Kesalahan Utama Full Time Trader Saham

Kesalahan Utama Full Time Trader Saham

Di era milenial ini, ada banyak pilihan profesi yang bisa anda jalankan. Yap, salah satu profesi yang cukup menjanjikan adalah profesi TRADER SAHAM. Trading bisa anda jadikan sebagai profesi sampingan (part time), maupun profesi utama (full time trader - FTT). 

Dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengenal trading saham, then semakin banyak pula trader-trader paruh waktu yang ingin menjadi full time trader. Termasuk para pemula, ternyata juga banyak yang bercita-cita menjadi seorang FTT.

Sesuai namanya, FTT berarti anda melakukan aktivitas trading secara penuh. Anda tidak melakukan aktivitas pekerjaan utama seperti pekerjaan kantoran, namun pekerjaan utama anda ya trading saham itu sendiri. 

Seorang FTT mungkin saja punya pekerjaan sampingan. Tetapi, fokus utama pekerjaan FTT tetap pada aktivitas trading. Itu artinya, FTT harus melakukan aktivitas-aktivitas ini selama jam trading berlangsung: 

- Memantau market (pergerakan saham) real time
- Memilih saham-saham yang punya potensi naik untuk keesokan hari / jam trading
- Mendalami dan terus mengasah analisa teknikal
- Memantau tren IHSG 
- Watchlist dan kawal saham-saham tertentu yang menarik perhatian anda
- Menentukan timing dan memutuskan beli dan jual saham dari analisa anda
   
Aktivitas2 ini ibarat job desc seorang FTT. Dalam aktivitas2 FTT ini, dibutuhkan fokus dan konsentrasi anda. Jadi kalau anda ingin bisa menjadi FTT dan mendapatkan profit yang cukup anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan anda, andah harus fokus melakukan hal2 tersebut. 

Walaupun dalam praktikknya, anda nggak harus tiap hari, tiap saat memantau layar. Karena ada saatnya anda juga perlu mengambil liburan dan berhenti sejenak dari trading, namun itulah aktivitas secara umum yang harus anda lakukan sebagai FTT. 

Sayangnya, banyak trader yang belum mampu memahami makna FULL TIME TRADER yang sesungguhnya. Banyak trader yang ingin menjadi FTT, namun tidak fokus untuk mempelajari pergerakan market selama jam trading. 

Banyak trader yang selama jam trading justru "nongkrong" di grup-grup saham yang ramai. Banyak trader yang sibuk membaca berita-berita tentang saham secara komplit dengan harapan mengetahui saham apa yang bakalan naik. Banyak trader yang sibuk mencari-cari saham-saham yang bagus dari "para pakar". 

Akhirnya, waktu yang harusnya anda gunakan untuk menganalisa saham. Waktu yang harusnya anda gunakan untuk mempertajam kemampuan trading, justru terbuang sia-sia karena aktivitas2 yang "kurang bermanfaat", sebenarnya tidak terlalu berhubungan dengan trading saham. 

Sebenarnya kalau anda mau dapat profit di saham secara kontinu, anda harus mengurangi aktivitas2 tersebut, dan anda harus lebih fokus pada trading anda sendiri. 

Aktivitas2 yang "kurang bermanfaat" inilah yang juga menjadi salah satu step penghalang anda untuk menjadi seorang FTT. Mulai sekarang anda harus mengevaluasi diri anda sendiri. 

Pesan saya di pos ini sebenarnya tidak hanya untuk anda yang bercita-cita jadi FTT. Anda yang menjadi trader paruh waktu (dan belum bercita2 menjadi FTT), anda mulai sekarang juga harus fokus pada analisis. Karena seorang trader bisa profit hanya jika mereka mengetahui dan menguasai analisis teknikal untuk praktik. Semuanya itu, harus dimulai dari diri anda sendiri. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi Full Time Trader

Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi Full Time Trader

Saya sering menjumpai pertanyaan beberapa pembaca web Saham Gain tentang full time trader. Beberapa pertanyaan serupa yang sering saya jumpai adalah terkait berapa besarnya modal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang full time trader / trader purna waktu. 

Memang seorang full time trader harus memiliki modal yang cukup besar. Umumnya, modal yang dimiliki full time trader (FTT) cenderung lebih besar ketimbang trader yang menjadikan trading untuk penghasilan tambahan. 

Kalau anda sering baca-baca artikel tentang saham, anda mungkin banyak mendegar saran yang mengatakan bahwa untuk menjadi FTT minimal modal yang dibutuhkan adalah Rp100 juta, Rp500 juta, Rp300 juta., Rp 1 miliar dan lain2 Tapi saya pribadi tidak bisa mengatakan demikian. 

Untuk menjadi full time trader, anda harus memahami rasio kebutuhan / pengeluaran anda dibandingkan dengan berapa persen profit yang bisa anda dapatkan dalam sebulan.  

Jadi langkah pertama untuk menjadi seorang full time trader adalah anda harus bisa memperoleh profit konsisten saat anda menjadi trader paruh waktu. Nah, kalau anda belum bisa dapat profit konsisten, atau setidaknya anda belum tahu bagaimana caranya menekan kerugian, jangan pernah nekad menjadi full time trader. 

Kalau anda sudah bisa mendapat profit konsisten dan profit konsisten tersebut bisa menghidupi anda, dan anda masih bisa menabung setelah dikurangi dengan pengeluaran2 anda, barulah anda bisa menjadi full time trader. 

Jadi dengan asumsi modal Rp100 juta dan anda bisa menghasilkan profit per bulan sebesar 8% alias Rp8 juta per bulan. Pertanyaannya: Apakah dengan penghasilan Rp8 juta per bulan sudah cukup untuk menghidupi anda, dengan asumsi anda tidak memiliki penghasilan lain?

Hanya anda yang bisa menjawabnya, karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Yang perlu anda ingat adalah: Besar kecilnya modal bukanlah ukuran kesuksesan seorang full time trader dalam mendapatkan profit. 

Jadi bukan berarti dengan modal 1 miliar anda pasti lebih menghasilkan profit ketimbang full time trader dengan modal Rp300 juta dan juga sebaliknya. Semakin besar modal yang anda gunakan, semakin besar juga "tanggungan" psikologis. 

So, modal yang dibutuhkan untuk menjadi full time trader, bukanlah modal Rp500 juta, modal Rp1 miliar, modal 2 miliar, tetapi besarnya modal untuk menjadi full time trader harus dimulai dari kemampuan anda untuk mencetak profit konsisten, dan apakah profit yang anda dapatkan bisa menghidupi dan mencukupi kebutuhan anda sehari-hari, termasuk anda bisa menabung dari hasil profit tersebut. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Strategi Trading Terbaik untuk Trading for Living

Strategi Trading Terbaik untuk Trading for Living

Profesi trading saham sepertinya semakin digemari, karena cukup banyak rekan2 trader yang mulai bertanya-tanya tentang trading for living / menjadi full time trader (FTT). Bahkan sudah mulai banyak trader paruh waktu yang beralih menjadi FTT, atau sedang dalam tahap menjadi FTT.  

Saya yakin kalau kedepan pasar saham semakin banyak dikenalkan pada masyarakat, kemungkinan besar akan semakin banyak orang yang ingin menjadikan saham sebagai penghasilan, baik penghasilan tambahan maupun penghasilan utama. 

Pertanyaan yang sering saya terima terkait trading for living adalah: Strategi trading apa yang cook untuk seorang FTT? Apakah trading cepat? Atau trading mingguan? Trading jangka menengah?

Strategi terbaik untuk FTT semuanya harus anda bentuk sejak anda menjadi part time trader. Jadi apakah anda nantinya mau jadi FTT dan mau menerapkan scalping trading.?Atau anda mau menerapkan trading harian (intraday)? 

Anda mau swing trading? Anda mau trading jangka menengah? Semua strategi itu bagus untuk anda, selama anda sudah bisa mengujinya ketika anda belum menjadi FTT. Paham sampai disini? 

Bahkan untuk hidup dari saham pun, anda sebenarnya tidak harus trading. Investasi (jangka panjang) pun bisa membuat anda hidup dari saham. Contohnya? 

Contoh paling dekat di Indonesia ada Lo Kheng Hong (LKH), di mana beliau sudah bisa investasi for living (beliau tidak trading), dengan cara beli saham2 bagus yang valuasinya murah. 

Aritnya nggak ada jawaban yang absolut mengenai strategi trading yang bagus untuk trading for living. Sama ketika anda melakukan analisa di pasar saham. Tidak ada analisa terbaik yang absolut. Semua kembali pada strategi dan riset anda masing2. 

Tapi saran saya, sebaiknya kalau anda mau jadi FTT, anda harus bisa menerapkan strategi trading yang FLEKSIBEL. Apa maksudnya? Fleksibel berarti anda tidak boleh kaku dan terpatok pada satu strategi saja. 

Katakanlah anda selama ini selalu menerapkan swing trading. Nah, strategi anda bisa jadi meleset total ketika market sedang bearish terus... Karena dalam kondisi market yang bearish selama berbulan-bulan, saham yang baru naik sehari-dua hari mungkin akan langsung koreksi lebih banyak. 

Sehingga kalau anda terpaku harus melakukan swing trading... Anda harus bisa jual saham agak lama, mau hold terus karena anda bersikukuh anda biasanya selalu berhasil, maka yang sangat mungkin terjadi saham anda justru nyangkut (padahal mungkin sebelumnya anda sudah profit, tapi anda nggak mau jual). 

Saya juga sering menemukan keinginan trader yang maunya jadi FTT dan cuma scalping trading di saham2 lapis tiga. Ingatlah, cara ini sangat berisiko. Mungkin di satu waktu anda punya kesempatan untuk profit besar.


Tapi hal ini tentu tidak bisa dilakukan setiap saat. Nah, kalau anda terjebak oleh pola main bandar dan anda rugi besar, apakah anda tetap kuat mental? 

Ada kalanya ketika market bearish, anda mungkin harus melakukan buy-sell dalam waktu yang lebih cepat ketimbang biasanya. Tetapi ketika market strong bullish, anda bisa hold saham lebih lama terutama saham2 yang valuasinya sudah murah.  

Ada saham2 yang bisa anda simpan lebih lama dengan swing trading. Namun, ada juga saham2 yang lebih cocok digunakan untuk jangka waktu yang lebih pendek. 

Artinya aalau anda mau trading for living, anda juga harus fleksibel dalam menentukan time frame trading anda, dan tidak terpaku pada satu strategi dan satu jangka waktu. 

Dengan kata lain, untuk trading for living ada satu hal lagi yang harus anda siapkan: Pandai membaca momen. Hal inilah yang menentukan apakah anda bisa fleksibel dalam trading atau tidak. 

Sekali lagi saya tekankan, strategi trading apapun baik untuk anda yang mau jadi FTT. Saya pribadi tidak bisa menjawab mana yang paling bagus dan paling absolut untuk itu. Strategi2 trading yang anda gunakan hendaknya 'saling melengkapi'. Dengan cara inilah anda bisa mendapatkan profit di pasar saham.  

Hal terakhir yang mau saya tekankan pada anda, faktanya memang banyak trader yang ingin buru-buru jadi FTT, karena dalam bayangan seorang trader FTT itu enak, nggak harus kerja kantoran, bisa kerja dari rumah, duit lebih banyak dan lain2. 

Atas dasar inilah, kemudian banyak trader yang bertanya pada saya tentang strategi untuk jadi FTT. Untuk menjadi FTT, ada banyak hal yang harus anda siapkan, bukan hanya apa yang saya sebutkan diatas tadi. 

Modal anda, kemampuan anda dapat profit, mental anda harus siap semua. Jangan sampai anda mau jadi FTT hanya karena kelihatannya enak atau karena ajakan orang lain atau iming2 profit besar terus dari saham. Atau hanya karena anda baru bisa profit sedikit anda langsung memutuskan untuk jadi FTT.

Bukan seperti itu cara untuk menjadi FTT. Anda harus praktik sendiri. Selain itu, menjadi FTT juga bukan suatu keharusan / kewajiban. Jadilah FTT kalau MODAL, KEMAMPUAN, MENTAL, PROFIT anda sudah siap dan mencukupi. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan

Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan

Beberapa waktu lalu, saya pernah menulis tentang keputusan untuk resign dari kantor dan menjadi seorang full time trader (FTT). Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Resign dari Kantor, Jadi Full Time Trader. 

Intinya, jika anda ingin menjadi seorang FTT, anda harus memiliki pertimbangan2 yang matang. Jika anda belum tahu seluk beluk menjadi FTT, anda tidak disarankan untuk meninggalkan pekerjaan utama anda. Anda harus mencoba menjalani trading, barulah anda bisa menyimpulkan, apakah anda cocok menjadi seorang FTT atau lebih baik menjadi part time trader saja. 

Dari tulisan saya tentang FTT tersebut, kemudian ada salah seorang rekan trader yang bertanya pada saya: 

"Pak Heze, kalau seumpama saya tidak menjadi FTT dan tetap menjadi part time trader, apakah persiapan yang saya lakukan sebagai part time trader harus sama dengan persiapan FTT?"

FTT dengan part time trader memang memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan pertama, pada peralatan / perangkat. FTT membutuhkan peralatan yang lebih komplit daripada part time trader. 

Setidaknya, FTT membutuhkan minimal PC untuk memantau saham sehari-hari, karena FTT trading untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidup, maka tidak saya sarankan untuk menggunakan perangkat ala kadarnya. Namun jika anda "hanya" sekedar part time trader, anda trading menggunakan laptop atau smartphone tidak masalah. 

Kedua, modal. FTT membutuhkan modal yang cukup besar, dibandingkan part time. Saya harus akui, kalau anda menjadi FTT hanya dengan modal Rp10 juta, Rp20 juta, maka itu masih sangat jauh dari cukup. 

Sebaliknya jika anda part time trader, anda trading dengan modal Rp1 juta pun tidak masalah. Itu artinya, persiapan modal anda untuk menjadi FTT harus lebih kuat daripada part time trader. 

Namun baik part time maupun FTT, anda butuh SKILL trading yang bisa membuat anda mencetak profit. 

Tanpa adanya skill trading yang baik, anda tidak akan bisa mencetak profit di pasar saham. Oleh karena itu, walaupun mungkin waktu yang dibutuhkan untuk analisa saham seorang FTT lebih banyak daripada part time trader, anda tetap harus meluangkan waktu untuk melakukan analisa teknikal. 

Mengasah skill trading, artinya anda harus bisa mempraktikkan strategi yang tepat untuk membeli saham, dan menjual saham, memilih saham yang bagus untuk trading, termasuk memahami praktik psikologis trading yang baik. 

Anda bisa mendapatkan praktik lengkap tentang strategi2 untuk mendapatkan profit di pasar saham, anda bisa mendapatkan materinya yang saya update berkala disini: Buku Saham.  

Jadi kesimpulannya, dari segi persiapan teknis, baik persiapan perangkat, waktu yang anda butuhkan untuk analisa, modal, dan lain2 FTT memang harus memiliki kesiapan yang lebih banyak dibandingkan part time trader. 

Namun, semua trader harus bisa melakukan analisa mandiri, dan menemukan sendiri gaya trading yang cocok untuk anda, tanpa memandang anda seorang full atau part time trader. Karena tujuan trading semuanya adalah sama: mendapatkan profit. Jadi, misi anda dalam trading adalah mencetak profit dan memanajemen modal anda dengan baik, jangan sampai modal trading yang sudah anda kumpulkan dari jerih payah anda hilang begitu saja. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Resign dari Kantor, Jadi Full Time Trader

Resign dari Kantor, Jadi Full Time Trader

Menjadi seorang trader saham yang bisa mendapatkan profit besar dan konsisten adalah impian setiap trader. Terutama kalau anda punya kesempatan untuk menghasilkan profit saham dari rumah, anda bisa mendapatkan financial freedom dari investasi saham, dan tidak tergantung pada rutinitas pekerjaan sehari-hari. 

Saya sering mendapat cerita dari rekan-rekan trader yang sudah menjalani trading saham beberapa tahun, atau bahkan trader saham yang baru membuka rekening saham, menyatakan keinginannya untuk resign dari pekerjaan kantor yang saat ini ditekuni dan segera beralih menjadi full time trader (FTT). 

Apakah ini langkah yang tepat? 

Kalau anda sekarang punya pikiran untuk meninggalkan pekerjaan utama dan menjadi FTT, ada baiknya anda memikirkan ulang keputusan anda. Anda harus memahami fakta-fakta tentang profesi FTT. 

Menjadi FTT butuh pengalaman yang banyak. Anda harus memiliki pengalaman untuk menentukan kapan membeli dan menjual di saat yang tepat. Dan untuk melakukan hal tersebut, anda tidak mungkin bisa melakukannya dalam satu malam. Anda butuh terus berproses untuk mengetahui tipe trading apa yang cocok untuk anda, yang bisa menghasilkan profit konsisten untuk diri anda. 

Menjadi FTT butuh modal yang tidak sedikit. FTT berarti anda memilik penghasilan utama dari trading saham. Means, modal yang dibutuhkan untuk FTT (penulis harus jujur), TIDAK SEDIKIT. Kalau anda baru buka rekening saham dan modal anda Rp10 juta, Rp25 juta, maka anda belum bisa untuk menjadi FTT. 

Menjadi FTT butuh psikologis yang baik. Apakah anda siap dengan kondisi market yang drop, sedangkan anda hanya memiliki penghasilan utama dari trading? Faktanya, banyak trader yang sudah mulai panik, mengeluh, takut saat pasar saham koreksi tajam. Seorang FTT harus memiliki psikologis yang baik untuk menghadapi situasi market seperti itu. 

Kalau anda belum memiliki kemampuan tersebut (masih sering mengeluh, panik, takut dan sebagainya), maka jangan tinggalkan pekerjaan utama anda. 

Menjadi FTT harus bisa mendapatkan profit konsisten, tapi di satu sisi harus wait and see. Tantangan utama FTT adalah anda harus bisa dapat profit konsisten. Namun di saat2 tertentu, anda harus punya kemampuan untuk sabar (wait and see). 

Saat masa2 wait and see (entah karena market lagi jelek atau situasi yang kurang mendukung untuk trading), tentu anda tidak akan memiliki penghasilan sementara waktu. Siapkah anda? Hal ini kembali lagi pada faktor psikologis yang matang di pasar saham.    

Sebenarnya masih ada banyak sekali fakta2 tentang FTT yang harus anda ketahui. Sedikit tulisan tentang FTT lainnya bisa anda baca-baca lagi disini: Menjadi Full Time Trader.  

Dari fakta-fakta yang penulis paparkan, artinya, jika anda masih pemula atau anda baru trading beberapa tahun, kecil sekali kemungkinannya anda bisa menjadi FTT dalam waktu singkat. 

Anda yang sudah berpikir untuk menjadi FTT (terutama anda yang belum lama menjalani proses di pasar saham), saya menyarankan pada anda agar anda menjalani terlebih dahulu seluruh proses di pasar saham. 

Lakukanlah analisa2, praktikkanlah sendiri, pelajarilah cara mengelola mindset trading yang benar, dan mulailah dengan modal kecil terlebih dahulu (jangan nekad menggunakan modal besar hanya karena bernafsu menjadi FTT). 

Nah, setelah anda menjalani sendiri trading saham, kalau anda merasa FTT adalah profesi yang cocok untuk anda, anda bisa resign dari pekerjaan kantor anda. Tapi kalau anda merasa trading lebih cocok sebagai pekerjaan sampingan anda, so anda tidak perlu meninggalkan pekerjaan utama anda saat ini.  

Pesan saya, jangan mudah "terinspirasi" dengan kisah-kisah trader yang sukses menghasilkan profit besar, trader yang bisa bekerja dari rumah, investor saham yang sudah bisa financial freedom dari hasil investasinya, atau kisah2 sukses dadakan investor yang kaya karena dapat saham 'jackpot', dan kemudian anda ingin meninggalkan pekerjaan anda untuk mengikuti jejak mereka. 

Anda harus memahami dahulu sejauh mana kemampuan anda (baik kemampuan modal, psikologis, maupun kemampuan mencetak profit konsisten). Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda satu dengan yang lain. Intinya adalah, anda harus FOKUS untuk mengembangkan trading anda terlebih dahulu. 

Anda yang ingin fokus mempelajari strategi2 trading untuk mempersiapkan diri, baik menjadi FTT maupun part time trader, anda bisa mempelajari praktik trading yang penulis terbitkan disini: Belajar Saham dan Praktik Trading. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Full Time Trader dan Trading for A Living, Sama atau Beda?

Full Time Trader dan Trading for A Living, Sama atau Beda?

Dalam dunia pasar modal, Anda pasti sering mendengar istilah full time trader (FTT).  Bagi saya full time trader adalah sebuah profesi yang sangat menjanjikan. Mengenai full time trader, saya pernah membahasnya di pos ini: Menjadi Full Time Trader Part I. Baca juga part II: Menjadi Full Time Trader Part II. 

Kata2 full time trader selalu dikaitkan dengan trading for a living. Nah, sebelum membahas lebih dalam, saya ingin bertanya pada Anda: Apakah istilah keduanya sama atau berbeda? Sebelum para trader salah dan terjebak dengan kedua istilah diatas, ada baiknya saya menjelaskan mengenai kedua istilah tersebut. 

Dari segi arti / makna saja sebenarnya sudah berbeda. Kalau diterjemahkan:

Full time trader = Trader (pedagang) saham purna waktu.
Trading for A Living = Trading untuk (memenuhi kebutuhan) hidup.

Full time trader berarti pekerjaan utamanya adalah trading. Karena pekerjaan utama full time trader adalah trading saham/ forex, artinya seorang full time trader mendapatkan penghasilan utamanya dari trading. Makan, membiayai anak sekolah, menabung, membayar kebutuhan sehari-hari dari hasil trading. Maka, seorang full time trader dapat dikatakan trading for a living.  

Sedangkan trading for a living belum tentu mereka adalah seorang full time trader. Lho kok bisa begitu? Saya jelaskan dengan ilustrasi. Ilustrasi 1:

Andi adalah seorang pekerja kantoran (penghasilan utama dari gaji). Selain bekerja di kantor juga memiliki bisnis sampingan, yaitu trading saham. Modal trading saham Andi adalah 100 juta. Karena Andi sudah pemain saham kawakan, Andi selalu dapat untung 10% per bulan = profit 10 juta per bulan. 

Andi berkeluarga dan biaya kebutuhan hidupnya cukup besar. Penghasilan dari gaji utamanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi, dengan mendapatkan 10 juta per bulan dari trading saham, maka Andi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya lebih dari cukup. 

Dari contoh kasus diatas, dapat dikatakan bahwa Andi trading saham dengan tujuan: Trading for a living. Tetapi, perlu diingat Andi bukanlah seorang full time trader. Bagi Andi, trading hanyalah pekerjaan sampingan, karena Andi tidak melepas pekerjaan utamanya di kantor.

Sekarang saya akan berikan ilustrasi 2:

Si Billy tidak lagi bekerja kantoran, hanya trading di rumah dengan modal besar, dan kebutuhan hidupnya dipenuhi dari trading. Akan tetapi, Billy ini beli saham terus ditinggal melakukan aktivitas lainnya. Karena Billy ternyata juga menjalankan bisnis konveksi dan buka toko. 

Apakah dalam hal ini, Billy bisa dikatakan sebagai full time trader? Tentu saja tidak. Mengapa? Karena Billy tidak trading secara penuh (full). Beli saham, lalu ditinggal (tunggu saja nanti kalau naik), yang penting kerjakan pekerjaan lain dulu: Konveksi dan urusan toko. Tetapi, Billy bisa dikatakan trading for a living, karena ya memang Billy trading untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.     

Yang namanya full time trader, ya harus trading full. Artinya, harus memantau pergerakan saham secara real time, meskipun hanya bekerja di  rumah. Memantau pergerakan saham secara real time means bekerja layaknya seorang broker di kantor sekuritas yang mengikuti jam trading Bursa saham (meskipun trading tidak harus dilakukan setiap hari). Baca juga: Jam Trading Bursa Saham Indonesia. Kalau Anda bekerja memantau saham dan trading di rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup, Anda sudah bisa dibilang sebagai full time trader. 

Saya rasa Anda sudah paham dan bisa menarik kesimpulan: Full time trader dan trading for a living memiliki kesamaan tapi tidak selalu sama (juga terdapat perbedaan). Seorang full time trader menjalankan pekerjaannya dengan tujuan trading for a living. Tetapi, orang yang trading for a living belum tentu profesinya adalah full time trader.   


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pekerjaan Seorang Trader Saham

Pekerjaan Seorang Trader Saham

Trader saham memiliki tugas utama untuk mencari saham2 yang bakalan naik, karena of course anda bisa profit dari trading saham apabila anda membeli saham yang naik. Tapi lebih dari itu, trader saham sebenarnya juga memiliki aktivitas2 tersendiri yang berkaitan dengan saham.

Hal ini karena analisa saham itu tidak bisa dilakukan asal-asalan. Kalau anda ingin profit, anda harus menganalisa dengan benar. Demikian juga dengan investor, investor saham harus terus menganalisa laporan2 keuangan perusahaan, setiap kali perusahaan menerbitkan laporan kuartalan dan laporan tahunan, demi mendapatkan saham2 yang bagus untuk diinvestasikan. 

Banyak rekan2 trader yang bertanya tentang aktivitas apa saja yang sering dilakukan oleh trader saham. Banyak rekan2 yang bertanya bagaimana cara trader bisa menemukan stock pick saham2 yang bagus? Kapan waktu yang bagus untuk trader melakukan analisa saham? Apa saja kegiatan yang sebaiknya dilakukan oleh trader saham agar bisa menghasilkan analisa2 yang baik? 

Kalau anda ingin tahu pekerjaan seorang trader saham sehari-hari, terutama anda yang masih cukup awam di dunia saham dan ingin memahami lebih banyak tentang trading saham, saya akan sharing sedikit tentang aktivitas trader, setidaknya yang sudah saya lakukan rutin sehari-hari: 

1. Melakukan lebih banyak analisa saat jam market tutup 

Saya pribadi justru meluangkan waktu yang sangat banyak untuk menganalisa market ketika market tutup. Terutama di sore-malam hari. Kemudian pagi hari sebelum jam market buka (pukul 09:00). Bahkan saya terkadang meluangkan waktu di ahkir pekan untuk menganalisa / screening saham2 yang akan saya tradingkan di Senin hari.

Saya berpikir bahwa waktu terbaik untuk meluangkan banyak waktu full analisa adalah saat market tutup, karena saat itu posisi candlestick dan grafik sudah tidak berubah-ubah lagi. Screening saham yang dilakukan saat market tutup akan membuat saya lebih fokus, karena saya sudah tidak fokus pada aktivitas trading (beli-jual saham).

Saya juga pernah menuliskan di salah satu pos saya, bahwa jika anda ingin lebih mahir dalam menganalisa saham, anda harus mau berkorban waktu untuk menganalisa. Artinya, jangan hanya menganalisa saham pada saat market buka. Tapi usahakan luangkan waktu free anda untuk terus belajar dan menemukan saham2 pilihan . 

2. Sering memantau market 

Aktivitas seorang trader saham tentu saja adalah memantau market. Namun full time trader mungkin memiliki aktivitas memantau market yang lebih banyak dibandingkan trader paruh waktu. 

Kalau anda trader, anda mau tidak mau harus memantau market. Memantau market berarti anda mengamati grafik, running trade, bid-offer, net buy dan sell pemain besar di suatu saham. Semua ini berguna agar anda bisa memahami pola-pola saham tertentu, dan percayalah kalau anda sering memantau market, anda akan lebih mudah melakukan screening saham. 

Kecuali jika anda investor atau trader jangka menengah (simpan saham diatas 1 bulan), maka anda tidak perlu sering memantau pasar. 

3. Membaca analisa-analisa ekonomi makro 

Trading saham berarti anda bukan hanya perlu tahu analisa saham spesifik. Tetapi anda juga harus bisa melakukan analisa IHSG secara keseluruhan. Nah analisa IHSG salah satunya dipengaruhi juga oleh analisa2 makro, seperti pengumuman laporan kuartalan, isu perang dagang, kondisi bursa luar negeri dan lain2. 

Memang analisa makro bukanlah keputusan utama untuk membeli dan menjual saham. Analisa teknikal tetap merupakan analisa yang harus anda kuasai lebih dalam. Namun, dengan memahami kondisi2 makro, anda setidaknya bisa memutuskan apakah anda akan cenderung wait and see dahulu, atau masuk ke saham2 tertentu dengan modal yang lebih besar. 

4. Harus balance antara bekerja dan berlibur / refreshing 

Aktivitas trading saham, menganalisa, menemukan saham adalah aktivitas yang cukup menguras energi dan memakan waktu. Terutama kalau anda mengorbankan waktu luang untuk analisa, maka tentu rasa jenuh itu pasti akan timbul. 

Maka dari itu, anda harus meluangkan waktu untuk berlibur / refreshing setelah menjalani rangkaian trading saham. Sama dengan pekerjaan2 lainnya. Jika anda terus bekerja tanpa refreshing, maka anda akan stress.

5. Menambah ilmu dari berbagai referensi 

Sehebat apapun anda dalam menganalisis, anda tetap perlu belajar. Oleh karena itu, jangan sungkan untuk terus belajar dan menambah ilmu trading anda. Saya pribadi selalu mencoba mencari hal2 dan analisa baru yang bisa saya terapkan dalam trading. 

Termasuk membaca buku-buku motivasi atau quote yang terkait dengan pasar saham. Hal ini bisa meningkatkan semangat kita untuk menganalisa dan menjalankan aktivitas trading sehari-hari.   

Percayalah pergi berlibur, refreshing dan melupakan trading saham sejenak adalah cara yang bagus untuk mendapatkan profit di pasar saham. Pada saat pikiran anda fresh, jernih, tidak penat, melakukan analisa dan mengambil keputusan trading saham akan lebih bagus. Karena saat pikiran anda sudah jernih dan tenang, anda tidak banyak beban pikiran. 

Itulah lima aktivitas atau pekerjaan utama yang sering dilakukan trader. Setidaknya saya sendiri selalu melakukan hal-hal tersebut. Dari sini mungkin anda kembali bertanya:

"Pak Heze apakah aktivitas seperti ini hanya bisa dilakukan untuk full time trader? Bagaimana kalau saya bukan FTT?"

Tentu saja aktivitas2 ini bukan hanya untuk FTT. Anda yang trader paruh waktu juga bisa melakukan hal ini. Anda hanya perlu membagi waktu anda untuk bekerja dan melakukan analisa saham. 

Jika anda ingin serius menjadi seorang trader saham, ada baiknya anda melakukan langkah2 diatas sebagai bagian dari pekerjaan trader.  Dan lakukanlah dengan ENJOY.. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Profesi Trader Saham: Profit dan Peluang

Profesi Trader Saham: Profit dan Peluang

Sejak adanya program kampanye Yuk Nabung Saham (YNS) yang digagas oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah Rekening Dana Investor (RDI) di pasar saham Indonesia meningkat signifikan dari tahun ke tahun, dibandingkan ketika program YNS ini belum dibentuk. 

Ini artinya, di pasar saham semakin besar kemungkinan trader yang akan menjadikan saham sebagai profesi, baik trader full time maupun trader paruh waktu. Baca juga: 5 Keunggulan Profesi Trader Saham.

Saat saya buka email saya, terkadang saya menemukan pertanyaan dari beberapa rekan tentang keinginannya untuk jadi full time trader saham. Hal ini menunjukkan bahwa trading saham sesungguhnya adalah profesi yang cukup menjanjikan, asalkan anda mau rajin menganalisis, anda siap untuk berproses di pasar saham, trading saham adalah pekerjaan yang menyenangkan. 

Di satu sisi, saya juga banyak mendapat pertanyaan dari rekan-rekan yang masih awam tentang saham: 

"Bung Heze trading itu seperti gimana sih mekanismenya? Kalau saya modalnya cuma Rp1 juta apa bisa saya buka rekening saham? Kalau saya nggak ada background ekonomi apa bisa mengerti tentang trading dan dapat profit besar? Kalau saya sibuk dengan pekerjaan kantoran, apa bisa tetap menjalankan aktivitas trading?"

Dan masih banyak pertanyaan lainnya... Jadi sebenarnya siapa yang bisa / berhak untuk trading saham? Apakah orang berduit? Apakah latar belakang ekonomi lebih memudahkan untuk melakukan analisa saham? Apakah harus konsentrasi 100% di saham baru bisa dikatakan 'seorang trader'?

Jawabannya tidak, tidak dan tidak. 

Trading / investasi saham bisa dilakukan oleh semua kalangan dan latar belakang. Anda seorang karyawan? Anda seorang manajer? Anda seorang direktur, atau bahkan anda seorang pemilik perusahaan? 

Anda punya modal Rp1 juta? Anda punya modal Rp3 juta? Anda punya modal Rp5 juta? Anda punya modal Rp50 juta? Atau bahkan anda punya modal Rp1 miliar? Baca juga: Daftar Kantor Sekuritas Deposit Dibawah Rp5 Juta. 

Anda semua bisa dan punya kesempatan YANG SAMA untuk membeli saham. Anda semua punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan profit di pasar saham. 

Demikian juga jika anda berasal dari latar belakang orang ekonomi, atau mungkin latar belakang anda dari teknik mesin, teknologi informasi, pertanian, dokter, psikologi, sistem informasi, bahasa, desain grafis? Anda semua tetaplah punya kesempatan yang sama untuk menjalankan trading saham. Anda semua punya kesempatan yang sama untuk mendapat profit. 

Jadi inilah perbedaan pasar saham (yang diisi trader dan investor) dengan lapangan pekerjaan lain. Di pasar saham tidak melihat anda berasal dari latar belakang apa, berapa besar modal anda, dan seberapa besar aset anda. 

Untuk bisa mendapat profit di pasar saham, dan agar anda bisa trading saham dengan layak (bisa memprediksi saham dengan benar), yang anda butuhkan sesungguhnya adalah: PENGETAHUAN YANG BAIK tentang saham, PENGALAMAN dan PRAKTIK. 

Dan semua itu bisa dipelajari oleh siapapun. Jaminan anda memperoleh profit di pasar saham jika anda mengetahui apa tipikal trading anda. 

Semoga pos ini bisa membuka wawasan rekan-rekan tentang trading saham... Salam profit.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Sukses Main Saham, Apa Ukurannya?

Sukses Main Saham, Apa Ukurannya?

Di sela-sela menjalankan aktivitas trading sehari-hari, saya sering sekali mendapat pertanyaan dari rekan-rekan: 

Pak Heze, gimana sih caranya sukses main saham?

Kita bisa dikatakan sukses main saham kalau bisa dapat profit berapa persen per bulan? 

Mungkin anda yang baru membaca web Saham Gain ini atau selama ini menjadi silent reader sebenarnya juga memiliki pertanyaan yang serupa. Jujur saja, pertanyaan ini sebenarnya sulit bagi saya untuk menjawabnya. Lho kok begitu?

Ikuran sukses main saham jawabannya itu sangat relatif. Sukses main saham itu kan tergantung dari modal, pengalaman, dan tujuan anda trading. Apakah profit tersebut bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari (untuk yang trading for a living), apakah uang hasil trading bisa digunakan untuk membantu orang tua, apakah uang hasil trading bisa digunakan untuk hal-hal yang lain?

Ukuran itu tidak akan sama untuk setiap orang. Misalnya anda trading hanya dengan modal Rp1 juta. Dalam satu bulan anda bisa mendapatkan return 50%, yaitu sebesar Rp500 ribu. Return 50% per bulan itu cukup besar. Bahkan kalau untuk ukuran pemula 50% per bulan itu sudah hebat sekali. 

Di satu sisi, kalau anda trading dengan modal Rp10 juta dan mendapatkan return Rp500 ribu per bulan, apakah hal itu bisa dikatakan sukses dalam meraih profit? Hanya anda yang bisa menjawabnya. Dari contoh yang saya paparkan, saya ingin menyampaikan suatu pesan bahwa ukuran sukses main saham tidak bisa disamakan antara satu orang dengan orang lain. 

Tapi untuk memberikan sedikit pencerahan kepada anda (berdasarkan pengalaman saya main saham), sebenarnya ada beberapa ukuran anda bisa dikatakan sukses main saham.  Sebenarnya hanya ada 2 ukuran yang bisa mengatakan anda sukses main saham

1. Anda bisa profit KONSISTEN dan mengalami PENINGKATAN SECARA KONSISTEN

Profit besar bukan berarti anda sukses, kalau ternyata di bulan berikutnya anda rugi lebih besar lagi. Ukuran sukses main saham adalah kalau anda bisa profit konsisten. Misalnya, setiap bulan anda bisa profit 10% per bulan. Itu berarti anda sudah menemukan ritme permainan yang benar, bisa mengontrol emosi, bisa mengelola psikologis. 

Dalam hal ini anda bisa dikatakan sukses, karena tidak banyak pemain saham yang bisa mengelola emosi trading yang benar walaupun memiliki segudang analisis teknikal yang canggih.  

Selain profit konsisten, anda dikatakan sukses main saham jika profit anda bisa meningkat secara konsisten pula seiring dengan bertambahnya modal dan skill anda. Misalnya, anda bisa profit konsisten sebesar 10% setiap bulan dengan modal Rp100 juta. 

Maka, ketika modal anda bertambah menjadi Rp180 juta, seharusnya profit anda juga bisa mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan kalau anda sudah memiliki manajamen modal dan psikologis trading yang baik.

2. Tujuan trading anda tercapai 

Tujuan trading adalah untuk mendapat profit. Tapi ada tujuan yang lebih spesifik lagi: Anda mau trading for a living, trading untuk membiayai kuliah S3, trading untuk penghasilan tambahan per bulan, trading supaya bisa jalan-jalan ke luar negeri, dan tujuan-tujuan lainnya 

Anda dikatakan sukses main saham jika anda bisa mencapai tujuan trading anda. Saya kasih contoh, misalnya anda trading dengan tujuan trading for a living. Maka ketika hasil trading anda cukup digunakan untuk menghidupi anda dan keluarga, maka anda dapat dikatakan sukses main saham.

So, itulah dua ukuran utama untuk menentukan apakah anda sukses main saham atau belum. Nah, kini coba anda jawab pertanyaan saya: Apakah anda sudah berhasil mencapai kedua poin tersebut? Kalau sudah, berarti anda sukses main saham. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Catatan Trading: Meraup Untung dari Saham

Catatan Trading: Meraup Untung dari Saham

Sejak berdirinya web Saham Gain, baru pertama kali ini saya terpikir untuk sharing catatan trading yang sudah saya jalani. Di pos ini saya ingin sharing sedikit mengenai hasil trading sepanjang bulan Mei 2017. Berdasarkan catatan trading saya, di bulan Mei 2017 saya berhasil meraup untung dari saham sebanyak 9,2%. 

Oke, supaya saya tidak dianggap hoax, berikut adalah rincian buy-sell trading saham saya selama bulan Mei 2017. 

(Catatan: Saham PWON dan HRUM pada gambar diatas tercatat saya membeli dan menjual beberapa kali di harga yang sama. Saya hanya membeli satu kali. Mungkin kesalahan pencatatan sistem saja yang dicatat lebih dari satu kali)

"Kenapa cuma sharing bulan Mei Pak Heze?" Tanya anda penasaran

Profit sebesar 9,2% per bulan dari saham untuk ukuran pemain saham sudah lumayan besar, tetapi bukanlah keuntungan yang spektakuler. Pada bulan-bulan sebelumya, masih bisa mendapatkan return yang lebih tinggi dibandingkan 9,2%. Saya pun yakin anda pasti bisa mencetak return lebih besar. 

Tetapi kenapa saya justru sharing bulan Mei? Pertama, di bulan Mei 2017 ini frekuensi trading saya cukup minim, dan bulan Mei bersih dari cut loss. Bulan Mei banyak waktu yang saya gunakan untuk update ebook dan launching ebook baru. 

Kedua, bulan Mei sering dikaitkan dengan fenomena sell in may and go away. Anda bisa baca-baca lagi artikelnya disini: Sell in May and Go Away di Pasar Saham: Fakta atau Mitos? Ketiga, saya nggak trading saham gorengan sama sekali.  

Kalau anda lihat transaksi saya diatas, saya hanya trading di saham PGAS, PWON, HRUM, INDY, ANTM. Saya hanya trading sampai tanggal 19 Mei. Selanjutnya, saya sudah off. Tapi keputusan trading yang saya ambil ini bukan asal mengambil keputusan. Saya off bukan karena malas trading. 

Saya hanya trading di 5 saham. Saya mencari saham2 yang sudah diskon yang memiliki potensi rebound. Dari 5 saham 3 saham diantaranya adalah saham2 LQ45. Kelima saham yang saya pilih sudah saya pilih berdasarkan screening dan trading plan yang saya buat, sehingga saya nggak gampang tergiur beli saham2 yang nggak jelas atau ikut2an orang lain

Di satu sisi, karena mengelola modal besar dan juga ada titipan orang tua, maka saya jadi lebih serius mengambil keputusan trading, supaya nggak mudah terjebak. Inilah yang jadi salah satu alasan mengapa saya tidak trading di saham gorengan.

TARGET PROFIT DAN ANALISA MARKET 

Seperti saya jelaskan sebelumnya, saya hanya main saham sampai 19 Mei. Saya mengambil keputusan ini karena target profit saya sudah tercapai dan mencukupi, sehingga selama sisa bulan Mei saya hanya memantau pergerakan market saja, sambil mengincar lagi saham2 diskon untuk bulan depan. 

Selain itu pada analisa market, IHSG yang tiba-tiba naik sebanyak 2,59% pada 18 Mei karena investment grade yang menaikkan saham2 LQ45 setinggi langit, membuat IHSG rawan koreksi. Dan benar saja, kalau anda perhatikan saham2 LQ45 di minggu keempat bulan Mei ini, sudah banyak yang turun lagi. 

Prinsip saya: Daripada nekad beli dan nyangkut alangkah baiknya pegang full cash. Inilah pentingnya mengelola emosi, trading plan, dan manajemen modal dalam trading. Trading plan memang tidak bisa menjamin pasti untung. Tetapi trading plan bisa mengarahkan kita untuk trading sesuai jalur yang benar

Ketika target profit sudah tercapai, maka ya mau nggak mau harus ambil rest time dari trading. Jangan turuti emosi. Maunya trading terus incar untung segede mungkin setiap saat. Kalau saya turuti emosi dan trading terus, bukan tidak mungkin profit yang saya dapatkan 9,2% malah tergerus habis di sisa bulan Mei. 

Sifat dasar manusia adalah manusia tidak akan pernah puas. Profit 9,2% pasti masih dianggap kurang. Profit 20% pun juga pasti masih akan kurang. Oleh karena itu, anda sendiri yang harus bisa kontrol emosi dan keinginan anda. Caranya? Anda harus punya trading plan dan manajemen modal.  

O iya, satu lagi sell on may and go away (seperti yang saya jelaskan sebelumnya) ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap market. Buktinya, di bulan Mei saya masih bisa dapat profit. And the last, baca terus kata-kata yang saya garis bawah. Anda harus menerapkannya dalam trading anda


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Menjadi Full Time Trader Part II

Menjadi Full Time Trader Part II

Beberapa bulan lalu saya pernah ngepos tulisan: Menjadi Full Time Trader Part I. Sebenarnya, saya tidak berencana membuat tulisan Part II untuk full time trader. Namun, banyak pengalaman yang mengingatkan saya tentang profesi ini, membuat saya ingin melanjutkan tulisan karya saya tentang full time trader. 

Sudah agak lama, saya pernah bercerita kepada salah seorang teman saya: "Saya ingin sekali menjadi full time trader. Dimana saya trading saham di rumah dan melakukan analisis secara independen"


Mendengar pernyataan saya tersebut, teman saya menjawab sambil senyum2 nggak enak: "Investasi saham nggak ngapa-ngapain donk".

Apa yang bisa disimpulkan dari percapakan diatas, khususnya mengenai profesi full time trader? Ada beberapa poin:

- Full time trader adalah profesi yang aneh bagi kebanyakan masyarakat Indonesia.
- Full time trader masih banyak belum dianggap sebagai profesi.
- Full time trader adalah "profesi" pengangguran.
- Full time trading nggak perlu ngapa-ngapain. 

Mendengar cerita rekan2 yang juga full time trader, saya juga mengalami hal yang sama. Kalau Anda menjadi full time trader, siap2 saja lingkungan Anda (walaupun tidak selalu), akan selalu mengejek profesi yang Anda tekuni. 

Kalau di pos pertama: Menjadi Full Time Trader Part I saya menyatakan syarat2 yang harus Anda penuhi kalau memang Anda ingin menjadi full time trader. Katakanlah, seluruh syarat2 tersebut sudah Anda penuhi, kemudian Anda sudah siap. Sekarang masalahnya, apakah lingkungan Anda, mungkin keluarga, teman2 Anda bisa menerima profesi tersebut?Apalagi profesi trading adalah profesi yang masih awam, dianggap judi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.

Di satu sisi, mindset dan psikologi masyarakat Indonesia tidak terbiasa melihat pekerjaan pemain saham full time. Masyarakat Indonesia setiap hari dihadapkan pada kondisi dimana bekerja adalah 8 jam sehari, mulai pagi hingga sore, mulai hari senin-jumat atau senin-sabtu dan harus bergulat dengan kemacetan lalu lintas. Mindset inilah yang sudah terbentuk dalam benak masyarakat Indonesia, sehingga kalau Anda bekerja mendapatkan uang di depan komputer di rumah Anda sendiri, dan "hanya" klik tombol Buy dan Sell, rasanya aneh sekali. Apakah Anda sebagai trader, merasa layak mendapatkan uang dengan cara trading? 

Mari kita simak....

SELUK BELUK MENJADI TRADER

Saya ingin menekankan kepada Anda, bahwa profesi trading bukanlah profesi yang semudah dan senganggur yang Anda bayangkan. Kalau Anda mau memutuskan menjadi pemain saham full time, Anda mau nggak mau harus duduk tekun di kantor Anda di rumah, untuk menganalisis saham2 yang bagus. Bahkan waktu market tutup, Anda harus menyeleksi saham2 untuk dibeli besok. Anda harus terus-menerus memantau, mengamati berita2 untuk memutuskan IHSG bergerak ke arah mana, untuk memutuskan sektor2 saham mana yang layak untuk Anda tradingkan. Anda bahkan harus bisa memutuskan apakah Anda hari itu perlu trading atau tidak. 

Pada saat di depan monitor - membeli dan menjual saham, disebut dengan eksekusi, Anda harus bisa ambil keputusan cepat. Anda harus mampu mengambil keputusan beli, jual. Anda harus mampu mengambil keputusan cepat dan tepat untuk take profit, untuk cut loss demi melindungi modal Anda. 

Anda akan dihadapkan pada keputusan yang akan membingungkan Anda, apakah harus menjual atau menahan saham yang Anda miliki. Saat prediksi Anda salah, Anda harus membuat keputusan yang tepat. Saat prediksi Anda benar, Anda tidak boleh terbawa euforia pasar. 

Anda harus terus meng-update analisis Anda kalau Anda ingin dapat uang dari trading. Kalau boleh saya samakan, profesi full time trader sebenarnya sama saja dengan profesi seorang broker atau analis saham. Seorang broker harus terus meng-update informasi2 pasar. Harus memiliki informasi saham2 yang bagus untuk dibeli dari para analis berpengalaman di kantor sekuritas-nya. Demikian juga dengan seorang full time trader. So, menjadi seorang trader bukanlah profesi pengangguran.

Hanya saja, yang membedakannya kalau broker bekerja di kantor sekuritas resmi dengan mengenakan pakaian formal dan jam kerja yang sudah ditetapkan, sedangkan full time trader bekerja di rumah, bisa memakai kaos oblongan dan celana pendek. Pemain saham full time punya waktu yang lebih fleksibel karena tidak terlalu terikat oleh waktu. 

Yang jadi permasalahan, memang banyak dari masyarakat Indonesia, khsusunya masyarakat yang masih awam dengan keberadaan pasar modal, memiliki mindset yang tertanam kuat bahwa kerja harus 8 jam sehari. Sedangkan profesi full time trader tidak mengharuskan Anda untuk bekerja dengan aturan demikian. Profesi ini justru memberikan waktu yang lebih fleksibel kepada Anda.

Melalui pos ini sebenarnya secara tidak langsung saya ingin "mempromosikan" profesi full time trader. Supaya Anda jangan beranggapan yang salah terhadap profesi ini. Seperti yang saya paparkan di pos pertama, bahwa profesi ini adalah profesi yang menjanjikan. APa yang saya paparkan mengenai seluk beluk menjadi trader, setidaknya memberikan gambaran kepada Anda bahwa full time trader adalah sebuah pekerjaan. Anda bisa mempertimbangkannya jika ingin menjadi pemain saham. 

Satu lagi, bagi rekan2 yang memiliki profesi sebagai full time trader, atau pengalaman rekan2 mengenai keberhasilan dan pengalaman2 di dunia trading saham, rekan2 bisa share pengalamannya. Silahkan kirimkan pengalaman Anda ke email: 401xdssh@gmail.com. Bagi rekan2 yang mengirim ke email saya, pengalaman rekan2 akan saya tampilkan di pos di website ini.. 



Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Menjadi Full Time Trader Part I

Menjadi Full Time Trader Part I

Profesi full time trader (Tujuan: Trading for A Living).... Kedengarannya keren juga ya? Benar. Full time trader  dalam benak kebanyakan orang, termasuk saya (barangkali Anda juga) adalah: 

- Tidak perlu kerja kantoran.
- Kerja cukup di rumah, cuma trading doank, waktu fleksibel.
- Kaya.
- Punya banyak waktu luang. 
- Punya modal besar untuk trading saham.
- Bisa liburan sesuka hati.
- Memberikan kebebasan waktu dan tempat.

Tokoh yang saya kagumi: meskipun dia investor, bukan trader adalah Lo Kheng Hong. Beliau hanya hidup dari investasi saham saja dan beliau bisa keluar negeri setahun 2 kali.  Walaupun bukan trader, tapi konteksnya disini adalah FULL TIME. Barangkali kalau beliau istilah pas-nya full time investor. Tapi, itu membuktikan bahwa berdagang saham secara full time, memang bisa memberikan Anda kebebasan, keleluasaan. 

Semua itu memang benar. Itulah pekerjaan dan sukacita dari seorang full time trader. Nah, kalau barangkali dari Anda ada yang punya cita2 jadi full time trader, Anda tentu harus mempersiapkan banyak hal, bukan hanya ilmu, tapi kedisiplinan dan faktor psikologis Anda harus siap. So, kesimpulannya untuk menjadi full time trader seperti poin2 yang saya sebutkan diatas tidaklah mudah.

Kemudian Anda memantapkan diri Anda: "Pak, saya memutuskan untuk menjadi full time trader, langkah saya selanjutnya harus bagaimana?"

OK, kalau Anda sudah memutuskan menjadi full time trader, maka saya anggap Anda sudah pintar. Pintar dalam hal apa? Dalam hal menganalisis kondisi market secara global. 

Seorang full time trader (harusnya) paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see. Contohnya: akhir April tahun 2015 saat pasar saham mulai anjlok dan banyak berita2 buruk mulai bermunculan soal penurunan perekonomian kita, krisis utang Yunani, perlambatan ekonomi China, apa yang harus dilakukan full time trader? Harusnya dia segera keluar dari pasar (jual saham2nya), kemudian wait and see sampai kondisi pasar mulai bullish, dan sentimen buruk mulai reda.

Kalau Anda masuk pasar saat IHSG anjlok tahun 2015 untuk trading harian, maka keputusan Anda SALAH. Kenapa? Karena banyak sekali harga saham yang sudah terdiskon, eh ternyata harganya masih turun besok, dan turun lagi lebih banyak esok harinya. Kalau Anda berpikir hari ini harga saham BBRI sudah terdiskon (murah karena turun terus), lalu Anda beli, kemudian harganya turun terus, saham Anda pasti 'nyantol'. 

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Nah, sekarang kembali ke pertanyaan tadi: "Saya ingin menjadi full time trader". Menjadi full time trader kelihatannya enak, tapi TIDAK SEMUDAH APA YANG ANDA BAYANGKAN. Ada banyak yang harus Anda pertimbangkan.

Pertama. Bekal ilmu analisis teknikal. Itu pasti. Saya rasa sudah jelas.  Kalau mau jadi trader, ya Anda harus punya kemampuan trading yang baik. Bukan hanya kemampuan analisis saham spesifik, tapi Anda harus bisa analisis kondisi pasar secara global, termasuk sentimen2 yang berpengaruh kuat terhadap IHSG. Seperti yang saya paparkan tadi, Anda harus paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see.

Jam terbang sangat mempengaruhi kemampuan Anda untuk menjadi full time trader. Saran saya, kalau mau jadi full time trader, pengalaman Anda trading di pasar modal harus diatas 5 tahun. Supaya Anda punya kesempatan mempelajari kondisi pasar dalam berbagai situasi.

Kedua.  Full time trader membutuhkan dana besar. Menjadi full time trader artinya Anda harus siap modal besar, karena full time trader penghasilan utamanya dari trading itu sendiri, sehingga kalau modal Rp10.000.000 atau Rp25.000.000 mungkin terlalu kecil. Full time trader, saran saya modal minimal adalah Rp100.000.000. Ingat, semakin besar modal, return semakin besar. Jika Anda ingin mendapat penghasilan lebih dari Rp5.000.000 sebulan, maka saran saya Anda masukkan dana lebih dari Rp100.000.000.

Kalau Anda memutuskan akan terjun sebagai full time trader, maka Anda harus menghitung berapa kebutuhan Anda dalam sebulan dan tingkat keuntungan yang bisa Anda capai dalam sebulan ketika Anda melakukan aktivitas trading sehari-hari. Jadi katakanlah, biaya hidup Anda sebulan adalah 5 juta, dan karena Anda sudah ahli, Anda bisa menghasilkan keuntungan trading sebulan adalah 7%.  Dengan perhtungan tersebut maka Anda harus mengeluarkan dana sebesar Rp71.500.000 (5 juta / 7%).. Tapi, tentu saja Anda nggak mungkin hidup dengan break event point (pendapatan = biaya). Jadi, investasi Rp71.500.000 itu kurang, karena modal sekian hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup Anda saja.

Sedangkan, Anda pasti juga memerlukan biaya darurat, biaya investasi, keperluan2 lainnya. Tentu, Anda harus memasukkan dana lebih dari itu. Apalagi kalau Anda membaca alasan keempat, tentu dana Rp71.500.000 dengan asumsi pengeluaran per bulan Anda 5 juta dan Anda bisa dapat return sebulan 7% sangat dan sangat kurang. Jadi, itulah alasan mengapa Anda harus memasukkan dana minimal Rp100.000.000 jika Anda memutuskan untuk menjadi full time trader dengan tujuan Trading for A Living.

Ketiga. Disiplin eksekusi. Karena modal harus besar, maka Anda harus disiplin melakukan cut loss dan take profit. Jangan sampai Anda tidak disiplin pada aturan cut loss yang Anda tetapkan, saham turun banyak baru Anda cut loss dan ruginya besar sekali, kemudian Anda menangis dan menganggap saham itu judi. Demikian juga, ketika Anda menetapkan take profit di harga sekian, maka Anda juga harus disiplin melakukannya.  

Keempat. Siapkah psikologis Anda, jika tidak ada penghasilan? Perlu Anda ketahui bahwa menjadi full time trader, berarti Anda harus siap2 jika tidak ada penghasilan dalam jangka waktu tertentu? Lho, apa maksudnya?

Maksudnya begini, tadi saya jelaskan dengan contoh IHSG 2015 bahwa Anda harus paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see. Nah, kalau pasar saham kita anjlok, artinya Anda jangan masuk pasar. Kalau pasar saham anjlok seperti tahun 2015, sampai 6 bulan (April - September), apalagi waktu IHSG seperti tahun 2008, maka Anda bahkan harus siap tidak ada penghasilan sama sekali selama waktu 6 bulan tersebut, bahkan bisa lebih dri 6 bulan. Siapkah Anda?

Dalam kondisi market bullish, Anda bisa mendapatkan return puluhan kali lipat dalam satu bulan. Apalagi sebagai full time trader yang (seharusnya) sudah paham betul kondisi saham dan market, memperoleh profit dari dana Rp100.000.000 menjadi Rp500.000.000 dalam sebulan bukan hal yang mustahil. Tapi kalau pasar lagi lesu, Anda bahkan harus siap tidak ada penghasilan dari trading. 

Maka solusinya: Anda harus bijak kelola profit yang Anda dapatkan. Kalau dapat profit banyak dalam kondisi pasar bullish, maka jangan boros. Sisakan dana Anda minimal Rp80.000.000 dari profit Anda untuk motif berjaga-jaga: Apabila pasar sedang lesu, Anda sudah punya simpanan. Kalau dalam kondisi market lesu, jangan tergoda masuk, apalagi untuk ambil saham2 gorengan yang tidak jelas arah pergerakannya. 

Dari pemaparan saya diatas, sudah jelas dan sangat jelas sekali kalau menjadi full time trader atau bahasanya adalah Trading for A Living itu gampang2 susah. Celakanya, banyaaaaak sekali para pemula yang belum apa2, yang ilmunya masih sedikit sudah ngarep dapat penghasilan berlipat ganda dari trading. Bahkan dengan modal yang nggak seberapa besar, banyak pemula yang ngarep dapat penghasilan puluhan kali lipat dalam sebulan. 

Kalau Anda menginginkan menjadi full time trader, Anda harus memenuhi empat aspek tersebut. Bagaimana dengan pemula? Kalau masih pemula jangan menjadi full time trader. Matangkan dahulu analisis Anda dan psikologis Anda, baru menjadi full time trader. 

Dan tentu saja, kalau Anda belum punya semua itu, atau bahkan terlewat satu aspek saja, maka kurungkan niat Anda untuk jadi full time trader dan penuhi dahulu aspek2 tersebut.

Baca pos lanjutan: Menjadi full time trader (Part II)


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Main Saham, Penghasilan Utama atau Tambahan?

Main Saham, Penghasilan Utama atau Tambahan?

Anda dan saya main saham pasti memiliki satu tujuan utama: Mendapatkan profit. Namun pertanyaanya, bisakah profit main saham dijadikan sebagai penghasilan utama? Atau main saham hanyalah digunakan sebagai penghasilan tambahan saja?

Sebenarnya banyak pemain saham yang ingin menjadikan saham sebagai sumber penghasilan utama. Bagi anda pemain saham, jika anda punya pikiran untuk menjadikan saham sebagai penghasilan utama alias trading for a living, ada baiknya anda harus mempertimbangkan baik2 keputusan tersebut. Baca juga: Full Time Trader dan Trading for A Living, Sama atau Beda? 

Dua Keputusan utama kalau anda ingin menjadikan saham sebagai sarana trading for a living adalah pertama anda harus bisa mendapatkan profit konsisten. Kedua, anda harus mampu menghasilkan profit yang mampu mencukupi kebutuhan anda sehari-hari. Baca Juga: Menjadi Full Time Trader - Part IMenjadi Full Time Trader - Part II.  

"Bung Heze, profit yang bisa mencukupi kebutuhan hidup itu yang idealnya berapa banyak?" Tanya anda

Jika anda ingin trading for a living, setidak-tidaknya anda harus mampu profit konsisten selama sebulan. Misalnya anda bisa menghasilkan profit konsisten sebesar 3% sebulan dengan modal 100 juta. 

Artinya, setiap sebulan 'gaji' anda dari trading adalah sebesar Rp3 juta. Apakah uang Rp3 juta bisa cukup untuk kebutuhan anda sehari-hari? Apakah dengan profit Rp3 juta sebulan anda bisa menyisihkan profit anda untuk ditabung? Hanya anda yang bisa menjawabnya.   

Saya terkadang menemukan (walaupun nggak banyak), para pemain saham yang nekad menjadi full time trader, padahal belum mempertimbangkan matang2 keputusan tersebut. Akhirnya, tidak sedikit dari mereka yang justru kesulitan mengelola keuangan dari trading. 

Jadi, kalau memang anda belum bisa konsisten untung dari saham, modal anda masih belum mencukupi dan kalaupun sudah untung konsisten dan modal mencukupi tetapi profit anda belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, maka ada baiknya trading digunakan sebagai penghasilan tambahan. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

5 Keunggulan Profesi Trader Saham

5 Keunggulan Profesi Trader Saham

Trading saham bukan hanya merupakan sumber penghasilan tambahan, akan tetapi trading saham bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan utama. Dengan kata lain, trading saham bisa dijadikan sebagai sebuah profesi.  

Tidak sedikit saya menemukan rekan-rekan yang menjadikan saham sebagai profesi. Saya sendiri juga menjadikan saham sebagai sebuah profesi, bukan hanya sekedar coba-coba. 

Apabila anda sedang menekuni saham, dan anda memiliki keinginan untuk bisa mahir di dunia saham, atau bahkan anda ingin menjadikan saham sebagai sebuah profesi, maka di pos ini saya akan memaparkan 5 keunggulan utama dari profesi trading saham: 

1. Fleksibel

Trading saham memberikan fleksibilitas bagi trader. Artinya, dengan trading saham anda bisa mengatur sendiri jadwal trading, menganalisis saham, termasuk jadwal kapan anda ingin pergi berlibur. Anda bisa bisa menentukan pada saat apa anda berhenti trading. Baca juga: Waktu Terbaik Berhenti (Rest) Trading Saham.

Jika anda memiliki profesi sebagai trader purna waktu, anda tidak perlu terjebak kemacetan, anda juga tidak perlu terikat dengan waktu bekerja. Dengan kelebihan-kelebihan ini, tentu saja anda punya waktu lebih banyak untuk menganalisa saham.  

Dengan kata lain, fleksibilitas dalam trading saham ini memang membuat anda menjadi lebih bebas mengatur waktu. Namun bebas disini bukan berarti bisa malas-malasan. Memang anda bisa lebih fleksibel, tetapi seperti yang sering saya tulis di  beberapa artikel web Sahamgain ini, aktivitas trading memang cukup menguras psikologi dan waktu, karena analisis tidak bisa dilakukan asal-asalan. 

2. Trading membuat anda lebih teratur 

Profesi trading saham tidak bisa dilakukan sembarangan. Trading saham bukan hanya berbicara tentang beli dan jual saham. Jika anda ingin sukses trading, anda harus memiliki trading plan yang benar, psikologis yang baik, dan kesiapan mental. Baca juga: Membangun Mindset Trading yang Benar. 

Nah, jika anda terbisa teratur dengan aktivitas trading anda, kebiasaan-kebiasaan untuk membuat trading plan, dan menyusun portofolio saham dengan rapi pada akhirnya bisa berdampak positif pada hal-hal lainnya (diluar trading, kehidupan anda sehari-hari). 

3. Pengetahuan anda lebih luas 

Trading saham membuat pengetahuan anda jauh lebih banyak. Pengetahuan disini adalah pengetahuan terkait ekonomi mikro maupun ekonomi makro. Anda akan lebih banyak memahami kondisi ekonomi global, termasuk berita-berita emiten. 

Hal ini dikarenakan prediksi-prediksi untuk membaca arah pasar bukan hanya berasal dari analisis teknikal. Namun juga berasal dari kondisi ekonomi dan politik. Percayalah, trading saham akan membuat anda lebih pintar dan pengetahuan anda lebih luas. Baca juga: Kenapa Saya Suka Pasar Modal? 

4. Anda adalah bos

Untuk anda yang menjalankan trading purna waktu, tentu saja anda adalah bos untuk diri anda. Seperti yang saya jelaskan di poin pertama, anda memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi. Anda bisa mengatur waktu kerja anda sendiri, anda mengatur modal anda sendiri dan anda memiliki kebebasan untuk mengelola saham-saham anda sendiri hingga menghasilkan profit. 

Baca juga: Menjadi Full Time Trader - Part I dan Menjadi Full Time Trader - Part II. 

5. Tidak butuh banyak peralatan 

Trading saham tidak membutuhkan peralatan yang banyak. Anda hanya membutuhkan komputer (PC), dan koneksi internet yang mendukung untuk bisa terhubung dengan software trading anda. Tentu saja, profesi sebagai trader tidak membutuhkan biaya yang besar. Yang terpenting dalam trading saham adalah ketajaman analisa anda. Baca juga: Software dan Perangkat Keras untuk Trading Saham

Dari keunggulan-keunggulan profesi sebagai trader saham, anda mungkin berpikir: "Wah enak ya trading saham itu. Bisa untung gede, bisa bebas". Memang trading saham bisa memberikan keuntungan besar. 

Daripada anda menyimpan uang anda dan tidak anda gunakan atau bahkan anda gunakan untuk konsumerisme, aset anda akan bertumbuh dengan cepat jika anda mulai menginvestasikan modal anda pada instrumen saham. Saya pernah membahasnya disini: Cerdas Berinvestasi Saham - Investasi Saham untuk Financial Freedom.

Namun, untuk menjadi seorang trader yang jago, tentu saja anda harus mau praktik, dan mencoba. Kesuksesan dalam trading saham tidak bisa diraih hanya dalam satu malam saja.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Full Time Trader Saham, Siapkah Anda?

Full Time Trader Saham, Siapkah Anda?

Belum lama ini, ada seorang trader bertanya ke saya melalui WA: "Saya punya modal Rp 50 juta dan saya ingin full time di saham. Berapa untung maksimum kira2 yang bisa saya dapatkan pak?"

Sudah cukup banyak trader yang menginginkan menjadi full time trader (FTT), padahal trader masih belum punya banyak pengalaman trading. Sehingga, jika anda bertanya ke saya tentang keinginan menjadi FTT, anda harus bertanya pada diri anda sendiri: Apakah anda sendiri sudah siap?

"Tapi Pak Heze, gimana caranya kita bisa tahu kalau kita sudah siap menjadi FTT atau belum?" Tanya anda yang semakin ngotot ingin jadi FTT. 

Jika anda selama ini punya pertanyaan2 tentang menjadi FTT, ada beberapa poin yang harus anda perhatikan, supaya anda bisa menimbang-nimbang keputusan menjadi FTT atau menjadi part time trader terlebih dahulu: 

1. Jumlah modal untuk FTT 

Saya sebenarnya tidak hanya sekali ini mendapat pertanyaan tentang trader yang ingin full time di saham. Rata2 trader yang ingin full time bondo modal Rp50 juta, Rp80 juta bahkan ada yang punya modal Rp25 juta sudah ingin menjadi FTT. 

Nah, kalau anda mau jadi FTT besarnya modal menjadi salah satu faktor terpenting. Sekarang, katakanlah anda punya modal Rp50 juta. Asumsikan anda bisa untung 5% sebulan. Berarti untung anda adalah Rp2,5 juta. 

Pertanyaannya: Apakah untung Rp2,5 juta per bulan sudah bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup anda plus ada sisa yang bisa anda tabung.

Satu hal lagi, untung 5% sebulan itu sudah sangat besar. Anda pemain saham yang berpengalaman, anda pasti mengetahui hal ini. 

Kedua, dalam trading anda tidak mungkin bisa mendapatkan untung dengan range yang konstan. Bulan ini mungkin anda untung anda 5% dari modal. Tapi bulan depan bisa lebih besar. Bulan depan lagi bisa jauh lebih sedikit. 

Hal ini karena di pasar saham, harus anda ketahui juga bahwa ada saat2 di mana market tidak bersahabat untuk trader, market lagi bearish di masa2 tertentu. 

Jadi untuk menjadi FTT, anda harus memiliki modal yang cukup. Seberapa besar modalnya? Saya pernah menuliskannya disini: Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi FTT. 

Kalau anda baca pos tersebut, memang saya tidak bisa menjawab jumlah duit minimal untuk jadi FTT, karena hanya anda yang mengetahui kebutuhan anda. Tapi kalau modal anda cuma Rp50 juta, atau bahkan hanya Rp25 juta, anda harus menimbang-nimbang lagi keputusan anda jadi FTT. 

Karena jika kebutuhan hidup anda cukup tinggi, berarti anda punya tuntutan untuk bisa  mencetak profit dengan persentase besar. Misalnya dengan modal Rp50 juta, biaya kebutuhan hidup anda dan keluarga adalah Rp5 juta, maka anda harus bisa dapat profit 10% per bulan.. 

Tapi kalau modal anda katakanlah Rp500 juta, dan kebutuhan hidup anda dan keluarga Rp5 juta, maka anda 'hanya' perlu mencetak untung 1% per bulan.. Bahkan mungkin anda mungkin bisa mencetak profit lebih besar dari 1% per bulan. Tentu 'tuntutan' anda akan lebih ringan, sehingga beban psikologis lebih kecil.   

Selanjutnya, Anda perlu baca poin kedua, karena poin kedua berkaitan dengan poin pertama...  

2. Apakah anda sudah praktik trading dengan modal anda? 

Kalau anda mau jadi FTT dengan modal katakanlah Rp50 juta, maka sebelum jadi FTT, anda harus uji dahulu berapa profit yang bisa anda dapatkan dalam sebulan. Ujilah minimal selama dua tahun. 

Profit yang anda dapatkan harus bisa memenuhi kebutuhan hidup anda sehari-hari. Kalau ternyata setelah anda trading dengan modal Rp50 juta, keuntungan anda belum bisa mencukupi kebutuhan anda sehari-hari, maka bisa disimpulkan bahwa: 

- Anda harus menambah modal anda (artinya Rp50 masih kurang untuk jadi FTT)
- Anda harus jadi part time trader dulu
- Tingkatkan skill trading anda terlebih dahulu 

Dengan kata lain, sebelum jadi FTT, anda harus coba dulu trading dengan sejumlah modal yang anda rencanakan, untuk anda gunakan ketika anda menjadi FTT nantinya. 

Saya sendiri nggak bisa jawab kalau anda tanya: Berapa potensi keuntungan maksimal kalau jadi FTT dengan modal sekian? 

Kan semua itu tergantung dari trading yang anda lakukan sendiri. Setiap dari anda punya skill yang berbeda-beda. Setiap anda juga punya pengalaman trading yang berbeda. Maka dari itu, sebelum jadi FTT, anda sendirilah yang harus ukur kemampuan anda, supaya anda bisa menyimpulkan: Anda siap jadi FTT sekarang atau tidak?  

Sayangnya, banyak trader yang belum mencoba mempraktikan, tapi sudah keburu mau jadi FTT. Yang lebih parah, banyak yang nekad langsung mau jadi FTT padahal belum menguji kemampuan mendapatkan profit. Tentu hal ini akan sangat berisiko. 

3. Risiko menjadi FTT

Menjadi FTT nggak hanya bicara soal modal. Anda harus paham risiko jadi FTT. Jadi FTT berarti anda meninggalkan pekerjaan utama anda dan sumber penghasilan utama anda sekarang dari trading saham. Anda harus bisa jawab pertanyaan2 ini: 

Siapkah jika di waktu2 tertentu anda tidak mendapat profit? Siapkah jika profit anda naik-turun? Siapkah anda melihat IHSG yang lagi jatuh, di satu sisi anda sudah meninggalkan pekerjaan utama anda? 

Kalau anda belum siap... Jadilah part time trader sampai anda siap.  Jadi selain anda punya modal, anda harus siap dengan risiko. Anda harus siap mental. Dua hal ini harus berjalan berbarengan. 

Kalau mental anda kuat, tapi tidak ada modal sama saja bohong. Sebaliknya, kalau anda punya modal jumbo tapi anda nggak siap mengelola, modal anda bisa habis dalam waktu cepat.  

Kesimpulannya, saya menyarankan pada anda (khususnya yang mau jadi FTT), mengingat banyaknya pertanyaan para trader yang bercita-cita punya profesi FTT, bahkan dengan modal yang sebenernya masih relatih kecil.... Jangan terburu menjadi FTT

Meskipun kedengarannya jadi FTT itu enak.. Nggak perlu kerja kantoran. Nggak perlu dimarahi bos. Nggak perlu kena macet. Bisa kerja santai pakai kaos dan celana pendek. Nggak ada yang ngatur-ngatur. Tetapi... 

FTT membutuhkan modal yang besar, praktik trading yang benar, dan mental yang kuat. Kalau salah satu dari itu belum anda kuasai, apalagi praktik trading anda masih kurang, maka jadilah part time trader dulu.

Jika ternyata anda tetap belum siap jadi FTT, jadi part time trader juga nggak buruk. Semua ada kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tergantung bagaimana anda mengelolanya. Baca juga: Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.