Chaos Theory dalam Trading

Chaos Theory dalam Trading

Pernahkah anda mendengar istilah 'chaos theory'? Kalau anda seorang trader saham atau forex, istilah ini mungkin sudah sering anda dengar. Tetapi banyak juga rekan2 trader yang belum mengetahui tentang chaos theory. Oleh karena itu, kita coba bahas bersama di pos ini. 

Chaos Theory (trading) diungkapkan pertama kali oleh Bill William. Beliau mengatakan bahwa trader bisa mencetak profit apabila memahami pergerakan pasar yang terjadi secara acak. Dengan kata lain, profit dalam trading itu ditentukan oleh psikologi manusia (trader). 

Bill William mengemukakan bahwa analisis teknikal dan analisis fundamental bukanlah satu-satunya ukuran untuk menjamin profit konsisten karena analisa2 tersebut "tidak" melihat keadaan sebenarnya dari market. 

"Jadi apakah analisis teknikal dan fundamental itu tidak berguna Pak Heze?" Tanya anda

Bukan, tidak begitu... 

Kedua analisa tetap menjadi analisa utama sebelum anda memutuskan untuk beli saham, entah anda mau trading atau investasi. Kita juga sering mendengar istilah: "Harga saham akan kembali lagi ke faktor fundamentalnya."

Dan ini sudah banyak buktinya. Anda bisa perhatikan saham2 yang fundamentalnya jelek, perusahaannya sering rugi, tapi harga sahamnya bisa naik terus. Perhatikan pergerakannya dalam jangka panjang. Maka saham2 seperti itu harganya dalam jangka panjang ujung2nya akan turun lagi dan bahkan kembali ke harga gocap. 

Selain itu, chart yang terbentuk di suatu saham itu sebenarnya juga menggambarkan cerminan psikologis market. Jadi jangan salah beranggapan bahwa analisis teknikal ataupun fundamental itu tidaklah penting. 

Namun, di dalam trading dan investasi, anda juga perlu memperhatikan bagaimana pergerakan dan struktur market yang terjadi saat itu. Anda tidak bisa mengandalkan 100% indikator untuk membeli saham. 

Misalnya indikator saham RSI memberikan sinyal buy /naik. Maka bukan berarti anda harus langsung percaya dengan sinyal indikator yang dihasilkan tersebut. Karena dalam banyak praktik trading, trader yang percaya 100% pada indikator ujung2nya sering tertipu dengan sinyal palsu. 

Struktur atau dimensi pasar bisa anda pelajari melalaui beberapa analisa berikut: 

- Chart pattern. Chart pattern juga pernah saya bahas disini: Belajar Chart Pattern & Praktik Trading.
- Fractals
- Alligator 
- Acceleration / Deccelaration Oscillator 

Sebagai contoh, kalau anda menemukan indikator yang menghasilkan sinyal beli. Anda harus pelajari pergerakan kondisi market saat itu juga. Kalau market (IHSG) lagi turun, atau saham tersebut sedang dalam fase downtrend dan belum menunjukkan pola2 rebound, maka jangan mengikuti 'apa kata indikator'. 

Kondisi struktur dan pola saham juga mempengaruhi. Sebagai contoh, pergerakan saham2 gorengan. Sinyal analisis teknikal mungkin akan sering salah ketika memprediksi pergerakan saham2 gorengan, karena struktur pola saham gorengan sedikit berbeda dengan saham2 likuid yang memiliki pola yang lebih jelas. 

Sehingga, struktur dan psikologis pelaku pasar di tiap (tipe) saham bisa jadi berbeda-beda juga. 

Jadi, dengan mengkombinasikan keduanya, anda bisa mencetak profit yang lebih baik, ketimbang anda hanya percaya 100% pada indikator teknikal. 

Sebenarnya chaos theory ini bisa kita bahas dan kembangkan jauh lebih luas. Tapi paling tidak di pos ini, saya sudah paparkan chaos theory secara sederhana yang bisa anda terapkan langsung baik untuk trading maupun investasi. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Akibat Jika Trader Tidak Mau Cut Loss

Akibat Jika Trader Tidak Mau Cut Loss

Kalau anda pembaca setia web Saham Gain, anda barangkali sudah membaca pos: Jangan Terburu Melakukan Cut Loss. Di pos tersebut, saya menyarankan pada trader untuk tidak tergesa melakukan cut loss, karena cut loss yang dilakukan terlalu cepat bisa membuat anda menyesal (harga kemungkinan besar akan berbalik naik lagi). Saya bisa menebak pikiran pembaca disini kalau baca pos saya:

"Oh berarti cut loss itu tidak perlu. Toh harga saham kan ujung2nya akan kembali lagi setelah turun" Pikir anda. 

Harga saham akan kembali setelah turun. Pernyataan tersebut benar. Artinya, anda tidak perlu terburu melakukan cut loss. Tapi kalau anda berpikir cut loss itu tidak perlu, itu yang sangat dan sangat salah. Sudah banyak kasus dimana trader akhirnya harus pasrah, berharap, dan hanya bisa berimajinasi harga sahamnya akan kembali. 

Saham SIAP misalnya. Ketika tahun 2014, SIAP naik dari harga 120 ke 451, banyak trader yang kemudian mulai berminat beli saham ini. Dan anda tahu sendiri, SIAP bukanlah saham yang fundamentalnya bagus, dan memiliki track record yang cukup jelek. Sehingga, dengan cepat harga sahamnya anjlok sampai ke harga 80 per lembar.

Banyak trader yang nyangkut di harga 280-an, dan sampai saat ini sahamnya sudah tidak pernah diperdagangkan sama sekali. Contoh lainnya saham BUMI. Tahun 2008 harga sahamnya pernah mencapai 8.000. Banyak rekan2 trader yang sampai saat ini masih pegang harga sahamnya di harga 6.000- 8.000. Saat ini harga sahamnya mulai bergerak namun masih di harga 290 per lembar (tahun 2016, artinya sudah 8 tahun). 

Jadi Bung Heze, saham2 tidur itu apakah bisa kembali lagi ke harga semula? Tanya anda

Yang namanya kemungkinan akan selalu ada. BUMI yang dahulu menjadi saham gocap, saat ini sudah bergerak sampai harga 290. Tapi, kalau trader nyangkut di harga 6.000, mau sampai berapa lama menunggu? Jadi semua kembali lagi, anda sudah tahu sendiri akibat jika trader tidak mau cut loss. Modal anda akan 'terpenjara' dan anda tidak bisa menggunakannya untuk APAPUN, kecuali berharap harga saham akan naik kembali. 

Itulah kenapa saya selalu menekankan pada anda, agar selalu memproteksi modal dengan cut loss. Namun mengapa trader sulit dan tidak mau melakukan cut loss?   

Karena secara psikologis, (cut) loss berarti rugi. Trader (anda dan saya) pasti tidak menyukai yang namanya rugi. Rugi adalah hal yang selalu dihindari oleh trader. Namun, dalam trading anda sangat mungkin salah. Kenapa kok mungkin salah? Karena ketika anda membeli dan menjual saham, semua berdasarkan pada ilmu analisis yang sifatnya prediksi dan bukan ilmu pasti. Maka dari itu, kalau anda sudah salah, anda harus batasi kerugian tersebut. Ilmu analisis bisa berjalan dengan baik apabila anda terus berlatih. 

Cut loss adalah tindakan proteksi modal. Kalau anda tidak proteksi modal, modal anda akan terus tergerus jika harga saham turun. Kalau harga saham turun terus sampai gocap, anda tidak akan bisa jual sahamnya, kecuali menunggu harganya naik lagi atau jual di pasar nego (itupun kalau ada yang berminat). 

Satu hal lagi yang ingin saya utarakan di pos ini, proteksi harus anda lakukan lebih ketat jika anda bermain di saham2 gorengan. Banyak sekali trader yang tidak mau cut loss di saham gorengan. Akhirnya, nasib mereka nyangkut seperti di saham SIAP, ELTY, UNSP dan lain2, yang harganya sudah mencapai Rp50 per lembar. 

Jadi kalau anda bertanya: "Mengapa harus cut loss?" Pos ini menjawab pertanyaan anda.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Belajar Saham: Kapan Waktu Tepat Investasi Saham?

Belajar Saham: Kapan Waktu Tepat Investasi Saham?

Banyak yang mengatakan bahwa investasi saham dimulai ketika sudah punya modal. Tapi kalau anda dan saya ingin lebih kritis dalam investasi saham, maka kita semua tahu bahwa investasi saham itu bukan hanya bicara soal modal / uang.

Faktanya, banyak investor saham yang mengeluhkan investasi saham jangka panjang justru rugi. Saya juga sering membaca pendapat2 investor yang memiliki stigma negatif tentang nabung saham, karena tidak sedikit investor yang nabung saham berujung pada penurunan saham yang berangsur. 

Oleh karena itu, kalau anda ingin memutuskan investasi saham, anda juga harus melakukan investasi di waktu yang lebih tepat. Artinya, jangan sekedar investasi ketika sudah ada duit, tetapi anda harus mempertimbangkan juga analisis-analisis penting di pasar saham. 

Untuk menjawab kapan waktu yang tepat investasi saham, anda bisa mempertimbangkan beberapa hal berikut: 

1. Kondisi pasar saham 

Lesu tidaknya kondisi market. Tren IHSG yang terjadi saat itu, akan sangat mempengaruhi bagus tidaknya anda masuk market (investasi). Kondisi market juga dapat anda pertimbangkan apakah anda akan membeli saham dalam jumlah besar, atau membeli saham sedikit, atau bahkan tidak membeli saham sama sekali. 

Ketika tren market sedang bearish, anda bisa mempertimbangkan untuk menginvestasikan saham dengan jumlah yang sedikit. Jika anda beranggapan bahwa market masih belum mendukung, anda juga bisa memutuskan untuk tidak membeli saham, meskipun mungkin saat itu anda sudah ada modal.

Sehingga, ketika market masih bearish, anda masih punya modal untuk membeli saham di harga yang murah. Saatnya kondisi market mulai bagus, anda tinggal panen hasilnya. 

Hal ini juga berlaku ketika anda nabung saham. Nabung saham hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi market, kondisi harga saham saat itu. 

Di pos berikut: Nabung Saham, Kok Tambah Rugi? Saya juga sudah menuliskan bahwa salah satu faktor rugi dalam nabung saham adalah investor membeli saham tanpa pertimangan2 yang matang alias hanya asal setor modal. 

2. Fundamental perusahaan 

Investasi saham harus dilakukan dengan mempertimbangkan fundamental perusahaan. Belilah saham yang perusahaannya memiliki fundamental yang baik. Selain itu, anda juga harus memperhatikan valuasi saham. 

Apabila valuasi saham sudah terlalu tinggi (dan harga sahamnya juga sudah sulit untuk naik), anda bisa mempertimbangkan untuk menunggu harga saham turun / diskon. Baca juga salah satu analisis valuasi saham disini: Price Earning Ratio (PER) Saham. 

Kalau anda belum menemukan saham-saham yang fundamentalnya ada baiknya anda tidak terburu melakukan investasi. Banyak pemula yang masih dalam tahap belajar, dan belum menemukan saham untuk investasi, investor pemula langsung investasi dengan cara mengikuti saran 'para pakar'. 

Cara-cara seperti inilah yang pada akhirnya membuat investor saham rugi dalam investasi, karena membeli saham di saat yang tidak tepat, dan tidak memperhatikan fundamental sebelum membeli.

Jadi dua hal itulah yang perlu anda perhatikan dan analisis sebelum anda memutuskan untuk investasi: Kondisi market saat itu dan fundamental & valuasi saham. 

INVESTASI SAHAM = JANGKA PANJANG, BUKAN JANGKA PENDEK

Ingatlah juga bahwa orientasi anda investasi saham adalah untuk jangka panjang. Nah, kalau saham anda masih turun dalam jangka pendek (misalnya 1-2 bulan), maka anda nggak perlu ambil pusing selama fundamental perusahaan baik, dan anda membeli dengan analisa-analisa itu tadi (bukan hanya asal membeli saat ada modal). 

Investasi saham itu ibarat anda panen keuntungan dalam jangka panjang (diatas 1 tahun). Jadi  anda nggak usah peduli dengan naik-turunnya harga saham jangka pendek. Anda tetap fokus pada fundamental jangka panjang dan jangan panic selling ketika market masih belum bergerak bullish. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Website Saham Indonesia: Trading & Investasi

Website Saham Indonesia: Trading & Investasi

Jika anda ingin belajar saham, dan mendapatkan pemahaman2 tentang ilmu trading & investasi saham yang bisa anda praktikkan untuk mendapatkan profit, maka anda yang membaca web Sahamgain.com ini, anda sudah berada di tempat yang tepat. 

Yup, sejak berdirinya web Saham Gain ini, saya ingin membuat website belajar saham yang paling lengkap, yang bisa menjadi panduan belajar saham mandiri untuk semua level trader & investor mulai pemula, intermediate, dan expert. 

Web ini saya bentuk sekaligus sebagai panduan supaya para trader tidak terjebak dengan pemikiran2 yang salah di dalam trading saham. Karena di pasar saham ada banyak jebakan, sehingga anda harus bisa membedakan keputusan trading yang benar dan tidak, serta menjadi trader yang mandiri.  

Oleh karena itu, saya sering memberikan ulasan2 tentang pengalaman2 trading, bukan hanya sekedar "contekan" saham apa yang bagus untuk dibeli. 

Banyak media-media pembeajaran di web ini yang bisa anda untuk praktik trading. Anda bisa mempraktikkan strategi2 trading melalui Ebook Saham yang lebih lengkap, praktikal dan masuk pada strategi langsung mmeilih saham. Berikut ebook-ebook saham yang bisa anda gunakan untuk mencari saham bagus secara mandiri: 



Dengan adanya ebook2 tersebut, diharapkan anda bisa mencari saham2 bagus sesuai dengan strategi yang benar, simpel dan mudah dipraktikkan tanpa harus tergantung dari orang lain. 
Selain ebook saham, anda bisa mempelajari tulisan2 yang ada di web Saham Gain. Ada banyak ulasan2 belajar saham yang saya berikan secara lengkap. Ulasan2 saham dan pemahaman2 belajar saham ini, saya buat selengkap mungkin sebagai website belajar saham Indonesia yang paling lengkap. 

Anda bisa mencari materi2 belajar saham di web ini yang sesuai dengan kebutuhan anda. Anda bisa mencari melalui label di menu kanan bawah web ini. Dan semua tulisan2 di web Saham Gain bisa anda akses secara free. Berikut tampilannya: 

Belajar saham
Untuk anda yang ingin memulai belajar saham namun anda sama sekali belum tahu caranya dan anda belum buka akun di kantor sekuritas, anda bisa download free ebook untuk pemula

Anda bisa donwload disini (33 halaman): Ebook Gratis Panduan Membeli Saham Bagi Pemula. Pada ebook tersebut, anda akan mendapatkan langkah2 cara memulai belajar saham dan membuka akun di kantor sekuritas saham. 

Selain itu, anda yang ingin belajar pergerakan saham2 spesifik, anda juga bisa mempelajari ulasan2 saham yang sering saya berikan secara free di halaman ini: Watchlist Saham Harian. 

Harapannya, para trader di pasar saham Indonesia bisa trading saham dengan cara yang tepat dan tidak terjebak dalam kerugian dan kesalahan2 yang sama. Semoga web ini bermanfaat untuk semua rekan trader yang ingin mencari materi2 lengkap belajar saham. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Intraday Trading: Profit dari Trading Harian

Intraday Trading: Profit dari Trading Harian

Strategi intraday trading saham alias trading harian adalah strategi trading yang cocok untuk anda terapkan bagi anda yang ingin meraup untung di saham dalam jangka pendek (harian). 

Jadi untuk anda tipikal trader yang tidak suka hold saham terlalu lama, dan ingin merealisasikan profit dalam waktu yang lebih singkat dengan mencari saham2 yang punya potensi naik cepat, maka strategi intraday bisa anda praktikkan dalam trading. Baca juga Teknik Beli Saham Pagi Jual Sore Hari - Trading Cepat. 

Anda bisa pelajari strategi2 dan praktik mencari saham bagus yang mudah naik untuk intraday trading disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham (357 halaman).

Namun tentu saja, intraday trading juga harus dilakukan dengan cara yang benar. Selama ini, banyak intraday trader yang cenderung gambling dan asal memilih saham hanya karena ingin dapat untung cepat di saham. Seorang intraday trader harus mempraktikkan hal2 berikut dalam trading: 

1. Memilih saham yang baik untuk trading harian 

Walaupun untuk jangka pendek, anda harus memilih saham2 yang baik untuk ditradingkan. Justru karena anda mengincar profit jangka pendek, maka anda harus memilih saham2 yang punya potensi naik dan risikonya cenderung kecil untuk trader. Baca juga: Strategi Profit Trading Saham Harian.

Dalam intraday trading, pilihlah saham2 yang mudah naik dalam jangka pendek, dan pilihlah saham2 yang risikonya cenderung rendah untuk trader. Tujuannya, supaya anda bisa mendapatkan profit yang lebih stabil / konsisten. 

Pemilihan saham yang benar dalam intraday trading akan membuat trading anda jauh lebih terarah, sehingga anda juga bisa mengambil keputusan trading dengan benar.

2. Gunakan analisis teknikal dan analisa tape reading

Intraday trading harus dilakukan menggunakan analisis teknikal. Selama ini, banyak anggapan bahwa trading harian hanya menggunakan feeling dan mengikuti bandar. Anggapan ini sama sekali tidak tepat, karena dengan cara trading demikian, hal ini sama saja dengan gambling. 

Oleh karena itu, pertimbangan analisa teknikal sebelum membeli saham harus anda perhatikan. Satu hal lagi,  analisis intraday trading juga bagus dikombinasikan dengan analisis bid offer / tape reading. 

Hal ini berguna untuk melihat kecenderungan arah saham dalam jangka pendek, dan melihat minat pasar terhadap saham tersebut. Anda bisa baca tentang tape reading disini: Teknik dan Analisa Tape Reading Saham.

3. Manajemen modal trading harian

Manajemen modal harus selalu anda perhatikan dan kelola dalam intraday trading, karena semakin banyak frekuensi trading anda, anda harus bisa mengelola modal anda, supaya anda tidak ketagihan trading. 

Saat trading harian, jangan sampai overtrading. Anda cukup lakukan 1-2 trading harian. Kalau di hari tersebut anda sudah profit, ada baiknya anda berhenti trading, dan baru lakukan trading keesokan harinya. 

Dalam trading harian, anda juga harus menyisakan modal anda di cash balance. Jangan mentradingkan semua modal anda untuk intraday. Anda juga bisa mempertimbangkan diversifikasi beberapa strategi trading, misalnya intraday dan swing trading. Baca juga: Kombinasi Trading Cepat & Swing Trading. 

Untuk intraday trading terapkan tiga hal itu tadi untuk bisa mendapatkan profit: Memilih saham & momentum yang benar, analisis teknikal + tape reading dan manajemen modal trading.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Target Take Profit Saham Ideal

Target Take Profit Saham Ideal

Beberapa waktu lalu, saya sempat menulis pos tentang strategi merubah target take profit saham. Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Merubah Target take Profit dan Cut Loss Saham. Memang dalam trading anda harus memiliki target yang jelas. Salah satunya, setelah anda membeli saham, anda harus tahu anda mau jual di harga berapa. Itulah pentingnya trading plan dalam trading. 

Setelah saya menulis pos tersebut, ada rekan trader yang bertanya melalui email: "Bung Heze, berapa target take profit ideal yang hendaknya kita tetapkan? Apakah saya harus menjual saham saat naik 5%. Atau saya menetapkan target ideal saat saham sudah naik 10%, atau berapa target take profit ideal menurut Bung Heze?"  

Saya tidak pernah bosan mengatakan pada anda bahwa dalam trading saham, anda harus menjadi trader yang fleksibel yang bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan dan dinamika harga saham.

Jadi sebenarnya (karena anda harus fleksibel), maka boleh saya katakan bahwa target take profit yang ideal ditentukan oleh anda sendiri. Tidak ada ukuran take profit yang absolut. 

Secara umum, memang target take profit untuk tiap-tiap jenis trader adalah sebagai berikut: 

Scalping trader. Target take profit adalah sekitar 5-10% dalam beberapa menit. Hal ini karena scalper cenderung mengincar profit yang besar dalam jangka pendek, maka trader disarankan untuk mencari saham-saham yang bisa naik cepat dalam menitan (biasanya adalah saham2 lapis tiga).  

Intraday trader. Target take profit intraday trader adalah 1-3% dalam jangka waktu harian- dua hari. Intraday trader hendaknya mengincar saham-saham yang risikonya rendah dengan membeli saham2 yang likuid dan mudah naik dalam 1 hari. Baca juga: Strategi Mencari Saham Bagus untuk Trading Harian. 

Trader dibawah satu minggu. Trader ini bisa mengincar profit hingga 5% dari trading jangka pendek. Target profit ini bisa anda tetapkan lebih tinggi dibandingkan intraday trader. 

Swing trader. Swing trader bisa menetapkan target take profit 5-20% dalam jangka waktu mingguan sampai sebulan. 

Pada umumnya, target-target profit ini sering menjadi patokan trader. Sebagai contoh, saya sering menemukan banyak swing trader yang mengincar keuntungan 10% untuk jangka waktu sebulan. Jadi kalau saham belum naik 10%, maka trader tidak menjual sahamnya. Boleh saja.

Namun target-target seperti ini bukan berarti adalah target take profit yang absout untuk anda. Menentukan target take profit ideal harus ergantung dari sudut pandang anda sebagai seorang analis untuk anda sendiri. 

Anda boleh saja menetapkan take profit untuk scalping trading "hanya" 2-3% dari harga beli anda. Atau anda bisa menetapkan profit 4% untuk intraday trading. Anda bisa menetapkan profit diatas 20% untuk swing trading. 

Target take profit yang ideal hanya anda yang menentukannya sendiri, karena semua itu bergantung dari pengalaman trading yang anda jalankandi pasar saham. 

Jadi kalau ada trader yang bertanya: "Pak Heze kenapa terkadang menemukan swing trader cuma incar untung 4%? Swing trader kan harusnya incar untung yang lebih besar?"

Maka saya pribadi tidak bisa menyalahkan target tersebut, karena setiap trader memiliki pertimbangan kenapa menjual saham dengan target 4%, atau bahkan lebih tinggi dari itu. 

Kalau ada trader yang mengatakan bahwa anda harus take profit sebanyak 5% dari harga jual anda. Anda harus tunggu saham anda naik 10%, maka cara ini bukanlah cara yang benar dalam trading. Hal ini hanya akan membuat anda terpaku pada suatu target, di mana target tersebut belum tentu sesuai dengan karakter trading anda. 

Mulai sekarang, ciptakanlah target take profit yang ideal untuk anda sendiri. Anda tidak perlu menetapkan target yang terlalu kaku, terlalu baku dan absolut. Dengan mengalami trading dan belajar saham secara terus-menerus, anda akan tahu sendiri target take profit yang ideal untuk anda. 

Anda tidak perlu memaksakan melakukan take profit di harga yang terlalu tinggi (yang menjadi anggapan ideal kebanyakan orang), kalau memang anda belum bisa melakukannya dan anda masih dalam tahap belajar. 

Belajar saham harus dilakukan dengan perlahan, dan anda harus menikmati setiap proses dari trading yang anda lakukan. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Trading di Saham Gorengan

Trading di Saham Gorengan

Di pasar saham Indonesia, kita mengenal banyak jenis saham: Saham blue chip, saham middle cap (saham lapis dua), saham-saham small cap. Mayoritas saham small cap banyak yang masuk dalam saham gorengan. 

Kalau anda ingin mengetahui ciri2 saham gorengan, anda bisa baca kembali tulisan saya disini: Kenali Ciri-ciri Saham Gorengan di Indonesia. 

Saham blue chip merupakan saham2 perusahaan yang memiliki kinerja mapan, mayoritas sahamnya punya pergerakan harga yang stabil dan likuid. Sedangkan saham2 lapis dua biasanya adalah perusahaan2 yang sedang bertumbuh, dan perusahaan2 yang sudah merupakan "pemain lama" di Bursa, namun dari segi size, masih kalah dengan blue chip. 

Sedangkan saham gorengan adalah saham2 perusahaan yang kinerjanya kurang baik, kapitalisasi pasar kecil. Sehingga, harga sahamnya mudah dipermainkan pergerakannya oleh bandar alias banyak di pom-pom. 

Saham2 yang punya pergerakan baik dan likuid, harga sahamnya akan cenderung lebih mudah naik dan rebound. Saham2 tersebut juga memiliki pola2 yang lebih mudah dianalisa dengan analisis teknikal. 

Sebaliknya, saham2 gorengan karena banyak di pom-pom bandar, dan likuiditasnya sangat kecil, maka saham2 gorengan tidak memiliki pola chart yang bisa dianalisa dengan baik, serta pergerakan harganya hanya bisa ditebak oleh bandar. 

POLA SAHAM GORENGAN 

Saham gorengan bisa naik puluhan persen dalam waktu beberapa menit saja. Tapi sebaliknya, saham gorengan juga bisa jatuh 20% lebih hanya dalam hitungan menit. 

Saham yang digoreng bandar, karena saham tersebut memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, dan likuiditasnya rendah. Logikanya, kalau saham tersebut memang sangat baik secara fundamental, maka pasti saham tersebut lebih banyak diincar dan dibeli trader. 

Oleh karena itu, tidak jarang bandar memanfaatkan rumor atau berita2 tertentu untuk menggoreng / menaikkan harga sahamnya, dengan tujuan menciptakan kesan seolah-olah sahamnya bagus buat trading, likuid dan bisa memberikan profit yang besar. 

Ada banyak sekali contohnya. Misalnya saham MPMX berikut: 

Saham gorengan
Saham MPMX harganya di pom-pom (tanda persegi), ketika ada pengumuman laba bersih yang naik 798% dan MPMX akan mengumumkan pembagian dividen yang besar. Kita juga sudah pernah bahas disini: Analisa Saham MPMX dan Dividend Trap.

Namun setelah informasi dividen berakhir, MPMX harganya langsung dijatuhkan bandar (tanda lingkaran), dan MPMX tidak kembali lagi ke harga sebelum di pom-pom. 

Ini adalah salah satu contoh cara bandar menggoreng saham-saham yang tidak likuid, dengan memanfaatkan berita untuk pom-pom suatu saham untuk menciptakan kesan seolah harga saham dan fundamental perusahaan mulai bagus. Padahal disitulah bandar hanya menjebak trader ritel. 

SAHAM GORENGAN YANG MENGUNTUNGKAN? 

Apakah ada saham gorengan yang menguntungkan? 

Pasti ada, dan saya yakin kalau anda punya pengalaman trading di saham gorengan, anda pasti pernah menemukan beberapa saham gorengan yang bisa memberikan profit berkali-kali dalam jangka pendek. 

Tapi berdasarkan pengalaman saya, tidak ada saham gorengan yang pergerakannya bisa ditradingkan terus untuk jangka panjang. 

Banyak saham gorengan yang awalnya punya pergerakan bagus, namun setelah bandar sudah 'cabut' dari sahamnya, harga sahamnya tidak bergerak dan hanya sideways di harga support-nya. 

Hal ini beda dengan misalnya, saham2 blue chip atau saham second liner yang punya pergerakan harga bagus, sehingga bisa ditradingkan terus selama bertahun-tahun. 

Sekarang kita sudah tahu kalau saham gorengan itu high risk, meskipun tampaknya menggiurkan karena harganya bisa naik cepat. 

Kalau anda sudah nyangkut di saham gorengan, anda harus pertimbangkan untuk cut loss dan evaluasi trading anda. Maka dari itu, jika anda trading saham gorengan, saran saya: 
  • Disiplin dalam take profit dan cut loss 
  • Jangan beli saham gorengan karena ikut-ikutan
  • Jangan mudah percaya dengan saham gorengan yang katanya bagus di grup2 saham
  • Tradinglah dengan modal kecil (maksimal 10% modal anda)
  • Jika saham gorengan sudah tidak sebagus dulu, tinggalkan sahamnya


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Merubah Target Take Profit dan Cut Loss Trading

Merubah Target Take Profit dan Cut Loss Trading

Pada saat membeli saham, anda harus menentukan anda mau jual saham di harga berapa alias take profit. Selain itu, menentukan titik cut loss juga diperlukan dalam beberapa kasus tertentu. Saya pernah ulas tulisannya disini: Saham Turun: Pilih Hold atau Cut Loss? 

Jadi katakanlah anda beli saham MYOR di harga 2.500. Setelah beli MYOR anda menentukan take profit (TP) di harga 2.600. Namun beberapa saat kemudian, setelah anda melihat pergerakan MYOR yang naiknya cukup tinggi, anda memutuskan untuk menjual MYOR di 2.650. Ini artinya anda sudah merubah target take profit yang anda tetapkan sebelumnya.  

Dalam trading anda harus punya target mau jual saham di harga berapa setelah anda beli. Jangan sampai anda tidak punya target jual, dan akhirnya anda menjual saham anda di harga random. Ini berbahaya untuk trading anda. 

Sekali dua kali, mungkin bisa memperoleh profit dari jual saham di harga random ini. Tapi kalau market sedang bergejolak, anda mungkin akan bingung memutuskan jual saham di harga tertentu, apalagi kalau saham anda tiba-tiba mengalami penurunan drastis (karena market lagi jelek), dan anda nggak punya plan apapun. 

Pertanyaan selanjutnya: Bolehkah trader mengubah target take profit (TP) dan cut loss (CL) yang sudah ditetapkan sebelumnya? Apakah hal ini berarti trader melanggar trading plan yang sudah ditetapkannya sendiri? 

Beberapa trader pernah bertanya pada saya tentang merubah target take profit dan cut loss ini. Maka dari itu, saya akan membahasnya di pos ini. 

Apakah boleh merubah target TP dan CL? Saya jawab: Boleh-boleh saja anda merubah target take profit maupun cut loss yang sudah anda tetapkan sebelumnya. Alasannya? 

Dalam trading saham, anda harus memiliki tingkat fleksibilitas. Anda tidak boleh kaku atau terpaku pada satu target tertentu. Karena harga saham terus bergerak, sehingga anda juga harus luwes dalam melihat setiap pergerakan dan peluang trading yang ada. 

Kondisi IHSG terus bergerak, dan anda tidak akan tahu apa yang terjadi pada IHSG keesokan harinya. Misalnya anda membeli saham BMRI di harga 7.000. Lalu anda menetapkan jual BMRI di 7.300. Setelah itu, benar saja BMRI naik sampai ke 7.200. 

Namun tidak lama kemudian, ada sentimen negatif yang membuat mayoritas saham jatuh. BMRI yang awalnya sudah naik ke 7.200, mengalami perubahan tren yang signifikan, dan harganya turun ke 7.100. Anda kemudian berpikir untuk menjual dahulu di 7.100 (anda sudah profit), untuk membeli lagi di harga bottom. Boleh saja anda melakukan hal tersebut. 

Dari sini kita bisa simpulkan bahwa merubah target take profit dan cut loss diperbolehkan apabila.... Anda sudah melakukan analisa dan anda memiliki pertimbangan / alasan yang kuat mengapa anda mau merubah target-target trading yang sudah anda tetapkan sebelumnya. 

Anda harus tahu alasan mengapa anda merubah target take profit maupun cut loss yang sudah anda tetapkan sebelumnya dalam trading plan. Nah, semakin pengalaman anda dalam trading, anda akan semakin mengetahui kapan anda harus merubah / merevisi target anda, atau kapan anda tidak perlu merubah target. Baca juga: Panduan Cara Menyusun Trading Plan Saham.   

Banyak trader yang merubah target tradingnya hanya karena mereka terbawa 'arus' emosional, dan mengikuti saran-saran dari luar yang belum tentu benar.  

Cara inilah yang tidak saya sarankan. Setiap keputusan trading yang anda lakukan baik menentukan maupun merubah target yang sudah anda tetapkan sebelumnya dalam trading plan, harus didasarkan atas 100% analisa subjektif yang anda lakukan sendiri. 

Beberapa dari anda yang kritis kemudian bertanya lagi: "Tapi kan Pak Heze, di saham ada prinsip let your profit run, buat apa tentukan jual saham di harga berapa kalau sahamnya masih naik terus?" 

Prinsip trading plan adalah: Anda harus punya target mau jual saham di harga berapa. Artinya, setelah anda beli saham, anda harus tahu apa yang anda lakukan dengan saham anda. Jangan sampai (seperti yang saya tuliskan sebelumnya), anda menjual saham di harga random. Masalah anda mau menaikkan target take profit anda, itu adalah keputusan anda dan hasil analisa anda.

Pergerakan dan dinamika market yang cenderung berubah dengan cepat membuat cara trading anda harus fleksibel. Walaupun merubah target dalam trading bukanlah syarat yang mutlak, namun terkadang justru anda perlu merubah target2 yang sudah anda tetapkan sebelumnya berdasarkan pada perubahan kondisi market dan saham yang anda beli.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi Full Time Trader

Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi Full Time Trader

Saya sering menjumpai pertanyaan beberapa pembaca web Saham Gain tentang full time trader. Beberapa pertanyaan serupa yang sering saya jumpai adalah terkait berapa besarnya modal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang full time trader / trader purna waktu. 

Memang seorang full time trader harus memiliki modal yang cukup besar. Umumnya, modal yang dimiliki full time trader (FTT) cenderung lebih besar ketimbang trader yang menjadikan trading untuk penghasilan tambahan. 

Kalau anda sering baca-baca artikel tentang saham, anda mungkin banyak mendegar saran yang mengatakan bahwa untuk menjadi FTT minimal modal yang dibutuhkan adalah Rp100 juta, Rp500 juta, Rp300 juta., Rp 1 miliar dan lain2 Tapi saya pribadi tidak bisa mengatakan demikian. 

Untuk menjadi full time trader, anda harus memahami rasio kebutuhan / pengeluaran anda dibandingkan dengan berapa persen profit yang bisa anda dapatkan dalam sebulan.  

Jadi langkah pertama untuk menjadi seorang full time trader adalah anda harus bisa memperoleh profit konsisten saat anda menjadi trader paruh waktu. Nah, kalau anda belum bisa dapat profit konsisten, atau setidaknya anda belum tahu bagaimana caranya menekan kerugian, jangan pernah nekad menjadi full time trader. 

Kalau anda sudah bisa mendapat profit konsisten dan profit konsisten tersebut bisa menghidupi anda, dan anda masih bisa menabung setelah dikurangi dengan pengeluaran2 anda, barulah anda bisa menjadi full time trader. 

Jadi dengan asumsi modal Rp100 juta dan anda bisa menghasilkan profit per bulan sebesar 8% alias Rp8 juta per bulan. Pertanyaannya: Apakah dengan penghasilan Rp8 juta per bulan sudah cukup untuk menghidupi anda, dengan asumsi anda tidak memiliki penghasilan lain?

Hanya anda yang bisa menjawabnya, karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Yang perlu anda ingat adalah: Besar kecilnya modal bukanlah ukuran kesuksesan seorang full time trader dalam mendapatkan profit. 

Jadi bukan berarti dengan modal 1 miliar anda pasti lebih menghasilkan profit ketimbang full time trader dengan modal Rp300 juta dan juga sebaliknya. Semakin besar modal yang anda gunakan, semakin besar juga "tanggungan" psikologis. 

So, modal yang dibutuhkan untuk menjadi full time trader, bukanlah modal Rp500 juta, modal Rp1 miliar, modal 2 miliar, tetapi besarnya modal untuk menjadi full time trader harus dimulai dari kemampuan anda untuk mencetak profit konsisten, dan apakah profit yang anda dapatkan bisa menghidupi dan mencukupi kebutuhan anda sehari-hari, termasuk anda bisa menabung dari hasil profit tersebut. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Logis dan Rasionalitas Membeli Saham

Cara Logis dan Rasionalitas Membeli Saham

Dalam trading saham, anda pasti akan menghadapi berbagai macam pergerakan harga di saham yang sangat fluktuatif. Maka dari itu, dalam membeli saham anda harus mampu menggunakan akal sehat (logis) dan rasionalitas. Disamping analisa teknikal, sifat rasionalitas inilah yang bisa mengarahkan anda untuk mendapat profit di pasar saham. 

Pertanyaannya: Bagaimana cara agar trader bisa logis dan rasional dalam mengambil keputusan trading?

Cara logis dan rasionalitas dalam membeli saham dilakukan dengan FOKUS pada portofolio anda. Apa maksudnya fokus? Fokus yang saya maksud adalah jangan mudah terpengaruh dengan saham2 yang sedang naik, bahkan yang sudah naik drastis. 

Anda boleh mengamati dan mencari tahu kenapa saham2 di sektor tertentu harganya sedang naik banyak pada saat itu, tetapi anda tetap harus fokus pada apa yang sudah anda rencanakan sebelumnya (baca: Fokus pada trading plan). Untuk memudahkannya, saya kasih contoh: 

Setelah melakukan analisis teknikal, Pak Untung memutuskan membeli saham  BBCA, DOID, ADRO, SSIA. Saham2 tersebut setelah dibeli ternyata masih belum naik. Di saat yang hampir bersamaan, saham ELSA dan ASRI naik sangat kencang. 

Kemudian Pak Untung langsung menjual saham-sahamnya dan memindahkan modalnya ke ELSA dan ASRI. Sesaat kemudian, ternyata ELSA dan ASRI harganya mulai bergerak turun dan tidak naik lagi sesuai dengan harapan Pak Untung. Dengan kata lain, Pak Untung membeli saham ASRI dan ELSA di harga tertinggi, dan langsung turun setelah sahamnya dibeli. 

Akhirnya alih-alih mendapat profit besar dalam waktu yang lebih singkat, saham Pak Untung justru nyangkut di harga atas. 

Hal ini seringkali terjadi. Trader tidak menggunakan faktor rasionalitas dalam membeli saham dan cenderung mudah terpengaruh dengan saham2 yang sedang naik. 

Keinginan membeli saham-saham yang sudah naik tersebut tidak lepas dari keinginan trader untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu mendapat profit. Semua trader tentu trading dengan tujuan profit. Tetapi, setiap trader harus memiliki perencanaan trading yang baik. 

Kalau anda mudah terpengaruh membeli saham yang sudah naik, justru akan membahayakan anda. Saya juga sudah pernah menuliskannya disini: Waspadai Saham-saham yang Sedang Naik Drastis. 

Jadi, cara logis dan rasionalitas membeli saham adalah: Fokuslah pada saham yang sudah anda beli. Ketika anda membeli saham, pantau saham tersebut, dan tentukan batas take profit dan cut loss. Anda tidak perlu bingung dengan saham lain yang sedang naik. 

Toh, kalau di Bursa Efek ada 10 saham yang sedang naik kencang, anda nggak mungkin beli semuanya kan? Itulah yang dinamakan dengan faktor rasionalitas. Pilihlah saham yang ada dalam radar analisis anda, bukan membeli semua saham yang sudah naik. 

Sekali lagi, saya tidak mengatakan kalau anda tidak boleh memindahkan saham anda ke saham lain yang lebih potensial untuk naik. Tapi dalam trading ada yang namanya trading plan. Jadi, ketika merencanakan sesuatu anda harus berpatok pada analisis, dan bukan pada kondisi emosi. 

Pos ini tidak hanya membahas tentang bagaimana cara melakukan analisis teknikal, tetapi juga faktor psikologis. Saya juga membahas psikologis trading secara lengkap disini: Buku Saham.   


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Belajar Saham: Investasi Saham Jangka Panjang

Belajar Saham: Investasi Saham Jangka Panjang

Pada beberapa tulisan saya sebelumnya, bisa anda baca disini: Strategi & Cara Investasi Saham dan Belajar Investasi Saham untuk Pemula, kita sudah membahas tentang apa saja yang harus anda pelajari jika anda ingin memulai investasi saham. 

Jika anda sudah memahami apa saja yang perlu dipelajari dalam investasi, kini anda juga harus memahami poin-poin penting dalam investasi saham. Banyak investor saham yang masih salah persepsi dengan "investasi saham". 

Maka dari itu, kita akan bahas di pos ini. Dalam investasi saham, terdapat poin-poin penting yang harus anda pahami, yaitu sebagai berikut: 

1. Membeli saham = membeli perusahaan 

Dalam investasi saham, membeli saham berarti anda membeli (kepemilikan) perusahaan. Dengan kata lain, anda ikut menjadi bagian dari perusahaan. Tentu saja, yang anda harapkan pasti adalah profit jangka panjang. 

Dengan investasi saham, anda mengharapkan untuk bisa dapat keuntungan dari kenaikan harga saham jangka panjang, termasuk dividen itu sendiri (jika anda pengincar dividen). 

Itu artinya, belilah perusahaan yang punya kinerja sehat (laporan keuangan), dan belilah perusahaan yang anda pahami. Ketika investasi, anda harus paham produk perusahaan tersebut, anda harus paham tata kelolanya, anda harus paham apakah produk perusahaan mudah ditemui secara umum. 

Banyak investor yang tidak melakukan analisis perusahaan secara komprehensif sebelum investasi. Akhirnya investor hanya membeli saham berdasarkan analis, berdasarkan kata Si A, kata "pakar". 

Kalau anda investasi saham namun tidak tahu perusahaan apa yang anda simpan, ini ibaratnya anda membeli barang namun anda tidak tahu kegunaan barang yang anda beli. 

2. Orientasi jangka panjang, bukan jangka pendek 

Kebanyakan investor yang terburu menjual saham ketika harga sahamnya baru naik 10% dalam satu bulan. Padahal orientasi investasi saham itu adalah untuk jangka panjang (minimal 1 tahun).

Kalau saham baru naik dua minggu dan anda take profit, maka anda bukan melakukan investasi, tapi anda melakukan aktivitas trading. 

Seorang investor harus memiliki kesabaran dan tekad untuk menyimpan saham, dan tidak terburu menjual walaupun anda sudah profit diatas kertas (floating profit). 

Jika anda tidak tahan untuk menjual saham yang naik beberapa persen, maka anda harus pertimbangkan kembali, apakah anda lebih cocok menjadi investor atau trader saham.  

3. Investasi bisa dilakukan dengan membeli saham secara bertahap 

Membeli saham dengan tujuan investasi tidak harus dilakukan dengan sekali beli dengan modal besar. Investasi saham bisa dilakukan dengan modal kecil, dengan membeli secara bertahap. 

Anda bisa menerapkan praktik nabung saham untuk investasi. Baca juga tentang nabung saham yang pernah saya tulis disini: Penjelasan Cara Menabung Saham.  

Jadi untuk anda yang punya modal kecil, anda tidak perlu memaksakan menunggu duit anda banyak / kaya baru investasi. Anda bisa membeli saham bertahap. 

Poin-poin penting dalam investasi ini perlu anda terapkan jika anda ingin membeli saham untuk jangka panjang. Persepsi investasi saham yang benar, juga sangat mempengaruhi keputusan anda dalam memilih saham yang berkualitas. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Istilah Reksadana dan Cara Menghitung Return Reksadana

Istilah Reksadana dan Cara Menghitung Return Reksadana

Salah satu alternatif investasi di pasar modal selain saham dan obligasi adalah reksadana. Reksadana ini merupakan investasi yang sangat digandrungi oleh masyarakat karena risiko reksadana lebih kecil dibandingkan saham (walaupun returnnya juga berpotensi lebih kecil). 

Saya juga pernah membahas reksadana di pos ini: Investasi Reksadana dan Manfaat yang Anda Peroleh dan Investasi Reksadana Vs Investasi Saham Online, Mana yang Menguntungkan?

Di pos ini saya ingin berbagi sedikit mengenai sedikit istilah yang biasa muncul pada reksadana dan cara menghitung return reksadana berdasarkan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan Unit Penyertaan (UP). Sebelum itu, pahami dulu beberapa istilah tersebut. 

Net Asset Value (NAV) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Nilai Aktiva Bersih (NAB): Total kekayaan bersih reksadana setiap harinya. NAB didapatkan dari: 

Nilai pasar aset investasi (baik saham, pasar uang, obligasi, deposito) + kupon obligasi + dividen saha - biaya operasional untuk reksadana seperti biaya manajer investasi, biaya bank kustodian,  biaya lain2. 

NAB ini sesungguhnya menunjukkan kinerja kelolaan reksadana oleh manajer investasi. Jadi kalau manajer investasi dapat mengelola reksadananya dengan baik, NAB juga dapat meningkat. NAB tentunya juga dipengaruhi oleh pergerakan pasar itu sendiri. 

Unit Penyertaan (UP). UP menunjukkan satuan unit reksadana. Ibarat anda membeli beras, maka beras juga dijual dalam satuan kilogram. Jadi, reksadana ini juga memberi kesempatan pada pemodal untuk membeli reksadana dalam jumlah unit tertentu. 

NAB/UP. NAB per Unit Penyertaan (UP) merupakan harga wajar portofolio reksadana setelah dikurangi sejumlah biaya operasional dibagi dengan jumlah saham per unit penyertaan yang beredar / dimiliki investor saat itu. 

Perlu anda ketahui, nilai NAB/UP akan berubah-ubah setiap hari, karena dipengaruhi oleh transaksi pembelian dan penjualan reksa dana oleh investor setiap harinya harga pasar aset, perubahan dana yang dikelola oleh manajer investasi. Sudah paham sampai disini?

CARA MENGHITUNG RETURN REKSADANA

Misalkan Tono menanamkan modal sebesar Rp5 juta di Reksa Dana Seruni Pasar Uang III. NAB/UP reksa dana SPU III hari itu adalah sebesar 1.077,74. Maka total unit penyertaan Tono adalah sebesar 4.639,33 (5.000.000 / 1.077,74). 

Perlu anda ingat, total unit penyertaan yang anda miliki tidak akan pernah berubah nominalnya, kecuali kalau anda menambah modal untuk membeli reksadana yang sama. Namun seperti yang saya jelaskan sebelumnya, yang berubah nilainya setiap hari adalah NAB/UP-nya. 

Menghitung return reksadana caranya cukup mudah. Anda tinggal mengalikan nilai NAB/UP dengan Total Unit Penyertaan yang anda miliki. Untuk lebih jelasnya perhatikan simulasi transaksi Reksa Dana Seruni Pasar Uang III selama 1 bulan dibawah ini: 

(Klik gambar untuk memperbesar)

Di akhir transaksi reksadana, karena nilai reksadana Tono naik melebihi modal awalnya, Maka return reksadana Tono dalam nominal (satu bulan) adalah:

Rp5.030.898 - Rp5.000.000 = Rp30.898.

Sedangkan return reksadana Tono dalam persentase (satu bulan) adalah:

Rp5.030.898 - Rp5.000.000 / Rp5.000.000 x 100% = 0,62%.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Cara Mengelola Keuangan dengan Baik - Saham Gain

Cara Mengelola Keuangan dengan Baik - Saham Gain

Di pos kali ini saya ingin menceritakan sedikit banyak pengalaman tentang bagaimana cara mengelola keuangan dengan baikKok nggak nyambung sama saham? 

Memang sih, topik yang saya tulis ini sedikit melenceng dari saham tapi tetap ada korelasinya. Dan saya memang dari dulu ingin menyampaikan hal ini, karena melihat sekarang banyak generasi milenial yang belum mampu mengelola keuangan dengan baik. 

Dalam dunia keuangan, kita selalu mengenal istilah "tanggal muda" dan "tanggal tua". Ketika anda baru menerima gaji di akhir / awal bulan, maka orang-orang akan menyebutnya sebagai tanggal muda. Tanggal muda ini identik dengan awal bulan karena di awal bulan anda baru menerima gaji full anda, sehingga anda masih punya banyak uang di tanggal muda. 

Sebaliknya, pada saat uang anda banyak dipakai dan mulai masuk akhir bulan, orang akan menyebutnya sebagai tanggal tua. Tanggal tua selalu identik dengan: Bokek, dompet tipis, duit habis, makan mi instan. 

Disinilah kita bisa melihat pola atau siklus mengelola keuangan masyarakat Indonesia yang masih belum teratur. 

Banyak orang yang ketika baru mendapat gaji bulanan, maka di awal - pertengahan bulan, duit-nya cenderung dihabiskan, bahkan untuk kegiatan2 konsumtif yang sebenarnya kurang diperlukan atau bisa ditunda. 

Banyak persepsi bahwa kalau sudah dapat gaji, maka uangnya bisa dipakai untuk hal2 yang diinginkan. Nah, ketika masuk akhir bulan, mindsetnya langsung berubah: Mulai harus berhemat, makan irit, tunggu gajian lagi. 

Sehingga, dengan cara seperti ini, siklus keuangan anda tidak akan berkembang: Tanggal muda banyakin pengeluaran, tanggal tua banyak berhemat. Nanti tunggu gajian, habis gajian senang2 lagi. Lalu tanggal tua, balik berhemat lagi karena uang sudah habis di tanggal muda. 

Ibaratnya seperti lari marathon. Karena di awal anda sudah sprint dan menghabiskan tenaga (tidak membagi stamina), di beberapa kilometer terakhir sebelum finish anda sudah kelelahan dan tidak ada tenaga untuk berlari lebih baik. 

Sehingga finish anda tidak memuaskan. Padahal kalau anda mau mengatur stamina sejak pertama start, anda bisa kuat sampai di finish. 

Hal ini sama seperti orang yang langsung menghabiskan uang di tanggal muda ketika menerima gaji, akhirnya di tanggal tua harus berhemat setengah mati dan tidak bisa menabung dengan maksimal.

Kalau begitu, kapan bisa kaya? Kapan ada modal buat investasi? 

Memang penghasilan dan pengeluaran setiap orang itu variatif, sehingga hal ini pasti akan menentukan seberapa besar anda bisa menabung dan investasi. 

Tapi dalam praktikknya banyak orang yang belum bisa mengatur keuangannya dengan baik, di mana 
sebenarnya kalau mereka mau mengelola keuangannya dengan lebih taktis dan cermat, maka mereka bisa mengumpulkan uang lebih banyak. 

MENGELOLA KEUANGAN 

Banyak orang yang baru mengatur keuangan saat sudah memasuki tanggal tua. Mindset ini yang mulai harus anda tinggalkan.

Mengelola keuangan harus anda lakukan sejak anda MENERIMA GAJI. Artinya, di tanggal muda anda harus mulai mengatur keuangan anda dengan taktis agar di tanggal tua anda tidak perlu berhemat setengah mati apalagi sampai bokek. 
Mengelola keuangan harus dimulai sejak tanggal muda, sejak anda menerima gaji. Jangan mulai mengelola keuangan pada saat tanggal tua saja. 
Setelah menerima gaji, anda harus punya mindset investasi, bukan mindset konsumtif. Artinya, ketika mendapat gaji, anda harus mulai merancang seberapa gaji yang akan anda sisihkan, sehingga anda bisa mengontrol pengeluaran anda. 

Saran saya, hendaknya anda bisa men-targetkan MINIMAL 10% dari gaji anda untuk anda sisihkan / ditabung. Kalau bisa lebih dari 10% lebih baik lagi. 

Jadi, kurangilah pengeluaran2 yang bisa anda minimalkan di tanggal muda sampai pertengahan bulan. Agar di akhir bulan uang anda tidak habis (anda nggak perlu sampai bokek atau cuma makan mi instan)... 

Dan tentunya.... Anda bisa menabung lebih banyak. Dari tabungan anda itu nantinya bisa anda sisihkan buat INVESTASI. 

Entah investasi di reksadana. Masukkan deposito. Atau investasikan di saham. Kalau saya pribadi lebih memilih saham, karena cocok dengan profil risiko saya. 

Apakah berarti sifat konsumtif itu sama sekali nggak dibutuhkan? 

Tentu saja butuh. Ingat juga bahwa perekonomian itu bisa bergerak, berkembang dan dinamis karena adanya kegiatan konsumsi. Nah, kalau tidak ada kegiatan konsumsi, tidak ada sifat konsumtif, gimana caranya sektor bisnis bisa berkembang? Betul kan? 

Tapi yang ingin saya tekankan disini adalah anda harus membatasi kegiatan konsumtif sesuai kemampuan. Jangan sampai kegiatan konsumtif tersebut justru membuat keuangan anda berantakan. 

Jadi kalau anda mulai mengatur keuangan sejak tanggal muda, percayalah nggak ada istilah tanggal muda atau tanggal tua, karena anda tetap bisa menjaga pengeluaran anda secara konsisten. 

Kalau anda sekarang punya niat untuk INVESTASI (investasi sekarang sudah jadi kebutuhan), misalnya investasi saham atau trading saham, maka anda harus mulai atur dengan benar keuangan anda.

Karena kalau pemasukan anda sekarang masih tergantung dari gaji, anda harus bisa menyisihkan gaji anda untuk membeli saham-saham yang berkualitas. 

PENGALAMAN PRIBADI MENGELOLA KEUANGAN

Tulisan saya yang cukup panjang ini juga didasarkan atas pengalaman saya pribadi dalam mengelola keuangan.

Ketika saya mulai mencoba mengelola keuangan sejak tanggal muda, maka di tanggal tua pun saya tidak perlu terlalu berhemat, dan bahkan tetap ada sisa uang untuk ditabung dan diinvestasikan ke instrumen tertentu. 

Termasuk ketika mendapatkan untung di saham, maka keuntungan di saham tidak saya gunakan 100% untuk kegiatan konsumtif. Tetapi profit di saham sebagian saya investasikan dan tradingkan kembali (strategi compounding).

Dengan adanya pos ini, saya berharap agar anda semua mulai mengelola keuangan anda sedini mungkin. Tentu manfaatnya adalah untuk diri anda sendiri. 

Nah, kalau anda sekarang merasa nggak bisa menabung. Bokek terus di tanggal tua, coba baca lagi pos ini dan evaluasi pengeluaran-pengeluaran anda di tanggal muda dan pertengahan bulan. 

Sehingga, nantinya anda juga punya kesempatan untuk investasi, mungkin di reksadana atau nabung saham. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pengalaman Beli Saham Unilever

Pengalaman Beli Saham Unilever

Salah satu saham blue chip yang produknya bisa kita temukan dimanapun, serta digunakan oleh banyak orang adalah saham perusahaan PT Unilever Tbk (UNVR). Saya sering menerima pertanyaan rekan-rekan: "Pak Heze apakah saham UNVR sudah layak beli atau belum?" "Kalau mau beli UNVR di harga berapa?"

Tapi di satu sisi, banyak juga yang menghindari saham UNVR karena nominal harga sahamnya yang sudah cukup tinggi, sehingga harga sahamnya nggak terjangkau untuk trader ritel yang punya modal kecil. Kabar baiknya, UNVR ini rencananya akan melakukan stock split. Anda bisa baca pos saya disini: Analisis Saham: Saham UNVR Stock Split. 

Maka dari itu, saya ingin bercerita sedikit tentang pengalaman beli saham UNVR terutama untuk trading (swing trading). UNVR adalah tipikal saham yang pergerakan harganya cukup lambat, namun kalau kita lihat tren jangka panjang misalnya 10 tahun, trennya cenderung naik (uptrend). 

Saham UNVR 10 tahun
Pergerakan saham UNVR yang lambat ini salah satunya karena UNVR harga sahamnya sudah cenderung tinggi, sehingga kenaikan-penurunannya tidak akan secepat saham-saham yang harganya rendah. 

Sebagai contoh, jika saham UNVR harganya 45.000, tentu akan lebih sulit menaik-turunkan saham ini dengan cepat dibandingkan dengan saham yang harganya hanya 1.000 per saham. 

Secara fundamental, PER UNVR juga sangat tinggi, namun tetap saja harga sahamnya bisa naik terus. Namun bukan berarti UNVR ini kebal koreksi. Ada saat-saat di mana UNVR harga sahamnya koreksi drastis. Kita bisa perhatikan chart UNVR dalam jangka lebih pendek: 

Saham UNVR
UNVR beberapa kali juga mengalami koreksi drastis, sebanyak dua kali pada chart diatas, di mana UNVR sempat turun dari 50.000 ke 41.000. Tentu ini adalah penurunan yang cukup besar. Demikian juga UNVR pernah turun dari 49.000 ke 42.000. 

Saham UNVR biasanya mudah / berpotensi koreksi ketika terjadi dua hal: Ada berita negatif. Kedua, Harga saham sideways di puncak / resisten dalam waktu lama. 

Sebagai contoh, ketika laba bersih UNVR turun, maka harga sahamnya langsung anjlok dengan cepat (tanda lingkaran pertama). Demikian juga ketika saham UNVR sudah mulai sideways di puncak resisten, maka saat itu sahamnya sudah mulai berpotensi untuk turun lagi.

Saya pribadi biasanya lebih suka membeli UNVR dengan menunggu harga sahamnya turun koreksi. Sedangkan kalau UNVR sudah mulai ada di harga puncak, ada baiknya tunggu sahamnya koreksi. 

Untuk saham2 yang pergerakannya tidak terlalu seperti UNVR, lebih baik sahamnya anda simpan paling tidak untuk swing trading, karena fluktuatifnya tidak terlau enak untuk trading cepat. 

Oleh karena itu, frekuensi trading di UNVR saya memang tidak terlalu banyak. Selain itu, kalau UNVR harganya sudah tinggi dan sulit naik, dibutuhkan waktu agak lama (beberapa minggu) agar sahamnya benar-benar koreksi sampai di harga murah. Pelajari juga: Panduan Menemukan Saham Diskon & Murah Secara Teknikal. 

Itulah pengalaman beli saham UNVR yang pernah saya praktikkan sendiri. Semoga rekan-rekan ada gambaran mengenai pergerakan / fluktuatif saham UNVR untuk trading. 

Nah, kalau UNVR stock split dan harganya jauh lebih murah, maka mungkin polanya beda lagi. UNVR bisa jadi akan jauh lebih fluktuatif daripada harganya yang sekarang. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham

Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham

Salah satu berita ekonomi makro yang sering menjadi perhatian pelaku pasar adalah pengumuman inflasi. Terkadang kenaikan dan penurunan IHSG seringkali dikaitkan dengan pengaruh kenaikan dan penurunan inflasi. 

Sebenarnya, seberapa besar pengaruh inflasi terhadap harga saham? Sebelum menjelaskannya lebih dalam, anda perlu memahami definisi inflasi terlebih dahulu. 

Secara sederhana, inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang kebutuhan secara umum. Jadi, kalau hanya beberapa jenis barang saja yang mengalami kenaikan, maka anda tidak bisa mengatakan terjadi inflasi. 

Beberapa contoh inflasi: Dahulu harga bensin Rp500. Sekarang harga bensin Rp6.000. 7 tahun lalu harga nasi bungkus Rp3.000. Sekarang harga nasi bungkus Rp10.000. Itu adalah contoh dampak dari adanya inflasi. 

Oke, sekarang apa pengaruh inflasi ke harga saham? 

Pengaruh inflasi terhadap harga saham sebenarnya tidak terjadi dalam jangka pendek. Artinya begini, ketika inflasi bulanan diumumkan naik sebesar sekian persen, maka sesungguhnya dampaknya ke pasar saham tidak akan langsung terasa di hari itu juga. Pengaruh inflasi terhadap harga saham akan terjadi ketika efek inflasi tersebut berdampak sesaat kemudian pada sektor usaha dan perekonomian di Indonesia. 

Kalau inflasi di Indonesia mengalami kenaikan secara terus-menerus secara tidak wajar, sehingga turut menganggu perekonomian, maka IHSG secara bertahap pasti akan anjlok. 

Memang di pasar saham ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham, bukan hanya inflasi saja. Tapi inflasi adalah salah satu faktor yang bisa memiliki pengaruh ke pasar saham.  

Sebagai contoh, ketika inflasi naik secara drastis dalam kurun waktu pendek, maka hal ini bisa berdampak pada perusahaan. Perusahaan akan mengalami kenaikan harga bahan baku secara drastis, bahan bakar, pembengkakan biaya produksi perusahaan. Hal ini pada akhirnya bisa menurunkan nilai laba kotor, laba operasional dan laba bersih perusahaan. 

Nah, kalau beban perusahaan membengkak dan laba bersih perusahaan turun, hal ini bisa menurunkan ekspektasi pelaku pasar terhadap harga saham perusahaan. 

Itu kan teorinya Bung Heze. Praktinya gimana? Tanya anda penasaran.

Ya kita lihat saja tahun 2015 saat terjadi inflasi kita naik secara drastis, terutama sejak bulan Mei 2015 hingga Oktober 2015. Perhatikan tabel inflasi di bawah ini (Data Badan Pusat Statistik).

(Sumber gambar: bps.go.id)

Inflasi sebenarnya sudah mulai naik tajam sejak November 2014, tapi dampaknya baru terasa di Bulan Mei 2015 (ini yang namanya gelembung ekonomi). Hal ini pada akhirnya turut membuat harga saham jatuh, karena inflasi yang naik secara drastis juga berdampak ke kinerja perusahaan (kenaikan beban-beban operasional perusahaan). 

Ketika pemerintah mulai mengendalikan inflasi melalui kebijakan2 ekonomi, kita lihat IHSG bisa mulai bergerak stabil. Jadi, memang inflasi memiliki pengaruh ke harga saham, namun dampaknya tidak terasa secara cepat dan langsung. 

Kemudian anda bertanya kembali: "Pak Heze, inflasi yang wajar itu berada di angka berapa?" 

Sebenarnya tidak ada ukuran inflasi yang wajar dan sehat di angka berapa. Tapi kalau kita lihat negara2 di maju, nilai inflasinya memang hanya sekitar 1-2% saja. Kita tetap membutuhkan inflasi, karena inflasi sebenarnya juga menunjukkan adanya daya beli masyarakat yang cukup baik.

Pada umumnya, inflasi yang bagus adalah inflasi yang naik-turunnya stabil. Ini artinya pemerintah memang memiliki kebijakan2 yang berdampak pada sektor usaha, sehingga harga saham emiten2 pun juga turut terjaga dengan baik.  

Jadi, kalau suatu saat anda melihat nilai inflasi dari bulan ke bulan yang terus membengkak, padahal harga saham naik terus, maka inilah yang perlu diwaspadai, karena saat 'gelembung' itu meledak, harga saham akan jatuh sangat dalam.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.