Keuntungan dan Risiko Menabung Saham

Keuntungan dan Risiko Menabung Saham

Program Yuk Nabung Saham yang digagas oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan didukung oleh banyak lembaga2 lainnya seperti universitas, kini telah menyita perhatian kalangan orang awam maupun trader saham dan calon investor. Sebenarnya di pos ini: Penjelasan Cara Menabung Saham, saya juga sudah pernah membahas sedikit banyak mengenai ilustrasi menabung saham. Anda bisa baca lagi penjelasan lengkapnya. Baca juga: Program Sosialisasi Yuk Nabung Saham.

Untuk memperdalam mengenai program Yuk Nabung Saham, maka di pos ini saya akan memaparkan keuntungan dan risiko menabung saham. Melalui pos ini, diharapkan anda bisa lebih memahami tentang menabung saham.

KEUNTUNGAN MENABUNG SAHAM

1. Mendapatkan pertumbuhan aset dari kenaikan harga saham jangka panjang

Prinsip menabung saham adalah membeli saham-saham yang bagus untuk jangka panjang, yang memiliki daya tahan dalam jangka panjang. Dalam hal ini, biasanya dipilih saham2 blue chip untuk menabung saham. Pada umumnya, saham2 blue chip memiliki kenaikan tren yang cukup meyakinkan. Baca juga: Daftar Saham Blue Chip di Indonesia. 

Perhatikan tren saham2 blue chip seperti UNVR, GGRM, BBCA, BBNI, UNTR, PTBA, ITMG dan lain2. Kalau anda menabung pada saham2 blue chip, apalagi jika perusahaan tersebut melakukan stock split seperti BBRI dan BMRI, anda bisa mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga saham dalam jangka panjang. 

2. Mendapatkan dividen yang besar 

Menabung pada saham2 blue chip juga memberikan keuntungan pada anda berupa dividen. Perusahaan2 blue chip biasanya membagi dividen lebih besar dibandingkan emiten2 non blue chip. 

Sebagai contoh, BBCA tahun 2016 membagikan dividen sebesar Rp200 per saham yang dibagikan 2 kali menjadi Rp70 per saham dan Rp130 per saham. Maka jika seumpama anda memiliki BBCA sebanyak 500 lot, anda bisa mendapatkan dividen sebesar Rp10 juta. 

3. Bisa dilakukan siapapun 

Menabung saham bisa dilakukan oleh pemodal kecil. Karena sesuai dengan konsepnya, menabung saham berarti menambah modal setiap bulan secara bertahap, sehingga anda bisa menambah modal dengan jumlah nominal yang kecil, dan tidak perlu menambah modal dalam jumlah besar secara langsung untuk membeli saham. 

RISIKO MENABUNG SAHAM 

1. Risiko kebangkrutan 

Menabung saham juga mengandung risiko kebangkrutan. Apabila perusahaan tempat anda investasi terancam bangkrut, hal ini bisa menjadi risiko yang besar. Hal ini karena di saham tidak ada yang namanya 'asuransi saham'. Risiko ini bisa diminimalisir dengan membeli saham2 yang punya fundamental yang kuat, yaitu saham-saham blue chip. 

2. Harga saham blue chip yang relatif mahal 

Saham blue chip harganya rata-rata sudah tinggi. Sebagai contoh saham ITMG yang termasuk salah satu saham blue chip versi penulis harga sahamnya sekarang di kisaran 22.800. Artinya untuk membeli satu lot anda butuh modal sekitar 2.280.000 belum ditambah fee beli. 

Anda bisa menyiasati hal ini dengan cara membeli saham-saham blue chip yang sedang / akan melakukan aksi korporasi stock split, karena pada umumnya emiten2 blue chip akan stock split saat harga sahamnya sudah tinggi. Baca juga: Saham BBRI Stock Split Rasio 1:5.

Itulah keuntungan dan risiko dengan menabung saham. Dengan adanya keuntungan dan risiko, anda bisa menimbang-nimbang saham apa yang layak anda miliki untuk investasi, sehingga anda tidak terjebak dengan memilih saham yang salah / saham yang tidak memberikan imbal hasil yang menarik. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Jenis-Jenis Investasi dan Penjelasannya

Jenis-Jenis Investasi dan Penjelasannya

Di zaman sekarang, istilah 'investasi' sudah semakin marak. Investasi sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan penundaan konsumsi di masa sekarang untuk memperoleh penghasilan masa mendatang

Dalam konteks saham, investasi berarti seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham atau dividen di masa mendatang.

Investasi dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut adalah jenis-jenis investasi

Investasi dibagi menjadi 2 yaitu investasi pada aset riil yang merupakan investasi aset berbentuk nyata seperti rumah, tanah, emas. Investasi lainnya adalah investasi pada aset finansial yaitu investasi pada aset keuangan yang dapat diperjual-belikan diantara investor. Sedangkan investasi pada aset finansial dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 

a. Investasi langsung

Investasi langsung merupakan investasi yang dilakukan dengan membeli secara langsung aset keuangan perusahaan yang diperjual-belikan di pasar uang, pasar modal atau pasar turunan (derivatif). 

Investasi langsung ini juga bisa dilakukan dengan cara membeli aset yang tidak dapat diperjual-belikan. Aset keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan dapat diperoleh melalui bank komersial, yang dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito. Contoh produk investasi tidak langsung adalah sebagai berikut: 

1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjual-belikan, yaitu tabungan dan deposito

2.  Investasi langsung yang dapat diperjual-belikan, dibagi lagi menjadi: 

- Investasi di pasar uang (Treasury bill, deposito yang dapat dinegosiasi)

- Investasi langsung di pasar modal (T-bond, corporate bond, convertible bond, saham biasa, saham preferen). 

b. Investasi tidak langsung 

Investasi tidak langsung merupakan investasi yang dilakukan dengan cara membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi yang memiliki portofolio aset-aset keuangan perusahaan lain. Perusahaan investasi memiliki manajer investasi (MI) yang bertugas mengelola portofolionya. Investasi tidak langsung umumnya dapat dilakukan dalam bentuk reksadana. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pengertian dan Contoh Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis

Pengertian dan Contoh Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis

Dalam investasi, kita akan mengenal istilah risiko. Baca juga: Pengertian Return dan Risiko Beserta Contohnya. Risiko sendiri dibagi menjadi 2, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Apa perbedaan keduanya? Mari kita simak. 

1. Risiko tidak sistematis

Risiko tidak sistematis adalah risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu dan pada umumnya risiko ini dapat diperkecil atau diminimalisir melalui suatu diversifikasi. Contoh risiko sistematis adalah risiko kegagalan dalam kinerja perusahaan, risiko finansial, risiko manajemen. 

Contoh kasus risiko tidak sistematis: Seorang investor menginvestasikan modalnya pada perusahaan ABCD. Perusahaan ABCD ternyata adalah perusahaan yang direksinya sarat masalah. Banyak kasus korupsi, penggelapan uang dan sebagainya. Hal ini menyebabkan harga saham perusahaan ABCD turun secara berangsur. 

Nah, risiko ini adalah risiko yang dapat diminimalisir atau dihindari apabila seorang investor mengetahui terlebih dahulu profil perusahaan tersebut, track record dewan direksi dan sebagainya. Dengan demikian seorang investor bisa menghindari membeli saham ABCD dan memindahkan modalnya ke saham lain yang lebih prospek. 

2. Risiko sistematis 

Risiko sistematis merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham di pasar modal. Risiko sistematis tidak dapat dihindari investor. Risiko sistematis disebabkan oleh faktor-faktor yang secara serentak mempengaruhi harga saham di pasar saham. 

Risiko sistematis disebut juga dengan Beta yang dapat menjadi pengukur volatilitas antara return sekuritas dengan return pasar. Risiko sistematis terjadi misalnya ketika terdapat suatu berita yang tiba-tiba secara serentak membuat harga saham berjatuhan. Hal ini tidak bisa dihindari oleh investor. 

Jika digambarkan, maka risiko adalah sebagai berikut: 



Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pengertian Return dan Risiko Beserta Contohnya

Pengertian Return dan Risiko Beserta Contohnya

Dalam suatu investasi, kita pasti mengenal ada isitilah RETURN dan RISIKO. Apa perbedaan keduanya? 

RETURN

Return atau pengembalian adalah tingkat keuntungan yang dinikmati para pemodal atas investasi yang ditanamkan. Dengan kata lain, return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. 

Komponen return terdiri dari dua, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan persentase kas yang diterima pemodal secara periodik terhadap suatu investasi. Yield dapat berpa bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan lain2.   

Komponen kedua dari return adalah capital gain. Capital gain secara sederhana merupakan keuntungan yang akan anda peroleh dari selisih nilai investasi sekarang dengan nilai investasi yang anda tanamkan pada harga periode yang lalu. 

Namun, jika seorang investor mengalami kerugian, maka istilahnya adalah capital loss. Baca juga: Pengertian Capital Gain dan Capital Loss. 

Dalam praktiknya, tidak semua instrumen investasi memberikan return berupa capital gain atau capital loss. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar instrumen investasi yang bersangkutan. Artinya, instrumen tersebut harus diperdagankan di pasar. 

Dengan adanya perdagangan, maka akan timbul adanya perubahan harga nilai investasi tersebuy. Investasi yang memberikan capital gain, contohnya adalah saham dan obligasi. Sedangkan investasi yang tidak memberikan return berupa capital gain contohnya adalah sertifikat deposito, tabungan dan lain2. Return dibagi menjadi 2, yaitu return ekspektasi dan return realisasi.  

1. Return realisasi 

Return realisasi adalah return yang telah terjadi. Return realisasi dapat menjadi dasar penentu return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. 

2. Return ekspektasi 

Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi, return ekspektasi adalah return yang belum terjadi. 

RISIKO

Risiko merupakan kemungkinan perbedaan return aktual dengan return yang diharapkan investor. Dengan adanya risiko, para pemodal diharapkan bisa mengambil keputusan investasi dengan baik, sehingga bisa meminimalkan risiko investasi sekecil mungkin. Sumber-sumber risiko dalam investasi adalah sebagai berikut: 

1. Risiko pasar, yaitu risiko yang dihadapi investor karena adanya fluktuatif harga saham, yang bisa berakibat pada turunnya nilai investasi yang ditanamkan. Risiko pasar bisa di bisa disebabkan karena resesi ekonomi, kerusuhan atau perubahan politik dan lain2. 

2. Risiko inflasi, yaitu risiko daya beli. Jika inflasi meningkat terlalu drastis pada umumnya investor akan lebih banyak menahan dana untuk tidak investasi, karena inflasi yang terlalu tinggi bisa menunjukkan kelesuan ekonomi. 

3. Risiko bisnis, yaitu risiko yang dipengaruhi oleh fundamental perusahaan itu sendiri. Apabila kinerja perusahaan terganggu hal ini juga turut berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. 

4. Risiko finansial, yaitu risiko yang berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam struktur modal. Semakin besar proporsi utang, semakin besar risiko finansial perusahaan. 

5. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang berkaitan dengan likuid tidaknya suatu efek. Semakin cepat suatu efek diperdagankan, semakin likuid efek tersebut dan sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu efek, semakin besar risiko likuiditas yang dihadapi pemodal. 

6. Risiko nilai tukar mata uang, yaitu risiko yang berkaitan dengan fluktuasi mata uang domestik dengan mata uang negara lainnya. 

7. Risiko negara atau risiko politik, yaitu risiko yang berkaitan dengan kondisi politik suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Saham

Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Saham

Kalau anda menekuni dunia saham, baik saat melakuan aktivitas beli dan jual saham, maupun sebagai pengama saham, anda pasti selalu mendengar istilah pasar modal dan pasar saham. Pasar modal dan pasar saham adalah dua hal yang sedikit berbeda. Apa perbedaan pasar modal dan pasar saham? Mari kita simak. 

Pasar modal (capital market) adalah bidang yang cakupannya luas, tidak hanya mencakup pasar saham, tetapi juga mencakup obligasi, reksadana, derivatif (seperti option), waran, right dan hal2 lainnya yang berhubungan dengan pasar modal.  

Pasar saham (stock market) adalah bidang hanya mencakup saham yang diperjual-belikan termasuk turunannya. Aksi-aksi korporasi seperti stock split, right issue, reverse stock split, dividen termasuk dari bagian pasar sahm. Jadi pasar saham adalah bagian dari pasar modal itu sendiri. Pasar saham cakupannya lebih sempit sedangkan pasar modal cakupannya lebih luas. 

Sekarang anda sudah paham perbedaan pasar modal dan pasar saham. Kedua istilah tersebut sering kali dianggap sama dan dicampur menjadi satu. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Istilah-istilah dalam Trading Saham

Istilah-istilah dalam Trading Saham

Anda yang sedang mempelajari analisa teknikal, memilih saham buat trading dengan cara membaca rekomendasi saham dari para analis sekuritas, maka anda pasti akan sering menemukan istilah2 rekomendasi yang terkadang masih asing untuk anda. 

Misalnya ada istilah seperti buy on weakness, trading buy dan lain2. Apa arti istilah2 tersebut? Bagaimana cara membaca istilah2 rekomendasi saham dalam trading? Mari kita bahas istilah-istilah dalam saham, khususnya untuk membaca rekomendasi saham analis: 

1. Buy 

Kondisi ini menyarankan anda untuk membeli saham pada harga tertentu support atau level breakout tertentu yang sudah ditetapkan oleh analis saham, di mana saham tersebut punya potensi naik.  

2. Sell

Anda disarankan untuk menjual saham pada harga tertentu yang diberikan, karena saham tersebut punya potensi untuk turun / koreksi. 

3. Hold 

Anda disarankan untuk menyimpan saham yang sudah anda pegang (tidak membeli lagi atau menjual saham anda). Sedangkan anda yang tidak memiliki saham tersebut, anda disarankan untuk membeli di waktu yang tepat (wait and see)

4. Wait and see

Anda disarankan untuk tidak membeli saham apapun, dan hanya memantau saham2 tertentu yang diberikan analis, menunggu rekomendasi analis lebih lanjut. 

5. Neutral

Tidak ada keputusan / saran untuk suatu saham baik buy ataupun sell 

5.  Buy on weakness (BOW)

Anda disarankan untuk wait and see terhadap saham yang direkomendasikan, sambil menunggu harga saham turun hingga mencapai titik harga rendah / terendah yang berpotensi menjadi titik technical reboundnya. Disitulah anda mmebeli sahamnya. 

Jadi secara sederhana, BOW menyarankan anda untuk membeli saham di harga support / di harga rendah secara teknikal. Baca juga: Praktik Cara Membaca Saham Diskon & Murah

6. Speculative Buy 

Kondisi ini terjadi ketika analis menilai bahwa saham sudah berada di titik support, namun masih ada 2 kemungkinan yaitu: Saham akan technical rebound atau lanjut turun dibawah supportnya. Ini adalah rekomendasi beli yang bersifat spekulatif, karena anda akan menghadapi risiko saham akan turun lebih lanjut. Rekomendasi ini cocok untuk trader risk taker. 

7. Trading buy

Kondisi ini terjadi saat analis menilai bahwa saham masih punya potensi melanjutkan kenaikan, namun terbatas. 

Anda disarankan untuk membeli saham di harga resisten tertentu, karena saham tersebut memiliki potensi melanjutkan kenaikan dalam jangka pendek. Namun, anda harus memperhatikan titik2 resisten terdekatnya yang disarankan analis untuk take profit. 

8. Strong buy

Kondisi ini digunakan ketika analis yakin bahwa suatu saham memiliki potensi naik yang signifikan dalam jangka waktu yang lebih pendek. Strong buy berbeda dengan buy. Pada strong buy, analis memprediksi bahwa saham tersebut bisa naik lebih signifikan dalam jangka waktu lebih cepat. Pada kondisi ini,anda disarankan membeli saham yang direkomendasikan.  

9. Strong sell

Kondisi ini digunakan saat anlis yakin bahwa saham memiliki potensi turun yang signifikan dalam jangka waktu lebih pendek. Anda disarankan untuk menjual (sell) 

10. Buy on breakout (BOB)

Anda disarankan untuk membeli saham ketika harga saham berhasil menembus titik resisten tertentu alias breakout, karena analis memprediksi bahwa saham yang menembus garis resisten akan berpotensi untuk melanjutkan kenaikan

11. Sell on strengh (SOS)

Harga saham menyentuh dan menguji garis resisten, serta mulai berat untuk naik (mulai disertai aksi jual di titik resisten). Anda disarankan menjual saham pada titik resisten yang disarankan. 

12. Akumulasi / add

Anda disarankan untuk membeli saham secara bertahap (tidak langsung sekali beli dengan full modal)

13. Distribusi / reduce

Anda disarankan untuk menjual bertahap / mengurangi kepemilikan saham anda 

14. Overvalued / overweight

Istilah analis / broker untuk memberikan nilai valuasi suatu saham yang berada diatas rata-rata industrinya. Artinya, secara valuasi saham tersebut sudah cenderung tinggi / mahal.  

15. Undervalued / underweight

Istilah analis / broker untuk memberikan nilai valuasi suatu saham yang berada dibawah rata-rata industrinya. Artinya, secara valuasi saham tersebut masih cenderung murah. Analisa yang dipakai untuk melihat valuasi saham pada umumnya adalah Price Earning Ratio (PER) atau Price to Book Value (PBV). 

Itulah istilah-istilah dalam saham yang sering digunakan dalam rekomendasi saham baik oleh analis saham maupun broker. Ketika membaca istilah2 di rekomendasi yang anda sering dengar namun anda masih merasa asing, anda bisa baca kembali pos ini. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Instrumen Pasar Modal

Instrumen Pasar Modal

Instrumen di pasar modal dalam konteks lebih praktis banyak dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas atau disebut juga sebagai efek atas surat berharga merupakan aset finansial yang menyatakan klaim keuangan. Instrumen di pasar modal dikelompokkan menjadi 4 (empat) instrumen utama yaitu: Saham, obligasi, derivatif, reksadana. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan dibawah ini:

SAHAM

Saham dapat dibedakan menjadi saham biasa dan saham preferen. Pada umumnya, saham yang biasa diperdagangkan investor di Bursa Efek adalah jenis saham biasa. Sedangkan saham preferen dalam pasar modal adalah saham yang memiliki hak khusus. Perbedaan saham biasa dan saham preferen bisa anda lihat disini: Apa Itu Saham Biasa? Apa Itu Saham Preferen?

OBLIGASI 

Obligasi adalah surat utang. Obligasi ini ibarat perusahaan atau negara berhutang kepada masyarakat. Masyarakat yang membeli obligasi nantinya akan mendapatkan pengembalian beserta kupon.  Obligasi adalah salah satu jenis investasi yang cukup sering diterbitkan oleh perusahaan maupun pemerintah. Obligasi yang diterbitkan negara atau pemerintah disebut dengan Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Mengenai obligasi bisa anda lihat penjelasannya disini: Pengertian Obligasi, Jenis-jenis Obligasi dan Karakteristik Obligasi   

DERIVATIF

Derivatif adalah produk turunan saham dan obligasi. Contoh derivatif adalah future contract dan option contract. 

a. Kontrak berjangka (future contract) 

Kontrak berjangka merupakan perjanjian yang dibuat hari ini yang mengharuskan adanya transaksi di masa mendatang. Kontrak berjangka dapat berupa kontrak berjangka komoditas dan kontrak berjangka finansial. 

Kontrak berjangka komoditas menggunakan variabel pokok yang merupakan aset riil berupa barang2 pertanian seperti kopi, gula, kentang dan barang2 sumber daya alam seperti emas atau minyak. Sedangkan kontrak berjangkak keuangan menggunakan variabel efek seperti saham atau indeks saham. Di BEI, kontrak berjangka yang diperdagangkan saat ini adalah LQ futures, mini LQ futures, DOW futures, JP futures. 

b. Kontrak opsi (option contract)

Kontrka opsi adalah suatu perjanjian yang memberi pemilikanya hak (bukan kewajiban), untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu pada harga tertentu selama perioda waktu tertentu. Opsi ada 2 jenis yaitu opsi beli (call action) dan opsi jual (put option). 

Opsi beli adalah hak untuk membeli aset induk atau aset acuan pada harga tetap selama waktu tertentu sesuai ketetapan perusahaan. Ada dua macam pelaksanaan opsi, yaitu american option dan european option. American option dapat dilaksanakan kapan saja sampai dengan dan termasuk tanggal berakhirnya sebuah kontrak opsi. Sedangkan european option dapat dilaksanakan hanya pada tanggal berakhirnya sebuah kontrak opsi. 

REKSADANA

Reksadana adalah wadah investasi yang dihimpun dari masyarakat, yang selanjutnya wadah investasi tersebut dikelola oleh manager investasi sehingga menghasilkan return yang diinginkan oleh pemegang reksadana. Mengenai reksadana bisa anda baca penjelasannya disini: Investasi Reksadana dan Manfaat yang Anda Peroleh.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Full Time Trader dan Trading for A Living, Sama atau Beda?

Full Time Trader dan Trading for A Living, Sama atau Beda?

Dalam dunia pasar modal, Anda pasti sering mendengar istilah full time trader (FTT).  Bagi saya full time trader adalah sebuah profesi yang sangat menjanjikan. Mengenai full time trader, saya pernah membahasnya di pos ini: Menjadi Full Time Trader Part I. Baca juga part II: Menjadi Full Time Trader Part II. 

Kata2 full time trader selalu dikaitkan dengan trading for a living. Nah, sebelum membahas lebih dalam, saya ingin bertanya pada Anda: Apakah istilah keduanya sama atau berbeda? Sebelum para trader salah dan terjebak dengan kedua istilah diatas, ada baiknya saya menjelaskan mengenai kedua istilah tersebut. 

Dari segi arti / makna saja sebenarnya sudah berbeda. Kalau diterjemahkan:

Full time trader = Trader (pedagang) saham purna waktu.
Trading for A Living = Trading untuk (memenuhi kebutuhan) hidup.

Full time trader berarti pekerjaan utamanya adalah trading. Karena pekerjaan utama full time trader adalah trading saham/ forex, artinya seorang full time trader mendapatkan penghasilan utamanya dari trading. Makan, membiayai anak sekolah, menabung, membayar kebutuhan sehari-hari dari hasil trading. Maka, seorang full time trader dapat dikatakan trading for a living.  

Sedangkan trading for a living belum tentu mereka adalah seorang full time trader. Lho kok bisa begitu? Saya jelaskan dengan ilustrasi. Ilustrasi 1:

Andi adalah seorang pekerja kantoran (penghasilan utama dari gaji). Selain bekerja di kantor juga memiliki bisnis sampingan, yaitu trading saham. Modal trading saham Andi adalah 100 juta. Karena Andi sudah pemain saham kawakan, Andi selalu dapat untung 10% per bulan = profit 10 juta per bulan. 

Andi berkeluarga dan biaya kebutuhan hidupnya cukup besar. Penghasilan dari gaji utamanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi, dengan mendapatkan 10 juta per bulan dari trading saham, maka Andi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya lebih dari cukup. 

Dari contoh kasus diatas, dapat dikatakan bahwa Andi trading saham dengan tujuan: Trading for a living. Tetapi, perlu diingat Andi bukanlah seorang full time trader. Bagi Andi, trading hanyalah pekerjaan sampingan, karena Andi tidak melepas pekerjaan utamanya di kantor.

Sekarang saya akan berikan ilustrasi 2:

Si Billy tidak lagi bekerja kantoran, hanya trading di rumah dengan modal besar, dan kebutuhan hidupnya dipenuhi dari trading. Akan tetapi, Billy ini beli saham terus ditinggal melakukan aktivitas lainnya. Karena Billy ternyata juga menjalankan bisnis konveksi dan buka toko. 

Apakah dalam hal ini, Billy bisa dikatakan sebagai full time trader? Tentu saja tidak. Mengapa? Karena Billy tidak trading secara penuh (full). Beli saham, lalu ditinggal (tunggu saja nanti kalau naik), yang penting kerjakan pekerjaan lain dulu: Konveksi dan urusan toko. Tetapi, Billy bisa dikatakan trading for a living, karena ya memang Billy trading untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.     

Yang namanya full time trader, ya harus trading full. Artinya, harus memantau pergerakan saham secara real time, meskipun hanya bekerja di  rumah. Memantau pergerakan saham secara real time means bekerja layaknya seorang broker di kantor sekuritas yang mengikuti jam trading Bursa saham (meskipun trading tidak harus dilakukan setiap hari). Baca juga: Jam Trading Bursa Saham Indonesia. Kalau Anda bekerja memantau saham dan trading di rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup, Anda sudah bisa dibilang sebagai full time trader. 

Saya rasa Anda sudah paham dan bisa menarik kesimpulan: Full time trader dan trading for a living memiliki kesamaan tapi tidak selalu sama (juga terdapat perbedaan). Seorang full time trader menjalankan pekerjaannya dengan tujuan trading for a living. Tetapi, orang yang trading for a living belum tentu profesinya adalah full time trader.   


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pengertian Capital Gain dan Capital Loss

Pengertian Capital Gain dan Capital Loss

Di pasar modal anda pasti sering sekali mendengar istilah capital gain dan capital loss. Tahukah anda apa perbedaan keduanya? Capital gain dan capital loss adalah istilah yang sering digunakan ketika anda trading saham. Trading saham adalah beli dan jual saham dalam jangka pendek. 

Capital gain adalah keuntungan yang anda dapatkan dari selisih harga jual dikurangi harga beli suatu saham. Sebagai contoh anda membeli saham di harga 1.000 dan menjual saham di harga 1.500, maka disini anda mendapatkan capital gain saham atau keuntungan sebesar Rp500 (1.500-1.000).  

Untuk lebih mudahnya, silahkan lihat ilustrasi capital gain beli -jual saham dibawah ini.


Pada contoh diatas, bisa anda lihat, membeli saham ACES di harga 800 sebanyak 100 lot dan menjual di harga 1.000 sebanyak 10 lot. Maka capital gain yang anda dapatkan adalah sebesar Rp200.000 (1.000.000 - 800.000). 

Capital loss adalah kerugian yang anda dapatkan dari selisih harga beli dikurangi harga jual saham. Dengan kata lain, capital loss terjadi karena anda menjual saham lebih rendah daripada harga belinya. Sebagai contoh, anda membeli saham di harga 2.000 dan menjual di harga 1.950, maka disini anda mendapatkan capital loss saham atau kerugian sebesar Rp50 (2.000 - 1.950).

Untuk lebih mudahnya, silahkan lihat ilustrasi capital loss beli -jual saham dibawah ini.


Pada contoh diatas, bisa anda lihat, membeli saham JPFA di harga 1.200 sebanyak 100 lot dan menjual di harga 1.150 sebanyak 10 lot. Maka capital loss yang anda dapatkan adalah sebesar Rp50.000 (1.200.000-1.150.000). 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Apa itu Dividen?

Apa itu Dividen?

Di pos kali ini saya ingin membahas tentang DIVIDEN. Berhubung banyak rekan-rekan yang masih belum mengerti tentang dividen di pasar saham, maka di pos ini saya akan membahas dividen secara detail. 

Jadi keuntungan yang anda dapatkan dari berbisnis saham (beli dan jual saham) ada dua bentuk, yaitu capital gain dan dividen. Capital gain merupakan selisih harga beli dan harga jual. 

Kalau anda berhasil menjual saham diatas harga beli anda maka anda mendapatkan keuntungan. Hal ini berlaku untuk trading maupun investasi. Hanya bedanya, pada investasi jangka waktunya jauh lebih panjang. Baca juga: Pengertian Capital Gain dan Capital Loss. 

Tapi keuntungan di saham bukan hanya didapatkan dari capital gain, namun juga dari dividen. 

Apa itu dividen?

Dividen adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada para pemegang saham. Pada saat perusahaan berhasil memperoleh laba bersih, maka pada umumnya ada beberapa persen atau bahkan sebagian besar laba perusahaan diberikan kepada investor (dinamakan dividen). 

Jadi anda sudah mendapatkan inti dividen, yaitu keuntungan / laba yang dibagikan pada pemegang saham. Itu artinya, kalau perusahaan saat itu mengalami rugi bersih, maka perusahaan tidak akan bisa membagikan dividen pada anda. 

Dividen dibagikan dalam bentuk dividend per share (DPS) atau dalam Bahasa Indonesia adalah dividen per saham. Kalau anda belum tahu apa itu dividend per saham, anda bisa baca pos saya disini: Cara Menghitung Dividen Saham / Dividend Per Share (DPS).

Dari mana perhitungan DPS didapatkan? DPS didapatkan dari perhitungan laba per saham / Earning per Share (EPS). Untuk lebih jelasnya, anda bisa baca disini: Cara Mencari EPS di Laporan Keuangan. Baca juga rumus EPS: Makna dan Fungsi Earning per Share (EPS). 

Misalnya perusahaan memiliki EPS sebesar Rp900 per saham. Kemudian perusahaan memutuskan untuk membagikan 50% EPS dalam bentuk dividen. Maka dividen per saham (DPS) yang akan anda terima adalah Rp450 per saham (900 * 50%). 

Sisa laba perusahaan yang tidak dibagi dalam bentuk dividen nantinya akan masuk di ekuitas dan menambah saldo laba. 

Tapi sebenarnya anda nggak perlu repot-repot menghitung berapa DPS yang akan dibagikan pada anda, karena perusahaan sudah menentukannya dan anda sudah mendapatkan info besarnya DPS yang akan anda terima nanti. Anda hanya perlu menghitung keuntungan dividen yang anda dapatkan (saya jelaskan di poin selanjutnya). 

Kalau anda ingin mendapatkan dividen, pilihlah perusahaan yang bisa mencetak laba, dan pilih perusahaan2 yang secara historis memang sudah rajin bagi dividen. Hal ini akan kita bahas selanjutnya. 

Dividen sendiri sebenarnya ada bermacam-macam jenis. Anda bisa baca disini: Pengertian Dividen dan Jenis-jenis Dividen. Tetapi (hampir) semua dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalamd diberikan dalam bentuk DIVIDEN CASH. 

Bagaimana cara menghitung dividen yang saya dapatkan?

Tadi kita sudah mengenal konsep dividen dan dari mana dividen itu dibagikan pada anda. Sekarang anda perlu menghitung berapa besarnya dividen yang anda dapatkan.  

Misalnya perusahaan ABCD akan membagikan dividen sebesar Rp150 per saham. Anda memiliki saham perusahaan ABCD sebanyak 20 lot. Maka dividen yang akan anda terima adalah sebagai berikut: 

Rp150 * 20 lot * 100 lembar = Rp300.000 - pajak dividen final (10%). Jadi total dividen bersih yang akan anda terima adalah Rp270.000 (Rp300.000 / 10%). Catatan = 1 lot = 100 lembar saham.

Itulah cara menghitung dividen. Ingat, dalam menghitung dividen, anda harus kurangkan nilai dividen anda dengan pajak final dividen sebesar 10%. 

Dari mana saya bisa mendapatkan informasi tentang pembagian dividen? 

Ada banyak situs yang memberikan informasi tentang jadwal pembagian dividen. Beberapa diantaranya adalah situs RTI dan Eddy Elly. Anda bisa baca disini: Daftar dan Jadwal Pembagian Dividen. Saya pribadi sering melihat informasi pembagian dividen melalui situs Eddy Elly. 

Kapan dividen dibagikan? Apakah tiap tahun? Apakah tiap bulan?

Mayoritas perusahaan akan membagikan dividen satu kali setahun, yaitu setelah perusahaan melakukan tutup buku akhir tahun (31 Desember). Inilah yang dinamakan dengan dividen tahunan. 

Misalnya tanggal 31 Desember 2019 perusahaan mencetak laba bersih dan memutuskan untuk membagikan dividen. Maka, dividen tahun 2019 tersebut akan dibagikan di tahun berikutnya (tahun 2020). Biasanya, musim pembagian dividen tahunan terjadi antara bulan Maret-Juni.

Tetapi ada beberapa perusahaan yang membagikan dividen lebih dari sekali dalam setahun. Misalnya perusahaan Japfa Comfeed, Astra International, Bank BCA. Perusahaan2 tersebut bisa membagikan dividen dua kali dalam setahun. 

Setelah membagikan dividen tahunan, beberapa bulan selanjutnya, perusahaan membagikan dividen lagi yang berasal dari laba laporan keuangan kuartal II atau III. Inilah yang disebut dengan dividen interim. 

Secara garis besar, dividen interim merupakan yang dibagikan sebelum perusahaan membagikan profit tahunan. Anda bisa baca dividen interim disini: Pengertian dan Contoh Dividen Interim.

Hanya beberapa perusahaan yang membagikan dividen interim. Perusahaan2 yang membagikan dividen interim biasanya memiliki tujuan yang berbeda2. Perusahaan ingin memuaskan kepentingan investor, atau perusahaan memiliki laba yang besar yang sudah siap dibagikan sebelum membukukan profit tahunan. 

Bagaimana tata cara mendapatkan dividen?

Pada pengumuman dividen ada tanggal2 penting yang harus anda perhatikan yaitu cum date, ex date dan payment date. Misalnya diketahui: 

Cum date = 21 Agustus
Ex date = 22 Agustus
Payment date = 9 September 

Anda bisa mendapatkan dividen apabila anda memiliki sahamnya sampai dengan tanggal cum date (21 Agustus). Kalau anda menjual saham anda tanggal 21 Agustus, maka anda tidak mendapatkan dividen.

Anda juga tidak mendapatkan dividen kalau anda baru membeli saham tanggal 22 Agustus. Anda bisa baca tata cara pembayaran dividen disini: Arti dan Ilustrasi Pembagian Dividen

Kalau anda ingin mendapatkan dividen, anda harus perhatikan tanggal-tanggal penting tersebut. Dan situs2 yang memberikan jadwal dividen, sudah menyediakan tanggal cum date sampai payment date. 

Bagaimana metode pembayaran dividen?

Dividen akan masuk secara otomatis di rekening saham (Rekening Dana Investor) anda pada saat payment date. Anda tidak perlu mendaftar atau konfirmasi ke sekuritas. 

Semua sudah tersistem. Kalau anda mau lihat nilai dividen yang anda terima, anda bisa lihat di menu transaction / cash transaction history. Baca juga: Cara Pembayaran Dividen Saham.

Apakah semua perusahaan membagikan dividen?

Tidak. Hanya perusahaan yang mendapatkan laba bersih dan memutuskan untuk membagikan dividen, itulah perusahaan2 yang akan membagi dividen. 

Meskipun perusahaan memperoleh laba, bisa jadi perusahaan tidak membagikan dividen jika perusahaan ingin melakukan re-investasi. Oleh karena itu, kalau anda ingin dapat dividen besar, carilah perusahaan2 yang rutin membagi dividen per share yang tinggi. Anda bisa baca daftarnya disini: Daftar Perusahaan yang Rutin Membagi Dividen.

Apakah dividen pasti anda dapatkan kalau anda membeli saham?

Tidak. Anda hanya akan mendapatkan dividen jika anda memiliki saham perusahaan sampai tanggal cum date (anda bisa baca lagi poin: Tata cara mendapatkan dividen). Selain itu, anda hanya akan dapat dividen kalau perusahaan tersebut membagikan dividen.

Apa itu Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio?

Anda bisa baca disini penjelasan dan kegunaan dividen yield dan dividend payout ratio.: Kegunaan dan Cara Menghitung Dividend Payout Ratio dan Kegunaan dan Cara Menghitung Dividend Yield.

Itulah penjelasan tentang dividen, termasuk tata cara mendapatkan dividen dan pembayaran dividen yang akan anda terima. Kalau anda seorang investor saham, peran dividen ini sangat penting untuk menambah pasif income anda. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.