga nggak buruk. Semua ada kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tergantung bagaimana anda mengelolanya. Baca juga: Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.