Perbedaan Jumlah Saham Beredar dan Jumlah Saham yang Diperdagangkan

Perbedaan Jumlah Saham Beredar dan Jumlah Saham yang Diperdagangkan

Di pos ini: Cara Mendapatkan Data Jumlah Saham Beredar dan Kapitalisasi Pasar, saya pernah menuliskan tentang cara mendapatkan jumlah saham yang beredar. Banyak yang bertanya: Apa bedanya jumlah saham yang beredar dengan jumlah saham yang diperdagangkan? Apakah sama saja? 

Jumlah saham yang beredar tidak sama dengan jumlah saham yang diperdagangkan. Jumlah saham beredar adalah TOTAL keseluruhan saham yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. 

Sedangkan jumlah saham yang diperdagangkan adalah total transaksi yang diperdagangkan trader pada hari tersebut atau periode tertentu. Saham yang diperdagangkan biasa disebut sebagai volume transaksi. Untuk lebih lebih jelasnya mengenai jumlah saham diperdagangkan, baca pos berikut: Cara Mencari Data Jumlah Saham yang Diperdagangkan

Sebagai contoh, jika jumlah saham beredar perusahaan totalnya adalah Rp10 miliar, jumlah saham yang diperdagangkan atau ditradingkan dalam satu hari adalah Rp1 miliar.. Untuk lebih jelasnya lagi, perhatikan gambar dibawah ini:

Secara sederhana, jumlah saham yang diperdagangkan merupakan bagian dari jumlah saham yang beredar. Jumlah saham beredar bisa bertambah dan berkurang. Jumlah saham beredar bisa bertambah apabila perusahaan melakukan aksi korporasi seperti stock split, right issue.

Sebaliknya, jumlah saham beredar juga bisa berkurang, salah satunya jika perusahaan melakukan reverse stock split. Jumlah saham diperdagangkan juga akan naik dan turun tergantung ramai tidaknya minat pelaku pasar terhadap saham tersebut. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Perbedaan Jumlah Saham Beredar dan Jumlah Saham yang Diperdagangkan

Perbedaan Jumlah Saham Beredar dan Jumlah Saham yang Diperdagangkan

Di pos ini: Cara Mendapatkan Data Jumlah Saham Beredar dan Kapitalisasi Pasar, saya pernah menuliskan tentang cara mendapatkan jumlah saham yang beredar. Banyak yang bertanya: Apa bedanya jumlah saham yang beredar dengan jumlah saham yang diperdagangkan? Apakah sama saja? 

Jumlah saham yang beredar tidak sama dengan jumlah saham yang diperdagangkan. Jumlah saham beredar adalah TOTAL keseluruhan saham yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. 

Sedangkan jumlah saham yang diperdagangkan adalah total transaksi yang diperdagangkan trader pada hari tersebut atau periode tertentu. Saham yang diperdagangkan biasa disebut sebagai volume transaksi. Untuk lebih lebih jelasnya mengenai jumlah saham diperdagangkan, baca pos berikut: Cara Mencari Data Jumlah Saham yang Diperdagangkan

Sebagai contoh, jika jumlah saham beredar perusahaan totalnya adalah Rp10 miliar, jumlah saham yang diperdagangkan atau ditradingkan dalam satu hari adalah Rp1 miliar.. Untuk lebih jelasnya lagi, perhatikan gambar dibawah ini:

Secara sederhana, jumlah saham yang diperdagangkan merupakan bagian dari jumlah saham yang beredar. Jumlah saham beredar bisa bertambah dan berkurang. Jumlah saham beredar bisa bertambah apabila perusahaan melakukan aksi korporasi seperti stock split, right issue.

Sebaliknya, jumlah saham beredar juga bisa berkurang, salah satunya jika perusahaan melakukan reverse stock split. Jumlah saham diperdagangkan juga akan naik dan turun tergantung ramai tidaknya minat pelaku pasar terhadap saham tersebut. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Pengertian Saham Blue Chip: Apa itu Saham Blue Chip?

Pengertian Saham Blue Chip: Apa itu Saham Blue Chip?

Dalam trading atau invetasi saham, anda mungkin sering mendengar istilah saham blue chip. Saham-saham blue chip seringkali diidentikan dengan saham2 yang bisa 'menggerakan' IHSG. Banyak rekan-rekan yang bertanya-tanya, apa itu saham blue chip? Dalam hal apa suatu saham bisa dikategorikan sebagai saham blue chip? Bagaimana cara membedakan saham blue chip dengan saham2 non blue chip?  

Saham2 yang ada di Bursa Efek bisa dibedakan menjadi saham2 lapis satu (biasa disebut blue chip), saham lapis dua dan saham2 lapis tiga (biasanya disebut sebagai saham gorengan / junk stock). Baca juga: Memahami Saham Lapis Satu, Lapis Dua dan Tiga.

Sebenarnya tidak ada kriteria khusus agar suatu saham dikatakan saham blue chip atau bukan. Semua tergantung dari subjektivitas anda. Broker anda mungkin mengatakan saham A adalah saham blue chip. Tapi pandangan ini mungkin saja berbeda dengan orang lain. 

Namun untuk lebih memahami apa itu saham blue chip, ada baiknya anda mengetahui beberapa kriteria umum yang biasa digunakan untuk menilai saham-saham blue chip yaitu sebagai berikut: 

1. Kapitalisasi pasar 

Saham blue chip adalah saham2 yang memiliki nilai kapitalisasi pasar yang besar, yaitu diatas Rp40 triliun. Maka dari itu, saham blue chip sering disebut sebagai saham2 big caps yang mampu mempengaruhi pergerakan IHSG. Baca juga: Jenis Saham Berdasarkan Nilai Kapitalisasi Pasar. 

Dikarenakan nilai kapitalisasi pasarnya yang besar, saham2 blue chip selalu memiliki likuiditas saham yang baik. 

Perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar yang kecil atau menengah biasanya akan dikategorikan sebagai saham lapis dua atau saham lapis tiga. Jadi kalau anda menemukan saham yang kapitalisasi pasarnya, katakanlah hanya Rp10 triliun, maka saham tersebut tidak bisa disebut saham blue chip. 

2. Blue chip adalah mature company

Perusahaan2 blue chip adalah perusahaan yang mature company. Mature company maksudnya adalah perusahaan yang sudah lama sekali berdiri (beroperasi), memiliki brand yang sangat kuat dan melekat di masyarakat, dan memimpin pasar di industrinya. 

Perusahaan2 blue chip pada umumnya memiliki aset, modal dan mampu meraih laba bersih yang jauh lebih besar dibandingkan rata-rata perusaahan di satu sektor sejenis.
Contohnya di sektor finance adalah BBRI, BBCA, BMRI, BBNI. Anda bisa cek laporan keuangan perusahaan2 tersebut, dan anda bandingkan kinerja (baik dari jumah aset, maupun laba bersih) dengan perusahaan2 lainnya di sektor finance. 

Anda bisa lihat perbedaannya, di mana emiten2 tersebut memiliki kinerja yang jauh unggul diatas perusahaan di sektor finance lainnya. Contoh lainnya di sub sektor rokok, anda bisa bandingkan HMSP, GGRM dengan emiten2 rokok lainnya. HMSP dan GGRM memiliki kinerja yang jauh diatas emiten2 sektor rokok lainnya. 

Nah karena perusahaan blue chip ini sudah mature company, tidak melakukan banyak ekspansi dan memiliki peningkatan laba bersih yang stabil, umumnya emiten2 blue chip selalu membagikan dividen yang rutin setiap tahun, bahkan beberapa emiten bisa membagikan dividen lebih dari sekali dalam setahun. 

Di mana kebanyakan saham blue chip ini biasanya membagikan dividen dengan nilai dividend per share (DPS) yang cukup tinggi dibandingkan emiten2 lain yang sejenis(DPS tinggi karena laba bersih yang dihasilkan besar). 

3. Perusahaan blue chip tidak membukukan kenaikan laba bersih yang fantastis 

Karena perusahaan2 blue chip sudah mature di industrinya, perusahaan blue chip umumnya membukukan kenaikan laba bersih yang stabil setiap tahun. Tidak ada kenaikan laba bersih yang fantastis. 

Jadi katakanlah perusahaan UNVR hanya membukukan kenaikan laba bersih sebesar 10%. Atau Bank BRI yang membukukan kenaikan laba bersih 25%. 

Jadi kalau anda menemukan perusahaan yang membukukan kenaikan laba bersih sampai 60% atau bahkan labanya naik 100% lebih dalam setahun, maka perusahaan2 tersebut bukanlah perusahaan blue chip, melainkan growth company.

4. Harga saham blue chip cenderung tinggi 

Pada umumnya saham2 blue chip harganya cenderung mahal (dalam arti nominal). Saham2 blue chip harganya biasanya diatas 3.000 per saham, bahkan banyak saham blue chip yang harganya sudah 5.000 keatas. 

Empat hal inilah yang sering menjadi patokan apakah suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham blue chip atau tidak. 

Jadi kesimpulannya, saham blue chip adalah saham-saham yang perusahaannya memiliki kinerja mumpuni, sudah mapan di industrinya, dan meemiliki brand yang kuat di masyarakat. Selain itu, blue chip memiliki kapitalisasi pasar yang besar dan punya likuiditas saham yang bagus.  

MENILAI SAHAM BLUE CHIP ATAU BUKAN... 

Sama seperti anda menilai apakah suatu saham dikategorikan sebagai saham lapis dua atau saham gorengan, penilaian mengenai saham blue chip atau tidak sebenarnya ada unsur subjektivitasnya. Baca juga: Kenali Saham Gorengan di Indonesia

Di pos ini: Daftar Saham Blue Chip di Indonesia, saya pernah memberikan contoh saham2 blue chip menurut versi saya. Nah, saham2 yang dikategorikan sebagai saham blue chip bisa berubah menjadi saham non-blue chip. Contohnya saham BUMI tahun 2008 merupakan saham blue chip. Tetapi sekarang BUMI justru masuk dalam kategori saham lapis tiga.  

Tetapi saham2 blue chip pada umumnya ya itu-itu saja. Tidak sulit untuk melihat apakah saham dikategorikan blue chip atau tidak. Kalau anda sering baca-baca berita, biasanya saham2 yang menjadi pemberat dan pendongkrak IHSG itulah yang dimaksud dengan saham2 blue chip. 

Contoh2 gampangnya ya HMSP, GGRM, TLKM, BBCA, BBRI, UNVR, ICBP, INDF, BMRI, BBNI, UNTR, ASII itulah contoh2 saham blue chip di pasar saham kita. Anda bisa lihat likuiditas saham tersebut, dan anda bandingkan kinerja emiten2 tersebut dengan emiten lain di sektor sejenis.


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Berapa Keuntungan (Profit) Trading Saham Harian?

Berapa Keuntungan (Profit) Trading Saham Harian?

"Berapa profit yang bisa kita peroleh dari trading saham?" Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat sering ditanyakan oleh para trader. Karena tujuan utama kita trading adalah untuk dapat profit (uang), maka sangat wajar jika pertanyaan tersebut muncul di benak trader. 

Besar kecilnya profit yang bisa anda raih dari trading sebenarnya juga tergantung dari modal trading dan target take profit yang anda tetapkan. Tercapai tidaknya target take profit anda tentunya juga dipengaruhi oleh pengalaman trading anda.  

Banyak juga rekan-rekan trader yang ingin dapat profit lebih dari strategi trading harian (intraday) menanyakan hal yang sama: "Kalau mau trading harian, berapa keuntungan yang bisa saya dapatkan dalam sehari? Bisakah profit konsisten dari trading harian? Bagaimana strateginya?"

Sebenarnya jawabannya juga sama: Tergantung dari besar kecilnya modal anda serta pengalaman trading anda. Tetapi saya perlu menjelaskan lebih banyak tentang POTENSI PROFIT untuk TRADER HARIAN alias intraday trading. Baca juga: Belajar dan Praktik Intraday Trading Saham. 

Perlu anda pahami bahwa inti utama dalam trading harian adalah: JANGAN TAMAK (GREEDY) / RAKUS, dan jangan terbawa emosi. Trader harian harus mencari saham2 yang bisa naik dalam waktu sehari atau dua hari trading. 

Maka dari itu, anda tidak boleh bernafsu untuk mencari keuntungan sebesar mungkn dari trading harian, walaupun kedengarannya trading harian itu asyik karena bisa dapat profit lebih cepat. Banyak trader yang mencoba melakukan hal ini, dan akhirnya trader salah memilih saham, nyangkut dan cut loss. 

Jadi berapa besar kecilnya keuntungan yang bisa anda peroleh dari trading harian, semuanya tergantung dari target dan analisa anda yaitu: 

1. Trader harian mengincar profit 1-3% namun konsisten, bukan profit puluhan persen sehari tetapi tidak konsisten (dan gambling) 

Inilah persepsi yang sering salah tentang trading harian. Trading harian bukan berarti anda mengincar profit sebesar mungkin dalam sehari. Target keuntungan trader harian cukup 1-3% di hari yang sama atau sampai tiga harian trading, tetapi anda bisa mendapatkannya secara konsisten.  Baca juga: Strategi dan Praktik Trading Harian. 

Anda yang sudah menjalankan trading di pasar saham, anda akan menyadari bahwa profit 1-3% secara konsisten adalah profit yang besar. 

Contoh transaksi trading harian (Saham Gain). Profit stabil namun konsisten dengan risiko kecil

Anda boleh saja mengincar profit 10% untuk trading harian khusus scalping. Tetapi tentu saja anda tidak disarankan untuk terus trading dengan mengincar profit2 yang sangat besar dan cepat. Mengapa? Karena saham2 yang mudah naik turun dalam waktu sangat cepat, juga memiliki risiko yang lebih besar. 

2. Trader harian harus memilih saham yang layak trading

Keuntungan yang bisa anda raih dari trading harian tergantung dari kemampuan anda dalam memilih saham. Yap, untuk trading harian anda tetap harus memilih saham2 yang layak trading. 

Yaitu saham2 yang likuid (banyak buyer dan seller), punya pergerakan dan fluktuatif bagus, punya chart yang bagus, dan tentunya momentum harus tepat. Untuk profit trading harian, anda tidak disarankan memilih saham2 berisiko tinggi, yang mudah naik 20% sehari tapi juga berpotensi turun 20% sehari. 

Anda harus bisa memilih saham2 yang pergerakannya stabil, namun mudah naik dalam jangka waktu harian. 

3. Trading harian tetap menggunakan ANALISA TEKNIKAL 

Profit trading harian bisa anda raih secara konsisten hanya jika anda menggunakan analisa teknikal. Analis teknikal untuk trading harian yaitu kombinasi2 dari analisa grafik, support-resisten, tren, candlestick dan indikator. 

Hanya dengan analisa2 itulah, anda bisa mendapatkan profit. Hilangkah anggapan bahwa untuk mengetahui saham yang naik cepat berarti anda harus melihat bandarmologi, net buy net sell, running trade. 

Analisa2 itu memang penting. Tetapi analisa teknikal tetaplah merupakan analisa utama yang harus anda gunakan untuk mendapat untung yang konsisten dari trading harian alias intraday trading. 

Praktik memilih saham-saham yang bagus untuk trading harian, analisa2 yang harus digunakan untuk memilih saham harian, memilih saham2 yang risikonya rendah dan cara membaca momentum yang tepat untuk trading, bisa anda dapatkan praktiknya disini: Praktik Trading Harian: Intraday & One Day Trading. 

Anda nanti akan langsung masuk pada cara-cara mendapatkan profit dari trading harian, di mana semua materi tersebut didasarkan pada pengalaman trading saya, sehingga anda bisa mendapatkan profit yang konsisten dari trading harian, dengan cara yang tepat. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Analisis Fundamental: Apa itu Interest Coverage Ratio?

Analisis Fundamental: Apa itu Interest Coverage Ratio?

Kalau anda lagi belajar laporan keuangan (analisis fundamental), pernahkah anda mendengar istilah interest coverage ratio? Apa kegunaannya? Mari kita bahas. 

Interest coverage ratio (ICR) adalah rasio yang menunjukkan perbandingan utang dan profitabilitas yang digunakan dalam menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga pinjaman. 

Jadi interest coverage ratio dalam bahasa Indonesia adalah rasio cakupan bunga alias perbandingan rasio utang (beban bunga) dan profitabilitas. Singkatnya, ICR melihat seberapa besar efek bunga terhadap laba.

Rumusnya adalah sebagai berikut: 

Rumus interest coverage ratio
Laba sebelum pajak dan bunga bisa anda lihat di laporan laba rugi, biasanya disebut Earning Before Interest and Tax (EBIT). 

ICR ini agak mirip dengan rasio likuiditas seperti current ratio) dan solvabilitas. Tapi bedanya ICR lebih melihat kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga-nya (dari pinjaman bank). Kalau likuiditas, melihat kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancar secara keseluruhan. 

[Pelajari juga cara-cara lengkap menganalisa laporan keuangan saham, dan tips-tips memilih saham yang bagus secara fundamental disini: Ebook Investasi Saham PDF.] 

CARA MEMBACA INTEREST COVERAGE RATIO 

ICR digunakan untuk melihat seberapa kemampuan perusahaan membayar beban bunga pinjaman dengan profit (EBIT) yang dimiliki. 

ICR dapat menggambarkan seberapa besar margin of safety alias batas aman perusahaan kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga dari utang2nya. 

Logikanya, jika semakin rendah ICR maka dapat dikatakan perusahaan memiliki pembayaran utang yang besar yang bisa berdampak buruk pada operasinya. 

ICR rendah juga bisa mengindikasikan perusahaan tidak bisa menghasilkan profitabilitas yang besar untuk menutup atau membayar beban bunga-nya. Tentu hal ini akan berdampak pada kesehatan perusahaan di masa mendatang. 

Jika perusahaan memiliki EBIT < beban bunga (ICR < 1) = perusahaan mengalami kerugian, karena perusahaan harus menanggung beban bunga yang lebih besar. Apalagi kalau perusahaan mengalami rugi (EBIT negatif), ini artinya kesehatan keuangan perusahaan sangatlah diragukan. 

Demikian juga kalau ICR dibawah 2 (ICR < 2), maka ini artinya laba perusahaan sebagian besar (diatas 50%) harus digunakan untuk membayar beban keuangan. 

Jika perusahaan punya EBIT sebesar 900 miliar namun beban bunganya adalah 500 miliar, maka artinya ICRnya adalah 1,8 kali, artinya lebih dari 50% EBIT digunakan untuk membayar beban bunga. 

Dengan kata lain, keuntungan yang dihasilkan perusahaan justru lebih banyak masuk untuk membayar kreditur, daripada memuaskan kepentingan pemegang saham dan untuk ekspansi usaha. Sudah paham sampai disini? 

Jadi ICR yang bagus adalah ICR diatas tiga (ICR > 3). Intinya, semakin besar ICR, maka semakin baik kemampuan perusahaan membayar beban bunga dengan earning yang dimilikinya. 

CONTOH CARA MENGHITUNG INTEREST COVERAGE RATIO

Sekarang kita masuk ke cara menghitung ICR. Perhatikan laporan keuangan PT Ace Hardware Tbk (ACES) berikut: 
Cara menghitung interest coverage ratio
Untuk mencari ICR, anda cukup melihat pada laporan keuangan laba rugi-nya. Anda perlu mencari EBIT yaitu laba usaha dan beban bunga, yaitu beban keuangan. Letak detailnya bisa anda lihat pada angka dan akun2 yang saya kasih tanda persegi hijau. 

Jadi, didapatkanlah perhitungan ICR ACES selama dua tahun.. Hasilnya sebagai berikut: 


ICR ACES pada tahun 2018 adalah sebesar 96 kali, tahun 2019 sebesar 55 kali. Artinya, earning ACES adalah sebesar 96 kali dari beban bunganya di tahun 2018, dan ACES memiliki earning sebesar 55 kali dari beban bunganya di tahun 2019. 

Ibaratnya, anda memiliki laba sebesar Rp55 juta. Tetapi anda hanya perlu membayar Rp1 juta untuk beban bunga, dan Rp54 juta lainnya bisa digunakan untuk ekspansi, membayar dividen dan lain2. 

Berdasarkan nilai rasio diatas, dapat disimpulkan bahwa interest coverage ACES sangatlah baik, karena ACES bisa menghasilkan laba berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan (kewajiban) beban bunganya. 

Sehingga, ACES tidak ada masalah dari segi pembayaran beban bunga. Walaupun nilai rasionya turun di tahun 2019, namun ICR ACES boleh dikatakan sebagai angka yang aman, karena nilai berada jauh diatas 2 kali. 

Itulah pengertian interest coverage ratio dan cara membacanya. Untuk analisa, rasio ini penting, karena terkadang anda akan menemukan perusahaan2 yang punya beban bunga tinggi. Misalnya seperti emiten PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) berikut ini: 

Anda bisa perhatikan perusahaan BTEL mengalami rugi bersih. Di satu sisi, BTEL juga harus menanggung beban bunga yang besar (Rp605.744), di mana beban keuangan ini merupakan beban yang paling besar di laporan keuangan laba rugi BTEL. 

Jadi, sudah jelas bahwa perusahaan yang punya interest coverage ratio yang kecil atau buruk, hendaknya anda hindari sahamnya terutama untuk investasi.  


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Passive Income dari Saham

Passive Income dari Saham

Banyak orang yang ingin belajar saham dengan tujuan bisa mendapatkan passive income dari saham. Tujuan tersebut sangatlah baik. Tapi tentu saja anda harus membeli saham dengan cara dan strategi yang benar, karena tidak semua saham berpotensi memberikan passive income dalam jangka panjang. 

Sebelum saya membahas lebih dalam, perlu anda pahami bahwa keuntungan / profit yang bisa anda dapatkan dari saham itu ada dua: 

1. Kenaikan harga saham (jangka pendek / capital gain) dan jangka panjang
2. Dividen. Baca juga: Apa itu Dividen? 

Itu artinya kalau anda ingin dapat passive income, anda harus menjadi INVESTOR SAHAM, bukan TRADER SAHAM. Mengapa? Karena passive income bisa didapatkan dengan cara menyimpan saham dalam jangka panjang (minimal 1 tahun). 

Pelajari juga cara-cara memilih saham untuk investasi jangka panjang, menghitung harga wajar, laporan keuangan saham, analisis fundamental disini: Ebook Analisis Fundamental Saham Pemula - Expert. 

Selama jangka panjang tersebut, anda nantinya akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham itu sendirim plus dapat dividen sebagai passive income. Dividen inilah yang menjadi faktor utama passive income, karena anda tidak perlu melakukan apapun (hanya simpan saham) untuk bisa dapat dividen. 

Sedangkan kalau trader saham, anda harus lebih aktif dalam transaksi trading jangka pendek, sehingga aktivitas trader saham bisa dikatakan sebagai active income, bukan passive income. 

Lalu, apa saja yang harus anda persiapkan supaya anda bisa memiliki passive income di saham? Berikut cara-cara investasi untuk passive income: 

1. Pilih perusahaan yang punya kinerja bagus dalam jangka panjang

Passive income di saham bisa didapatkan apabila anda memilih perusahaan yang memiliki kinerja bagus dan unggul di sektornya. Karena perusahaan2 yang punya kinerja baik, harga sahamnya punya potensi lebih untuk naik dalam jangka panjang. 

Selain itu, emiten2 yang unggul juga selalu membagikan dividen rutin pada pemegang saham. Dividen ini bisa menjadi passive income untuk anda.   

Cara-cara memilih perusahaan yang bagus untuk investasi dan strategi2 mendapatkan passive income, juga sudah kita bahas bersama praktik dan strategi2 lengkapnya disini: Ebook Investasi Saham PDF.

Ingat bahwa dalam mendapatkan passive income, hendaknya selain mendapatkan dividen, anda juga mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham itu sendiri. Jangan sampai anda mendapat dividen tiap tahun, namun saham yang anda pegang harganya turun terus dalam jangka panjang. 


Itulah mengapa penting bagi anda untuk memilih perusahaan yang punya kinerja baik, dan saham2 yang punya historis harga saham jangka panjang yang naik / uptrend. 

2. Pilih perusahaan yang membagikan dividend per share (DPS) yang tinggi

Selain kinerja yang baik (poin 1), anda disarankan untuk memilih perusahaan yang membagikan dengan dividend per share (DPS) / dividen per saham yang tinggi.

Di Bursa Efek, banyak perusahaan yang membagikan dividen, tetapi tidak semua perusahaan membagikan dividen yang besar. Peran dividen untuk mendapatkan passive income ini sangat penting. 

Kalau anda memilih perusahaan yang membagikan DPS besar di sektornya, maka passive income yang anda dapatkan akan semakin besar dan maksimal, demikian juga sebaliknya. Baca juga: Daftar Perusahaan yang Rutin Membagikan Dividen.  

Jadi jika tujuan anda adalah mendapatkan passive income, maka jangan pernah melupakan peran dividen di portofolio. 

3. Konsisten di satu sampai dua saham dulu

Pilihlah hanya satu sampai dua saham yang punya kinerja baik, yang bisa membagikan dividen besar. Dan saham tersebut harus anda investasikan, bukan ditradingkan. Mengapa? 

Karena kalau anda membeli terlalu banyak saham untuk investasi, maka anda harus membagi modal anda untuk diversifikasi di banyak saham. Hal ini akan menyebabkan hasil investasi passive income anda, terutama dari dividen tidak akan maksimal.

Sedangkan kalau anda beli hanya satu sampai dua saham, anda bisa fokus memaksimalkan profit dan dividen anda, karena anda bisa menaruh semua modal hanya di satu saham. 

Selain itu, dengan membeli terlalu banyak saham, anda harus membagi fokus anda untuk memilih saham-saham yang baik. Ini juga membuang waktu anda. Untuk anda yang punya kesibukan2 lain misalnya bekerja kantoran, tentu saja memilih banyak saham untuk investasi tidaklah efektif. 

Tidak sedikit investor saham yang memulai dengan modal kecil. Oleh karena itu, pertimbangkan untuk konsisten pada sedikit saham dulu. 

Jika anda modal anda sudah berkembang, barulah anda bisa pertimbangkan untuk menambah jumlah diversifikasi saham anda. 

4. Rutin membeli saham

Kalau anda ingin mendapatkan passive income yang maksimal, maka anda harus rutin membeli saham. Modal kecil bukan menjadi penghalang untuk mendapatkan passive income melalui investasi saham. 

Tambah modal secara bertahap dengan sistem nabung saham. Pelajari juga: Ebook Yuk Nabung Saham. Anda harus mengatur keuangan anda dan menyisihkan modal anda, supaya anda bisa menambah porsi saham anda. 

Salah satu kunci utama untuk mendapatkan passive income saham adalah kekonsistenan dan disiplin anda dalam menambah modal dan mengatur uang anda. 

Kesimpulannya, passive income dari saham bisa diraih apabila anda memilih saham yang kinerjanya baik, pilih perusahaan yang rutin membagikan dividen tiap tahun, dan anda juga harus konsisten dalam membeli saham dan menambah modal. Jangan terburu menjual saham, atau terburu melakukan diversifikasi. Lakukan secara bertahap. 


Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

2 Aplikasi untuk Screening Saham

2 Aplikasi untuk Screening Saham

Banyak trader yang bertanya: "Pak Heze, apa tool yang bisa digunakan buat screening / memilih saham yang bisa menghasilkan sinyal beli dan jual saham?"  

Well, sebenarnya ada banyak tool ataupun software untuk melakukan screening saham. Tetapi anda harus paham dahulu dengan konsep screening saham. Jangan sampai anda salah melangkah, yang pada akhirnya justru screening saham ini membawa anda pada pemilihan saham yang salah. 

Screening saham biasanya bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: Manual dan pakai software screener. Mari kita bahas: 

1. Screening saham manual 

Screening saham manual, sesuai namanya berarti anda memilih (screening) saham dengan cara seleksi sendiri, dan mengamati pola2 saham, pola2 teknikal / grafik-nya. 

Software yang digunakan untuk screening manual cukup menggunakan software trading yang anda pakai. Anda nggak perlu pakai software2 khusus screener, atau software2 berbayar yang harganya puluhan juta, karena hal itu sama sekali tidak menjamin screening anda lebih bagus. 

Justru dengan melakukan screening saham manual, anda akan lebih terlatih untuk menghadapi market. Anda akan paham sendiri dengan pola-pola grafik seperti apa yang bagus untuk trading, dan grafik2 seperti apa yang harus dibuang dari daftar trading anda. 

Jadi, screening saham manual inilah adalah screening  utama yang saya sarankan pada anda. Dibawah ini, bisa anda lihat contoh singkat video screening grafik manual. Jadi anda melihat sendiri pola-pola grafik saham, untuk melihat tren, support resisten, dan saham2 yang layak untuk trading.